Lima Faktor yang Bikin Impian Netanyahu Berakhir dengan Kekalahan Besar Israel dari Hamas dan Gaza

Lima Faktor yang Mengakhiri Impian Netanyahu atas Kekalahan Israel dari Hamas dan Gaza

 TRIBUNNEWS.COM – Sebuah artikel yang dimuat di Habarni, Sabtu (1/6/2024) mengulas lima hal yang meresahkan pemerintahan Benjamin Netanyahu seiring Israel terus mengalahkan Hamas dalam perang Gaza.

Tinjauan tersebut mengatakan bahwa faktor-faktor ini “menghancurkan impian para pemimpin bisnis” yang kini menghadapi krisis mendalam di berbagai industri dan sektor.

 “Krisis pendudukan dilambangkan dengan demonstrasi warga Israel melawan pemerintah mereka sendiri,” kata majalah tersebut.

Hal lainnya adalah mendapatkan pengakuan internasional terhadap negara Palestina.

Faktor selanjutnya adalah serangan terus-menerus yang dilakukan oleh kelompok Palestina yang menimbulkan kebakaran dan dampak lain akibat roket.

Yang tidak kalah berpengaruh dalam krisis Israel adalah tindakan Hizbullah Lebanon.

“Juga biaya ekonomi yang menguras darah negara yang diduduki,” tulis ulasan tersebut. Perdarahan ekonomi Israel

Amir Yaron, Gubernur Bank Sentral Israel, mengatakan dampak perang di Jalur Gaza terhadap perekonomian Israel semakin meningkat seiring berlanjutnya perang dan mendekati bulan kedelapan.

Yaron mengatakan perang di Gaza akan menghabiskan anggaran pendudukan tahun 2025 sekitar 253 miliar shekel ($67,4 miliar) untuk belanja pertahanan, sehingga memberikan beban berat pada perekonomian Israel.

Ia juga memperingatkan bahwa pemerintah tidak boleh memberikan “cek kosong” kepada tentara pendudukan Israel. 

Bank Sentral Israel memperkirakan adanya tambahan $9,4 miliar pendapatan pajak yang hilang dan $6,2 miliar kerugian akibat perang langsung akibat perang. Pengakuan internasional terhadap Palestina

Pada bulan Mei, Israel mengadakan perayaan tahunan untuk menandai berdirinya negara pendudukan tersebut, namun ini adalah pertama kalinya 4 negara Eropa mengumumkan pengakuan mereka terhadap negara Palestina.

Pengakuan ini berarti tekanan internasional terhadap pemerintahan Netanyahu.

Empat negara Spanyol. Norwegia, Irlandia dan Slovenia mengumumkan pengakuan mereka terhadap negara Palestina. Kerabat dan pendukung warga Israel yang ditangkap di Gaza setelah serangan militan Hamas pada 7 Oktober memegang tanda selama demonstrasi selama konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas di Jalur Gaza pada 26 Maret 2024 di Tel Aviv, Israel. (Jack Guez / AFP) Demonstrasi dan perpecahan di Israel

Negara pendudukan Israel hampir setiap hari menyaksikan demonstrasi setiap malam di depan rumah Perdana Menteri Netanyahu.

Pawai tersebut menyerukan pembebasan tahanan Israel yang ditahan oleh kelompok Palestina dan penggulingan pemerintahan Netanyahu.

Momentum tersebut dimanfaatkan oleh pemimpin oposisi Yair Lapid, yang menyebut kegagalan Israel terbesar dalam sejarahnya dan menuntut agar Netanyahu segera mengundurkan diri. Drone buatan Iran diterbangkan Hizbullah ke lokasi militer di perbatasan utara Israel pada Sabtu pagi waktu setempat. (Kolase Tribunnews) Parade drone Hizbullah Lebanon

Israel merasa prihatin setelah drone Hizbullah Lebanon mampu menempuh jarak lebih dari 2.000 kilometer.

Hizbullah telah memiliki drone selama hampir 20 tahun.

Namun baru-baru ini mereka memperkenalkan drone Marsad 1, Marsad 2 dan Ayyub yang mampu menembak jatuh drone canggih Israel seperti Hermes 450 dan Hermes 900.  Petugas pemadam kebakaran Israel memeriksa puing-puing mobil setelah sebuah roket ditembakkan dari Lebanon selatan ke kota Kiryat Shmona, di Israel utara, pada 2 November 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas. Pada tanggal 2 November, dua orang terluka dalam serangan roket di kota Kiryat Shmona di Israel, dekat perbatasan dengan Lebanon, kata layanan medis darurat Magen David Adom Israel. (Jalaa MAREY/AFP) (AFP/JALAA MAREY) Kebakaran terus menerus dan warga panik atas serangan milisi

Serangan kelompok bersenjata Palestina terhadap tentara pendudukan Israel terus berlanjut sehingga menimbulkan kepanikan besar di Israel.

Gencarnya tembakan roket ke kota-kota utama Israel, disertai sirene, menambah ketakutan para pemukim.

Belum lagi kebakaran akibat penyerangan di beberapa pemukiman. Faktor ini membuat tekanan dalam negeri terhadap pemerintahan Netanyahu semakin berat.

Menurut situs “Times of Israel”, kasus kekacauan terbaru adalah kebakaran yang terjadi di pemukiman Israel di Mayan Baruch di utara negara itu akibat roket yang jatuh dari Lebanon.

“Perang telah berlangsung selama 238 hari berturut-turut, dan perang Israel di Jalur Gaza dimulai pada Sabtu pagi, 7 Oktober 2023, setelah kelompok Palestina melakukan Operasi Banjir Al-Aqsa sebagai tanggapan atas pelanggaran yang terus dilakukan oleh tentara pendudukan terhadap Israel. tentara pendudukan Israel. rakyat Palestina yang tidak berdaya,” ulasan tersebut menyimpulkan.

(oln/khbrn/*) 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *