Laporan dari reporter Tribunnews.com Namir Yunia
TRIBUNNEWS.COM, CARACAS – Pemerintah Venezuela telah memutuskan hubungan dengan beberapa negara yang menolak mengakui kemenangan Nicolás Maduro dalam pemilihan presiden Venezuela.
Tak hanya itu, pemerintah Venezuela juga menarik seluruh staf diplomatiknya dari kedutaan besarnya di Argentina, Chile, Kosta Rika, Peru, Panama, Republik Dominika, dan Uruguay.
Penarikan diri tersebut terjadi setelah beberapa negara di Amerika Latin mempertanyakan kemenangan Nicolás Maduro, dan menyebutnya sebagai “penipuan” dalam pemilihan presiden.
“Republik Bolivarian Venezuela menolak keras intervensi dan pernyataan sekelompok pendukung pemerintah sayap kanan Washington yang secara terbuka mendukung postulat ideologi fasisme internasional,” ujar Kementerian Luar Negeri Venezuela seperti dikutip Anadolu.
“Pemerintah Republik Bolivarian Venezuela kini dengan kecewa memutuskan untuk menarik kembali seluruh anggota misi diplomatiknya di Argentina, Chile, Kosta Rika, Peru, Panama, Republik Dominika dan Uruguay karena mereka ragu dengan pemilihan presiden di Venezuela. tambahnya. mengklaim kemenangan Medura
Konflik ini muncul tak lama setelah badan pemilihan nasional Venezuela menyatakan Presiden Nicolás Maduro, calon presiden petahana, sebagai pemenang pemilihan presiden tahun 2024.
Badan pemilihan nasional mengatakan Maduro memenangkan pemilihan presiden dengan 51,2 suara, mengalahkan saingannya dari oposisi Edmundo Gonzalez Urrutia, yang hanya meraih 44,2 persen suara.
Meski Maduro sah menjadi presiden keempat Venezuela, namun hasil pemilunya menuai kritik dari beberapa pihak. Bahkan pihak oposisi Edmundo Gonzales mengklaim hasil pemilu presiden yang diumumkan pemilih Venezuela tidak proporsional.
Mereka menolak klaim bahwa González gagal mengalahkan Maduro dengan 44 persen suara berbanding 51 persen.
Tak hanya kubu González, para pemimpin oposisi Venezuela dan pengamat asing meragukan kemenangan Maduro. Mereka meminta otoritas pemilu di Caracas untuk mempublikasikan hasil pemilu presiden secara rinci.
“Saya ingin memberitahu Venezuela dan dunia bahwa mereka telah memilih presiden baru dan itu adalah Edmundo Gonzales Urrutia,” kata pemimpin oposisi Venezuela Maria Corina Machado. Ratusan warga Venezuela berdemonstrasi
Setelah Nicolas Maduro dinyatakan sebagai pemenang sebagai presiden, ratusan warga Venezuela turun ke jalan untuk memprotes apa yang mereka anggap sebagai kemenangan palsu. Ratusan orang berbaris melalui pusat kota dari Petare, salah satu lingkungan masyarakat berpendapatan rendah terbesar di kota itu.
Sambil memukul-mukul panci dan wajan, mereka mendesak orang-orang di trotoar untuk bergabung dengan massa dan meneriakkan kata-kata yang menentang perpanjangan masa jabatan Maduro, seperti “Kebebasan, kebebasan!” dan “Pemerintahan ini akan jatuh!.
“Kami menginginkan kebebasan. Kami ingin Maduro pergi. Maduro, pergilah!,” kata Marina Sugey, seorang warga lingkungan miskin di Caracas, berusia 42 tahun.
Awalnya demonstrasi berlangsung damai, namun yang mengejutkan, aparat keamanan menggunakan gas air mata dan peluru karet terhadap para pengunjuk rasa. Menurut laporan media lokal, setidaknya satu pengunjuk rasa tewas akibat terkena gas air mata dan peluru karet.
“Setidaknya satu orang tewas dan 46 lainnya ditangkap dalam demonstrasi pasca pemilu,” kata Alfredo Romero, ketua kelompok hak asasi manusia Foro Penal.