Lembaga Perbankan Anggap Penyediaan Sistem Keamanan Siber Sebagai Biaya

Hal ini diberitakan oleh Wartawan Tribunnews.com Eko Sutriyanto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Transformasi digital yang terjadi di dunia keuangan dan perbankan saat ini tidak dibarengi dengan sistem keamanan siber yang mumpuni, salah satu kendalanya adalah biaya yang tidak murah.

Para profesional di bidang keuangan mengetahui hal ini, dan perizinan untuk keamanan siber dianggap sebagai sebuah biaya.

“Kalau dari sudut pandang saya, ini memang klise, tapi dalam arti sederhana, karena saya yakin para pengusaha di industri keuangan atau perbankan memberikan sistem keamanan siber sebagai imbalannya,” kata Vice President Business Development PT Privy Identity Digital ( Rahasia). Saat talkshow dan buku “Bank Cyber ​​Security” diluncurkan di Yogyakarta baru-baru ini.

Roni Tanrim menekankan perlunya mengubah pola pikir keamanan siber sebagai sebuah investasi.

Hal ini mengingatkan bahwa industri keuangan atau perbankan adalah bisnis yang bertumpu pada kepercayaan nasabahnya, sehingga risiko reputasi tetap ada.

“Untuk menjaga reputasi dan kepercayaan nasabah, dunia perbankan harus melakukan inovasi dalam transformasi digital industri keuangan yang sedang berlangsung, termasuk keamanan siber,” kata Rony Tanrim, menyebutkan dua hal yang harus dilakukan industri perbankan: 27001 dan Data Center ( DC). serta Disaster Recovery Center (DRC) untuk meningkatkan keamanan siber.

ISO yang terkait dengan sistem informasi dan privasi data merupakan aset bisnis, sedangkan DC dan RRC merupakan langkah mitigasi risiko dan keamanan dalam proses digital.

“Keamanan siber memerlukan ISO 27001 tentang sistem informasi dan privasi data. Apa artinya ini? “ISO bukan hanya sekedar pendukung dalam mengerjakan hal tersebut, seharusnya setiap rekomendasi atau laporan pemeriksaan dari ISO harus dilaksanakan secara disiplin,” kata Rony Tanrim.

Rony menambahkan, perlu ada kedisiplinan dalam memetakan data antara DC dan DRC, sehingga dalam sepersekian menit tidak bisa dalam sepersekian detik.

Jadi China itu ibarat genset, artinya kalau listrik PLN padam, sudah punya genset yang bisa aktif dalam hitungan menit, kata Rony Tanrim.

Rony menekankan pentingnya kepemilikan Tiongkok bagi sebuah institusi di industri keuangan, dan Privy dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan dan kenyamanan dalam proses digitalisasi yang sedang berlangsung.

“Digital harus ada terapinya, terapinya harus seadanya dan Privy bisa membantu semua itu untuk menjamin keamanan dan kenyamanan di bidang spesialisasi kami. Jadi produk kami meliputi e-KYC, tanda tangan digital, dan e-status,” kata Roni. Tuhan

Roni juga menyebutkan pentingnya memastikan identitas dan persetujuan hukum pengguna layanan keuangan digital, termasuk bank digital.

“Sebagai PSrE yang terafiliasi dengan Kominfo, kami telah mengadopsi teknologi identifikasi kehidupan serta otentikasi 3 faktor untuk memverifikasi identitas calon pelanggan sebelum menyetujui dan menandatangani kontrak digital yang dijamin dengan sertifikat elektronik,” kata Roni Tanrim.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *