Laba Q2 McDonald’s Jeblok, Boikot Produk Pro Israel Terbukti Ampuh?

TRIBUNNEWS.COM – Ada kabar buruk bagi jaringan makanan cepat saji McDonald’s dalam laporan keuangan kuartal kedua (Q2) tahun 2024.

Hal ini terjadi ketika waralaba McD melaporkan penurunan penjualan global pertamanya dalam lebih dari tiga tahun.

Penjualan global McDonald’s turun 1 persen pada April-Juni, kata raksasa makanan cepat saji itu, Senin (29/7/2024).

Terakhir kali McDonald’s menghadapi kekurangan seperti itu adalah pada kuartal keempat tahun 2020, ketika pandemi COVID-19 dan pembatasan pemerintah dicabut.

Saat itu, penjualan produk McDonald’s turun karena banyak toko tutup karena jutaan orang terjebak di rumah.

CEO McDonald’s Chris Kempczynski pun buka suara terkait penurunan kuartal II tahun ini.

Konsumen kini dianggap “sangat selektif” dalam membelanjakan uangnya, terutama pada makanan, kata Kempczynki.

Telah terbukti juga bahwa ada banyak faktor yang meningkatkan “pilihan” ini di kalangan konsumen.

Pertama, konsumen saat ini sangat dipengaruhi oleh kenaikan harga, yang menyebabkan mereka mencari makanan yang lebih murah dan makan lebih sedikit.

“Kami melihat perubahan, namun apa yang kami lihat adalah kerugian yang dialami masyarakat berpendapatan rendah jauh lebih besar daripada manfaat perubahan,” kata Kempczinski dalam konferensi telepon dengan para investor.

“Anda melihat orang-orang dengan pendapatan rendah sering kali melewatkan pasar, makan di rumah, dan mencari cara lain untuk menabung.”

Kedua, akibat persepsi negatif terhadap lisensi waralaba mereka di pasar internasional.

Hal ini terlihat dari penurunan angka penjualannya di Timur Tengah dan negara mayoritas Muslim pada kuartal kedua.

Angka penjualan di wilayah ini turun 1,3 persen​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​

Protes bermula setelah McDonald’s Israel memberikan makanan kepada tentara Israel yang menginvasi Palestina pada Oktober 2023.

Hal ini tidak hanya terjadi di wilayah ini, namun juga di wilayah China, terlihat kurangnya kepuasan pelanggan.

Penjualan produknya di negeri tirai bambu menurun karena harga produknya kalah bersaing dengan waralaba lokal di China yang tetap menjual jamur dan menawarkan harga lebih murah dibandingkan makanan cepat saji.

Kempczynski mengatakan pihaknya kini akan menyelidiki masalah penurunan penjualan dan mencari solusi secepatnya.

Dia mengatakan bahwa kami sedang mencari solusi segera.

McDonald’s sendiri telah mengambil banyak langkah untuk meningkatkan citranya, terutama di Timur Tengah dan negara-negara Muslim lainnya seperti Indonesia dan Malaysia.

Hal ini terlihat pada tanggal 4 April 2024 dimana McDonald’s mengumumkan akan mengembalikan lisensi waralabanya di Israel yang dikelola oleh Alonial.

Keputusan McDonald’s menjadi dasar bagi Israel untuk mengelola haknya untuk mencegah kebijakan kontroversial yang muncul tanpa pengawasan, seperti perdebatan mengenai makanan gratis untuk pasukan Israel di Gaza akhir tahun lalu.

“Kami berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di seluruh pasar utama, terlepas dari pasar internasional. Hal ini tidak akan terjadi dalam semalam, namun akan terjadi,” tutup Kempczynski.

(Tribunnews.com/Bobby)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *