Kusnadi Staf Hasto PDIP Trauma, Pilih Laporkan Penyidik KPK ke Bareskrim daripada Diperiksa KPK 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Staf Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto, Kusnadi mendatangi gedung Bareskrim Polri di Jakarta, Kamis (13/6), untuk melakukan pelaporan aksi Pemberantasan Korupsi. . Penyidik ​​panitia, Kompol Rossa Purbo Bekti.

Dari pantauan di lokasi kejadian, Kusnadi yang tampak mengenakan pakaian berwarna abu-abu tiba di Bareskrim Polsek pada pukul 14.30 WIB.

Kusnadi didampingi pengacara sekaligus koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI), Petrus Selestinus dan rekan-rekannya.

Sebelum membuat laporan, Petrus mengaku mendampingi Kusnadi membuat laporan terhadap penyidik ​​KPK bernama Kompol Rossa Purbo Bekti.

Pasalnya Kompol Rossa diduga mengancam dan menyita barang-barang milik Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dan Kusnadi, berupa laptop partai dan telepon pintar.

Saat itu, Kusnadi merupakan salah satu rombongan yang mendampingi Hasto saat memenuhi panggilan untuk memberikan keterangan.

Rossa kemudian menghampiri Kusnadi dan berbisik bahwa dia dicari dan Hasto meneleponnya. Kusnadi akhirnya menyusul Rossa dan naik ke lantai atas Gedung KPK.

Di sana, Kusnadi mengaku mendapat intimidasi, penggeledahan, hingga barang-barang pribadi dirinya dan Hasto disita. Faktanya, Kusnadi tidak diperiksa pada hari itu.

“Mewakili Kusnadi sebagai orang yang merasa menjadi korban dari perbuatan yang diduga merupakan tindak pidana berupa dugaan perampasan kemerdekaan dan perampasan barang-barang pribadinya serta beberapa barang milik Hasto Kristiyanto yang wajib dilaporkan ke Bareskrim,” kata Petrus di Bareskrim Polri, Jalan Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan, Kamis.

Kenapa dilaporkan ke Bareskrim? Karena yang diduga peristiwa pidana 10 Juni di KPK itu merupakan tindak pidana umum, lanjutnya. Staf Hasto Kristiyanto, Kusnadi bersama penasihat hukum Petrus Selestinus Ronny Talapessy dalam laporannya. di Komnas HAM, Jakarta, Rabu (6-12-2024) (Tribunnews.com/Fransiskus Adhiyuda)

Petrus menambahkan, pihaknya dan Kusnadi juga memberikan berbagai bukti. Ini termasuk catatan penyitaan, laporan penggeledahan, dan kuitansi barang-barang yang disita.

“Nah ini masalahnya, walaupun ada laporan penggeledahan, laporan penyitaan, dan kuitansi. Tapi yang jadi persoalan, pertama-tama, penyidik ​​Rossa Purbo Bekti, penyidik ​​KPK, saat bertemu dengan Kusnadi, dia tidak pernah. menunjukkan identitas lengkapnya. “jelasnya.

Sementara itu, Kusnadi mengatakan, pihaknya langsung mendatangi Bareskrim Polri untuk menyampaikan laporan karena merasa dirugikan. Diantaranya, ia merasa ditipu oleh Kompol Rossa.

“Karena pertama kali saya dirugikan adalah saat Pak Rossa bilang dia memanggil saya ayah, tapi ternyata tidak,” kata Kusnadi.

Selain itu, dia juga menilai benda sitaan tersebut tidak diketahui Hasto Kristiyanto.

“Ternyata Pak Hasto tidak tahu menahu soal barang sitaan yang dibawa Pak Rossa, itulah yang mendorong saya melaporkan hal tersebut,” jelasnya.

Kusnadi pun memastikan tak akan hadir saat dipanggil penyidik ​​KPK untuk diperiksa hari ini, Kamis.

Ia terlihat tiba di Bareskrim Polri bersama beberapa pengacara untuk membuat laporan polisi terkait penyitaan sejumlah barang yang dilakukan penyidik ​​KPK Rossa Purbo Bekti.

Petrus Selestinus yang mendampingi mengatakan Kusnadi meminta penundaan penyidikan di KPK.

“Panggilan itu datang kemarin sore. Sebagai penyidik ​​profesional KPK, kita sering menyayangkan banyak kasus pemanggilan itu datangnya secara tiba-tiba, padahal KUHAP mengharuskannya ditunda minimal 3 hari, tapi ini kemarin sore. kata Petrus di Bareskrim. Polri, Jakarta. Staf Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto, Kusnadi bersama pengacara dan Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI), Petrus Selestinus mengunjungi gedung Bareskrim Polri di Jakarta, Kamis (13/6/2024). (Tribunnews.com/Fransiskus Adhiyuda)

Lebih lanjut, Petrus mengatakan Kusnadi masih trauma dengan panggilan penyidik ​​KPK pada 10 Juni 2024 karena dipanggil.

Ya, saya trauma, diintimidasi, diperlakukan sewenang-wenang, apalagi KPK tidak menerapkan prosedur penyitaan, prosedur penggeledahan dan hal-hal lain yang memerlukan pembelaan hak asasi manusia dalam proses perkara, kata.

Meski begitu, Petrus mengatakan Kusnadi akan hadir nanti jika KPK menjadwalkan ulang penyidikan. Saya telepon KPK lagi

Sebelumnya, tim penyidik ​​Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memanggil staf Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, Kusnadi, ke Gedung Merah Putih KPK, Kamis, 13 Juni 2024.

Kusnadi dipanggil sebagai saksi dalam kasus dugaan suap penjabat anggota pengganti (PAW) DPR periode 2019-2024, di mana tersangka mantan calon tim PDIP Harun Masiku.

Pemeriksaan dilakukan di Gedung Merah Putih KPK atas nama Kusnadi selaku kontraktor, kata Juru Bicara KPK Budi Prasetyo dalam keterangannya, Kamis (13/6).

Kusnadi merupakan pegawai Hasto yang dicari penyidik ​​KPK saat diperiksa sebagai saksi kasus suap Harun Masiku pada Senin, 10 Juni 2024.

– Di tengah (penyelidikan) mereka menelpon staf saya yang bernama Kusnadi, katanya ingin bertemu dengan saya, tapi kemudian mereka menyita tas dan telepon genggamnya atas nama saya, kata Hasto.

Komite Pemberantasan Korupsi (KPK) menyebut ponsel Hasto disita untuk mencari keberadaan Harun yang sudah empat tahun lebih buron.

Harun Masiku merupakan tersangka kasus dugaan suap terhadap mantan Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU), Wahyu Setiawan.

Harun diduga menyuap Wahyu untuk memudahkan dirinya menjadi anggota DPR melalui mekanisme PAW.

KPK menetapkan empat tersangka dalam kasus ini. Selain Wahyu dan Harun, ada pula kader PDIP Saeful Bahri dan mantan anggota Bawaslu Agustiani Tio Fridelina.

Wahyu, Saeful, dan Agustiani dinyatakan bersalah. Sedangkan Harun masih buron setelah lolos dari Operasi Tangkap (OTT) pada Januari 2020.

Sebelumnya, staf Hasto Kristiyanto, Kusnadi, melaporkan tindakan penganiayaan penyidik ​​KPK ke Komnas HAM pada Rabu (6/12).

Dalam pelaporan tersebut, Kusnadi didampingi kuasa hukumnya, Petrus Selestinus dan Ronny Talapessy.

Kuasa hukum Petrus mengatakan, pihaknya juga menghadirkan sejumlah alat bukti berupa surat pernyataan atau keterangan tertulis dari pihak yang berkompeten di bidang permasalahan tersebut.

Bukti akta yang diserahkan ke Komnas HAM berupa keterangan tertulis yang ditandatangani notaris dan kronologi kejadian.

“Barang buktinya sudah kami sampaikan, sebelumnya berupa akta tertulis, keterangan tertulis dan juga ditandatangani notaris, sudah disampaikan kronologis kejadian yang dihadapi Kusnadi,” kata Petrus usai laporan.

Tim kuasa hukum Kusnadi pun menghadirkan sejumlah saksi ke Komnas HAM untuk mendengarkan keterangannya. Sebab, para saksi yang melapor melihat langsung bagaimana Kusnadi diintimidasi dan dilanggar prosedur penggeledahan dan penyitaan.

Saksi tersebut berasal dari tim kuasa hukum Sekjen PDIP yang turut hadir di hadapan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam sidang, Senin (6/10).

“Kami meminta Komnas HAM segera mendengarkan beberapa saksi yang akan kami hadirkan ke Komnas HAM untuk sidang, khususnya teman-teman tim kuasa hukum Pak Hasto yang juga hadir di KPK kemarin,” ujarnya.

Dalam kasus ini, penyidik ​​KPK bernama Rossa Purbo Bekti diduga menjebak Kusnadi.

Rossa disebut melakukan perbuatan melawan hukum dengan menguasai dan menyita telepon seluler Kusnadi dan perangkat Hasto. Selain itu, buku partai yang berisi catatan pertemuan Megawati Soekarnoputri dan Hasto juga disita.

Aksi ini bermula saat Hasto diperiksa di sebuah ruangan di gedung KPK pada Senin. Tiba-tiba seseorang bermasker dan bertopi menghampiri Kusnadi yang mendampingi Hasto di KPK. Saat itu, Kusnadi sedang menunggu di KPK bersama pegawai lainnya.

Oknum yang belakangan diketahui Rossa ini meminta Kusnadi naik ke lantai dua Gedung KPK, mengaku dipanggil Hasto.

Namun saat menaiki pesawat, Kusnadi tidak menemui Hasto, melainkan terpaksa menjalani pemeriksaan dan barang bawaannya pun disita.

Padahal, Kusnadi saat itu tidak menjadi subjek panggilan KPK. Perbuatan Kompol Rossa terhadap Kusnadi dengan merampas dan menggeledah rumah diduga melanggar pasal 33 dan 39 KUHP.

“Kami protes di sini karena Saudara Kusnadi bukan subjek pemanggilan hari ini. Pemanggilan hari ini adalah pemanggilan saksi Saudara Mas Hasto Kristiyanto. Kok Saudara Kusnadi tiba-tiba minta maaf karena melihat kami dipanggil dengan cara yang menurut saya hoax? atau dijebak,” kata Ronny Talapessy. Cari rahasia pesta

PDI Perjuangan (PDIP) menyebut dokumen penting yang disita penyidik ​​KPK tidak ada kaitannya dengan buronan Harun Masiku.

Tim kuasa hukum PDIP Johannes Tobing mengatakan, penyitaan dokumen berisi instruksi Presiden Jenderal Megawati Soekarnoputri soal pilkada serentak bukan milik Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.

“Kami informasikan kepada penyidik ​​Komisi Pemberantasan Korupsi bahwa yang bersangkutan telah menyita dokumen-dokumen penting terkait dengan arahan Presiden Jenderal yang harus dilaksanakan oleh departemen terkait di DPC, DPD, dan DPP untuk menyelenggarakan Pilkada serentak di seluruh Indonesia. kata Johannes Tobing.

Katanya, akan sangat berbahaya jika dokumen penting tersebut tidak dikembalikan kepada partai.

“Dokumen-dokumen penting itu bukan milik Pak Hasto, tapi milik partai. Jadi, tentu ini sangat serius dan berbahaya sekali kalau tidak segera dikembalikan kan? Harun. . Kasus Masiku,” ujarnya. . Kolase foto Harun Masiku, DPO KPK yang sudah hampir empat tahun tidak terekam.  (kolase tribunnews: kpu.go.id/kompasTV/ist)

Kemudian, Johannes mengatakan pihaknya mengambil jalur hukum dengan melaporkan penyidik ​​KPK ke Bareskrim Polri hari ini.

“Jadi peneliti ini membabi buta melanggar SOP bahkan melanggar hukum, ini yang membuat kami marah lho,” ujarnya. KPK memberikan bantuan hukum

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memberikan bantuan hukum kepada penyidik ​​KPK yang melapor ke lembaga pengawas antikorupsi (Dewas).

Ketiga orang tersebut adalah Rossa Purbo Bekti, Rahmat Prasetyo, dan M Denny Arief.

Laporan ini dibuat akibat ketiga penyidik ​​menyita telepon seluler dan agenda Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.

Ketua KPK Nawawi Pomolango mengatakan badan hukum KPK mendampingi tiga penyidik ​​KPK.

“Dewas sudah diberitahu kan? Kita punya badan hukum, kita selalu tindak lanjuti kalau ada hal seperti itu,” kata Nawawi kepada wartawan usai menjadi pembicara pada Seminar Nasional Program Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Hukum Universitas Bhayangkara Jabodetabek di Bekasi, Jawa Barat, Kamis (13/6).

Namun Nawawi mengaku belum mendengar tindak lanjut laporan ke Dewas KPK.

Nawawi lantas menilai pelaporan ke Dewas KPK sudah sepantasnya dilakukan Hasto Kristiyanto.

“Itu sah, sah. Di situ tempatnya lapor ke Dewas,” ujarnya.

Sebelumnya, tiga penyidik ​​Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dilaporkan ke Dewan Pengawas lembaga antirasuah (Dewas) pada Senin (10/10/2024) malam.

Kabar tersebut disampaikan Penasihat Hukum Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto Ronny Talapessy di Kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta, Senin.

“(Kami laporkan) ke Dewas malam ini,” kata Ronny Talapessy.

Ronny menjelaskan, total ponsel yang disita sebanyak tiga unit.

Dua unit ponsel milik Hasto Kritiyanto, dan satu unit ponsel milik stafnya, Kusnadi.

Tak hanya itu, KPK juga menyita buku tabungan ATM berisi Rp 700.000 atas nama Kusnadi.

Ronny menjelaskan, kliennya mengaku menentang penyitaan dan penggeledahan tersebut.

Sebab, jelas Ronny, Kusnadi tidak tunduk pada panggilan KPK.

“Panggilan hari ini adalah panggilan kesaksian Saudara Mas Hasto Kristiyanto, kok Saudara Kusnadi tiba-tiba seperti dipanggil dengan cara yang menurut saya ditipu atau dijebak,” kata Ronny.

Ronny menilai penggeledahan terhadap Kusnadi melanggar Pasal 33 KUHAP dan penyitaan terkait melanggar Pasal 39 KUHAP. (Jaringan Tribuna/Yuda).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *