Kurikulum Khusus Berbasis Kompetensi Dibutuhkan untuk Cegah Gen Z jadi Pengangguran

Laporan koresponden situs Tribune News, Fahdi Al-Fahlawi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Badan Pusat Statistik mencatat ada 10 juta pengangguran Generasi Z.

Menanggapi hal tersebut, Rektor Universitas Tarumanagar (PBB) Augustinus Poorna Erawan mengatakan perlu adanya kurikulum khusus untuk Generasi Z.

Menurut Agustinus, pihaknya saat ini telah memiliki kurikulum yang tepat waktu dan berbasis keterampilan sehingga lulusannya bisa bekerja, berkreasi, atau menjadi wirausaha.

Perkuliahan juga lebih fokus pada praktik.

“Jadi misalnya ada sesi teori selama 4 kali pertemuan, dilanjutkan dengan diskusi tentang bagaimana implementasinya di dua pertemuan yang tersisa, dan diskusi tentang kasus, proyek, dan sebagainya,” jelas Agustinus dalam keterangan tertulisnya, Senin (27/5). /2019). ). 2024).

Hal itu disampaikan Agustinus usai wisuda Unter yang ke-83 di Jakarta Convention Center, Jakarta.

Menurutnya, perguruan tinggi harus terus inklusif dalam pelayanan pendidikan tinggi.

“Lingkungan pembelajaran harus aman, nyaman, inklusif, dan tanpa kekerasan agar proses pembelajaran yang berlangsung efektif bagi seluruh civitas akademika,” kata Agustinus.

Usai memberangkatkan para wisudawan, Agustinus berharap agar para wisudawan mampu mempersembahkan karya dan karya terbaiknya bagi kehidupan orang lain untuk negara dengan ilmu yang dimilikinya.

Selain itu, Agustinus juga menyoroti persoalan lapangan kerja yang akhir-akhir ini menjadi tantangan bagi lulusan perguruan tinggi.

Ia mengatakan permasalahan rendahnya lulusan perguruan tinggi yang memasuki pasar kerja harus dilihat dari beberapa sudut pandang.

Sebab seringkali kesulitan yang dihadapi lulusan dalam terjun ke dunia kerja bukan karena kemampuan ilmiahnya.

Ia menjelaskan: “Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya perilaku atau etos kerja. Atau bahkan generasi strawberry yang kurang tangguh dalam menghadapi berbagai tekanan dan tantangan.”

Agustinus mengatakan, pemerintah dapat bekerjasama dengan perguruan tinggi dalam hal ini untuk memberikan intervensi berupa pelatihan dan pemberdayaan bagi pekerja yang belum bekerja.

“Pemerintah bisa mendorong mereka untuk tidak menganggur melalui program-program yang bisa kita koordinasikan. Baik itu pelatihan, pengayaan terkait kewirausahaan, dll. Saya yakin banyak yang bisa dilakukan untuk lulusan yang masih menganggur,” ujarnya.

Sementara itu, Presiden LLDict III, Tony Toharudin, memuji Unter atas upayanya dalam mengembangkan sumber daya manusia berkualitas yang aktif dalam pelaksanaan program pendidikan.

Menurut Tony, dalam upaya mencetak sumber daya manusia yang unggul, perguruan tinggi tidak hanya didorong untuk mencetak mahasiswa cerdas yang memiliki kemampuan ilmiah. Namun lulusan harus dibekali soft skill untuk menunjang keterampilannya di dunia kerja.

“Soft skill ini adalah tentang komunikasi, kolaborasi, dan keterampilan kepemimpinan,” kata Tony. “Sangat penting untuk menularkannya kepada siswa kami.”

Pada Wisuda Universitas Unter ke-83 ini, terdapat 2.055 wisudawan yang terdiri dari 1.649 wisudawan program sarjana dan 406 wisudawan program profesi, magister, dan doktoral.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *