TRIBUNNEWS.COM – Ledakan terjadi di pangkalan militer Irak pada Sabtu (20/4/2024).
Seperti dilansir Sky News, ledakan terjadi tepat di pangkalan militer Kalsu di kota Babilonia, sekitar 50 km dari ibu kota Bagdad.
Pangkalan tersebut digunakan oleh Pasukan Mobilisasi Populer (PMF) atau Popular Mobilization Unit (PMU), sebuah kelompok payung dari puluhan kelompok bersenjata Irak.
Menurut sumber di rumah sakit terdekat di Hilla, satu pejuang PMF tewas dan enam lainnya terluka.
Ledakan tersebut merupakan akibat dari serangan udara, yang sumbernya belum diketahui, lapor Reuters.
Namun, pihak militer mengatakan tidak ada drone atau jet tempur yang terdeteksi di wilayah udara sekitar sebelum atau selama ledakan.
Seorang pejabat AS mengatakan insiden itu bukan disebabkan oleh operasi militer AS.
Awalnya, PMF memastikan hanya korban luka-luka dan tidak ada korban jiwa. Pasukan PMF memasuki Fallujah setelah Pertempuran Fallujah Ketiga, 2016 (Kantor Berita Tasnim)
“Tim investigasi segera mencapai lokasi ledakan yang menimbulkan kerugian dan kerusakan material,” kata PMF dalam pernyataannya.
Kami akan memberi Anda rinciannya setelah penyelidikan awal selesai.
Faksi-faksi di PMF berpartisipasi dalam serangan roket dan drone terhadap pasukan AS di Irak selama bulan-bulan pertama pendudukan Israel di Gaza.
Namun, kelompok tersebut menghentikan serangannya pada awal Februari. Kelompok perlawanan Irak melancarkan serangan pesawat tak berawak ke pelabuhan Eilat yang dikuasai Israel
Pejuang dari kelompok perlawanan anti-teroris Irak melancarkan serangan drone di pelabuhan Eilat pada Sabtu (20-04-2024), Prestv melaporkan.
Serangan tersebut merupakan respons terhadap serangan terhadap pangkalan militer yang menampung koalisi Unit Mobilisasi Populer (PMU).
Melalui telegram, PMU mengaku bertanggung jawab atas serangan di lokasi-lokasi penting di pelabuhan Eilat, di ujung utara jalur Laut Merah, pada Sabtu pagi waktu setempat.
Serangan pesawat tak berawak tersebut disebut-sebut dilakukan untuk mendukung warga Palestina di Gaza dan sebagai pembalasan atas pembantaian yang dilakukan Zionis di Gaza, sebagai bagian dari kelanjutan perjuangan tahap kedua melawan rezim pendudukan Israel.
Kelompok tersebut mencatat bahwa serangan itu dilakukan sebagai pembalasan atas pelanggaran berat terhadap kedaulatan Irak dan sebagai tanggapan atas serangan terhadap kamp Hashd al-Shaabi (PMU/PMF).
Sejauh ini, kelompok perlawanan Islam di Irak berjanji akan melanjutkan operasi pembalasannya sampai Israel menghentikan genosida di Gaza.
Koalisi tersebut telah melancarkan sejumlah serangan terhadap sasaran-sasaran Israel sejak pendudukan Israel melancarkan perangnya di Gaza pada awal Oktober tahun lalu.
Israel telah menargetkan rumah sakit, rumah dan tempat ibadah sejak Hamas melancarkan serangan mendadak pada 7 Oktober yang dikenal sebagai Operasi Badai al-Aqsa.
Sejauh ini, setidaknya 34.012 warga Palestina telah tewas, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, dan 76.833 lainnya terluka.
Lebih dari 1,7 juta orang menjadi pengungsi internal selama perang.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)