Libatkan 500 SMK, Educa Kembangkan Pendidikan Vokasi Kekinian di Sekolah Kejuruan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Salah satu kendala pengembangan pendidikan vokasi di Indonesia adalah belum meratanya distribusi kesempatan dukungan pedagogi dan keterampilan guru di setiap sekolah menengah kejuruan (SMK), khususnya di luar Pulau Jawa dan di daerah terpencil.

Selain itu, bahan ajar dan kurikulum di sekolah seringkali tertinggal dari perkembangan teknologi di dunia industri.

Tujuannya adalah untuk mengatasi beberapa kendala tersebut dengan membina lembaga pendidikan kejuruan dan mengembangkan keterampilan guru dan siswa.

Gamelab, sebuah platform yang fokus pada pelatihan vokasi dalam bentuk pendampingan sekolah vokasi, mengumumkan telah bermitra dengan lebih dari 500 SMK di berbagai daerah, dan program pendampingan sekolah vokasi yang dilaksanakannya telah melibatkan lebih dari 100.000 siswa dalam 270 pembelajaran. . .

“Mereka menyebar dari Aceh hingga Papua,” kata Andi Taru, CEO dan pendiri Educa Group, pengembang platform Gamelab, dalam perbincangan dengan media di Jakarta baru-baru ini.

Andi menjelaskan, Educa akan fokus menyelesaikan ekosistem yang dikelolanya pada tahun 2024.

Di antaranya penyediaan sistem pendukung sekolah seperti Tracer Study, PPDB dan Dashboard Analytics, penyediaan infrastruktur digital berupa virtual lab, serta dukungan untuk mendatangkan guru langsung ke lapangan.

Selain mengelola Gamelab, Educa juga mengelola Educa Studio yang fokus pada pengembangan media pembelajaran untuk anak usia 2-12 tahun, dan Educa Academy yang fokus pada pelatihan guru dan pendidik di bawah naungan Gamelab.

Fokusnya pada sembilan program yaitu Sinkronisasi Kurikulum Industri, Dukungan Teknologi (Gamified LMS Platform), Pelatihan Guru, Pelatihan Guru Visiting Teacher, PKL Student Trainee, PKL Teacher Trainee, Teaching Factory, Uji Keterampilan Sertifikasi Siswa dan Job Pencocokan untuk memaksimalkan penerimaan lulusan SMK.

Untuk pengembangan berbagai program tersebut, Educa mendapat dukungan finansial dari Init-6 yang menurut Andi Taru membantu mengoptimalkan teknologi sebagai sarana peningkatan pemerataan pendidikan di Indonesia.

Venture Partner Init-6 Rexi Christopher mengatakan hingga saat ini Init-6 menargetkan model bisnis berkelanjutan dengan jalur yang jelas menuju profitabilitas.

“Kami memiliki 35 portofolio dan terus memberikan pendampingan dan bimbingan dalam semangat tumbuh bersama,” kata Rexi.

Andi Taru mengatakan, selain dukungan finansial, pihaknya juga memiliki visi yang sama dengan Init-6 yaitu pemerataan kualitas dan akses pembelajaran di SMK dengan menggunakan platform teknologi.

“Kami fokus menciptakan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan pelajar dan industri dengan menggunakan seluruh teknologi yang ada dipadukan dengan Gamification, menjadikan proses pembelajaran menjadi interaktif dan menyenangkan,” ujarnya.

Dalam hal kegiatan magang bagi siswa SMK, pihaknya memfasilitasi pelatihan magang di Salatiga, Jawa Tengah,

“Siswa SMAAK di Pulau Jawa bisa magang di luar Pulau Jawa bersama kami. Yang di luar Pulau Jawa bisa magang secara online, meski bisa juga secara offline. Siswa dari Papua juga ada. Magang di Pulau Jawa,” ujar Andi Taru.

Ia mengatakan, di Salatiga, pihaknya memiliki 2 kantor untuk menunjang kegiatan pemagangan.

“Di Pulau Jawa sebagian besar siswanya berasal dari keluarga tidak mampu. Namun selama ini teknologi telah memudahkan siswa untuk melakukan praktik secara daring,” ujarnya.

Menurutnya, pelatihan daring ini bukan telecommuting. “Kami telah mengembangkan platform teknologi selama 4 tahun, mahasiswa bisa magang dan mendapatkan pengalaman,” ujarnya.

Modul kerja disusun dalam tahap pembelajaran. Setiap 3-4 bulan, pihak mengadakan kompetisi antar siswa.

“Kami membutuhkan tim pengembangan yang handal untuk mengembangkan magang ini. Kami memiliki 3 program, pelatihan, magang dan karir. Siswa yang menyelesaikan magang dimulai dari kelas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *