Laporkan Film Vina: Sebelum 7 Hari ke Polisi, Asosiasi Lawyer Muslim Indonesia: Tarik dari Peredaran

TRIBUNNEWS.COM – Kasus meninggalnya Vina Cirebon masih menjadi perbincangan hangat publik.

Proses hukum dalam kasus ini masih berjalan.

Sebelumnya diketahui isu kematian Veena juga muncul usai penayangan Veena: Before 7 Days dan kini menjadi viral.

Di tengah proses hukum yang sedang berjalan, Ikatan Pengacara Muslim Indonesia (ALMI) menayangkan film yang diyakini membuat heboh masyarakat.

Menurut ALMI, film tersebut berpotensi mengganggu penilaian hakim dalam menangani kasus kematian Veena.

“Kenapa film ini masih beredar? Saya khawatir secara hukum peristiwa ini akan mengganggu putusan hakim atau penegak hukum dalam proses perkara ini,” ujar dari ALMI, YouTube KH Infotainment, Kamis (30/5/2024). .

Terkait hal tersebut, ALMI menilai permasalahan tersebut harus diselesaikan.

ALMI ingin film Vina: Before 7 Days ditarik dari peredaran di bioskop Indonesia.

Oleh karena itu, kami di Ikatan Pengacara Muslim Indonesia meyakini hal ini harus dilaksanakan.

“Cara menegakkannya adalah dengan menghapuskan film dari peredaran di bioskop,” jelasnya.

Hal itu dilakukan dengan harapan film tersebut tidak memberikan petunjuk buruk kepada penegak hukum untuk mengungkap kasus kematian Veena.

“Jangan memberikan nasehat yang buruk kepada aparat penegak hukum yang menangani kasus tersangka pembunuh Veena,” ujarnya.

Di sisi lain, Angie Umbra, sutradara film Vina: Before 7 Days, menyebut film besutannya sudah melalui sensor.

Jadi menurut Angie, film ini tidak melanggar aturan perfilman.

Angie justru menyebut film tersebut telah memberikan hikmah kepada keluarga korban.

“Apa (laporan ini)? Angi berkata, “Film ini telah melalui sensor, tidak ada isu, tidak ada kriminalitas, dan harus membawa hikmah bagi keluarga.”

“Lucu saja, tidak biasa (kalau ada yang melaporkan),” sambungnya. Sukesih sedih mengingat pembunuhan dan pemerkosaan putrinya, Vina Devi Arsita atau Vina, dan kekasihnya, Muhammad Rizki Rudia alias Eki, pada 26 Agustus 2016 di Cirebon, Jawa Barat. (Kolase TribunNews/Kompas.com)

Angie menambahkan, film tersebut juga berdasarkan sudut pandang keluarga Veena.

“Itu hanya gambaran kami saja dan kami tidak membahas kasus apa pun. Kami hanya membahas peristiwa dari sudut pandang keluarga. Kalau tidak ada dasar, hanya dibuat-buat,” jelasnya.

Kemudian Angie memilih untuk tidak mengkhawatirkan kemacetan film tersebut.

“Mau mengadu ke mana? Di Barescream harus ke KPI. Lagi pula, belum bisa mengadu kan?”

“Kalau mau berpendapat silakan saja, semua boleh berpendapat,” tutupnya.

(Tribunnews.com/Ifan/Galuh)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *