TRIBUNNEWS.COM – Inilah Modul 2 Respon Narasi Reflektif Topik Utama 2 Pendidikan Emosional Sosial (PSE) Topik Apa dan Bagaimana Penerapannya? Pada PPG 2024.
Pada Modul 2 Topik 2 PPG 2024, guru diminta melengkapi cerita reflektif Modul 2 Topik 2 PSE: Apa itu dan bagaimana cara penggunaannya? setidaknya 50 karakter.
Cerita Reflektif Modul 2 Topik 2 PSE diawali dengan pertanyaan: Sekarang kami ingin Anda menceritakan kepada kami tentang pengalaman Anda menggunakan salah satu keterampilan sosial emosional. Bagaimana perasaan Anda saat melakukan latihan ini? Pertimbangkan strategi untuk menerapkan PSE dalam pengajaran di kelas. Bagaimana prosedur pembukaan pembelajaran yang hangat, kegiatan pembelajaran yang menantang dan berpusat pada siswa, serta akhir yang penuh semangat?
Pada saat para guru mengikuti pelatihan PPG untuk beberapa guru jabatan 2024, terdapat pertanyaan-pertanyaan dalam cerita yang mencerminkan PPG 2024 Modul 2 Topik 2 dalam Platform Merdeka Mengajar (PMM).
Kunci jawaban berikut ini dapat dijadikan acuan oleh guru untuk menjawab cerita reflektif pada Modul 2 Topik 2 PPG 2024.
Untuk lebih jelasnya berikut ini kunci jawaban Cerita Refleksi Modul 2 PSE Topik 2: Apa dan Bagaimana Caranya. Cerita Reflektif Modul 2 Topik 2 PSE: Apa Itu dan Bagaimana Menggunakannya Pertanyaan: Sekarang kami ingin Anda menceritakan kepada kami tentang pengalaman Anda mempraktikkan salah satu keterampilan sosial emosional. Bagaimana perasaan Anda saat melakukan latihan ini? Pertimbangkan strategi untuk menerapkan PSE dalam pengajaran di kelas. Bagaimana prosedur pembukaan pembelajaran yang hangat, kegiatan pembelajaran yang menantang dan berpusat pada siswa, serta akhir yang penuh semangat? Contoh jawaban:
Salah satu pengalaman yang paling berkesan dalam melatih keterampilan sosial emosional adalah melatih kesadaran diri. Latihan ini melibatkan pemikiran mendalam tentang emosi saya dalam situasi tertentu, bagaimana emosi tersebut memengaruhi reaksi saya, dan apa yang memicunya.
Dalam latihan ini, saya diajak untuk jujur pada diri sendiri tentang perasaan saya, terutama dalam situasi sulit, seperti ketika menghadapi siswa yang sulit atau ketika tekanan tuntutan pekerjaan semakin meningkat.
Awalnya saya merasa sedikit risih karena biasanya sebagai guru kami lebih fokus pada kebutuhan siswa dibandingkan kebutuhan kami sendiri. Namun seiring berjalannya waktu, saya mulai merasakan manfaat besar dari latihan ini.
Saya menjadi lebih tenang dan terkendali serta mampu merespons situasi dengan lebih bijaksana. Itu membuat saya lebih berempati terhadap diri saya sendiri dan siswa. Karena saya lebih memahami pentingnya menangani emosi dengan baik.
Strategi penerapan PSE di kelas:
1. Pembukaan pendidikan yang hangat
Saya memulai kelas dengan salam hangat dan memberi siswa waktu singkat untuk berbagi perasaan mereka tentang hari itu. Misalnya saja menggunakan “pemeriksaan emosi” di mana siswa memilih emotikon yang mewakili emosinya. Hal ini membantu siswa merasa dilibatkan dan dihargai sejak awal.
2. Kegiatan pembelajaran yang menantang dan berorientasi pada siswa
Dalam kegiatan pendidikan saya, saya mengutamakan kolaborasi dan metode kerja berbasis proyek. Siswa memecahkan masalah secara berkelompok.
Ini tidak hanya meningkatkan kemampuan kognitif mereka tetapi juga keterampilan sosial seperti kerja sama, komunikasi dan empati. Saya juga memastikan bahwa tugas yang diberikan benar-benar relevan dengan kehidupan mereka sehingga mereka menjadi lebih termotivasi dan merasa dihargai.
3. Akhir yang optimis
Di akhir pembelajaran, saya mengajak siswa untuk merenungkan secara singkat apa yang mereka pelajari dan bagaimana perasaan mereka setelah proses tersebut. Saya juga memberikan tanggapan positif dan menyoroti keberhasilan dan pencapaian mereka, baik secara akademis maupun sosial secara emosional. Hal ini membantu siswa merasa dihargai dan membuat kelas merasa positif dan termotivasi.
Melalui strategi tersebut, saya berupaya menciptakan lingkungan belajar yang tidak hanya berfokus pada prestasi akademik, namun juga mendukung perkembangan sosial emosional siswa agar dapat tumbuh menjadi individu yang seimbang dan bijaksana. Jawaban alternatif:
Pembelajaran Sosial dan Emosional (SLE) merupakan pendekatan pembelajaran holistik di sekolah yang melibatkan seluruh komunitas sekolah secara aktif.
Dalam pendekatan ini, kolaborasi antara siswa, guru, kepala sekolah, dan staf pendukung adalah kunci untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung pengembangan keterampilan sosial dan emosional. PSE berguna tidak hanya bagi siswa di semua tingkatan, tetapi juga bagi orang dewasa di sekolah untuk menggunakan keterampilan sosial-emosional dengan cara yang positif.
Ada empat strategi utama penerapan PSE, yaitu:
1. Mengajarkan keterampilan sosial emosional (SES) secara langsung dan jelas untuk memastikan siswa mempunyai pemahaman yang jelas tentang keterampilan sosial emosional.
2. Mengintegrasikan KSE ke dalam pembelajaran dan interaksi sehari-hari sehingga guru dapat menerapkannya dalam metode pengajaran dan interaksinya dengan siswa.
3. Mengubah kebijakan sekolah dan harapan siswa untuk menciptakan lingkungan inklusif dan mendukung perkembangan sosial-emosional.
4. Mempengaruhi pemikiran siswa tentang dirinya, orang lain dan lingkungannya, membentuk gagasan-gagasan positif dan sehat dalam dirinya.
Jika diterapkan secara efektif, PSE mendukung terciptanya komunitas sekolah yang kohesif di mana keterampilan sosial-emosional dianggap sama pentingnya dengan pengetahuan akademis. Jawaban alternatif:
Ketika saya melatih salah satu keterampilan sosial emosional saya, seperti empati, saya merasakan pengalaman yang sangat berharga. Melalui permainan peran dan diskusi kelompok, saya diajak untuk lebih memahami sudut pandang orang lain. Terkadang aku sulit keluar dari zona nyaman dan merasakan apa yang dirasakan oleh orang yang berbeda dariku.
Latihan ini tidak hanya meningkatkan empati, tetapi juga membuat saya lebih peka terhadap perasaan siswa di kelas. Saya menemukan bahwa dengan mengembangkan empati, saya dapat membangun hubungan yang lebih kuat dan saling percaya dengan siswa.
Untuk menerapkan PSE dalam pengajaran di kelas, saya memulai dengan menciptakan lingkungan yang hangat dan mendukung. Misalnya, mulailah belajar dengan kegiatan es krim yang menyenangkan atau dengan berbagi cerita pendek. Kegiatan pembelajaran yang kompleks dan berpusat pada peserta didik dapat dirancang dengan berbagai cara, seperti proyek kelompok, diskusi terbuka, atau pembelajaran berbasis masalah.
Dalam kegiatan ini siswa tidak hanya mempelajari materi pembelajaran saja, tetapi juga belajar bekerja sama, berkomunikasi secara efektif, dan memecahkan masalah. Di akhir pembelajaran, saya selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk merefleksikan apa yang telah mereka pelajari. Hal ini dapat dilakukan melalui jurnal reflektif, diskusi singkat, atau pujian atas upaya mereka. Dengan berakhirnya optimis, siswa semakin termotivasi untuk terus belajar dan berkembang. Jawaban alternatif:
Pendidikan sosial emosional penting untuk memahami betapa pentingnya keterampilan sosial emosional bagi perkembangan diri dan lingkungan, serta dapat memperkuat karakter profil Siswa Pancasila melalui peningkatan kualitas pribadi dan proses pembelajaran di kelas. Jawaban alternatif:
Praktek keterampilan sosial emosional (PSE) adalah proses yang melibatkan kesadaran diri dan interaksi dengan orang lain. Keterampilan PSE yang penting adalah kesadaran diri, yang mencakup kemampuan mengenali emosi, memahami dampaknya, dan mengelolanya secara efektif.
Ketika saya mulai melatih kesadaran diri, saya mengalami kesulitan untuk berpikir secara mendalam dan mengelola emosi dalam situasi tertentu. Ini bisa jadi sulit pada awalnya, terutama ketika dihadapkan pada situasi yang membuat stres atau membuat frustrasi. Namun, dengan latihan yang konsisten seperti meditasi singkat atau teknik pernapasan dalam, saya bisa menjadi lebih sadar akan emosi saya, memungkinkan saya merespons dengan cara yang positif dan bijaksana.
Strategi efektif untuk menggunakan PSE dalam pengajaran di kelas adalah integrasi alami ke dalam kurikulum. Beberapa metode yang dapat digunakan antara lain:
1. Pembukaan Pembelajaran Panas:
Dimulai dengan kegiatan yang menumbuhkan rasa aman dan rasa memiliki di kalangan siswa. Misalnya mengawali hari dengan bercerita atau bertukar pikiran singkat tentang perasaan atau pengalaman siswa.
Guru dapat memulai dengan sapaan pribadi kepada setiap siswa, penilaian kecil, atau “pemecah kebekuan” yang mendorong setiap orang untuk berpartisipasi aktif.
2. Kegiatan pembelajaran yang menantang dan berorientasi pada siswa:
Tugas yang dirancang harus memungkinkan siswa untuk bekerja sama, berpikir kritis, dan saling mendukung.
Kegiatan yang mendorong kerja sama tim dan pemecahan masalah sangat membantu dalam melatih keterampilan sosial seperti mendengarkan secara aktif dan komunikasi yang efektif.
Guru dapat menyajikan permasalahan yang mengharuskan siswa berdiskusi atau memecahkan masalah secara bersama-sama agar proses pembelajaran tetap berpusat pada siswa.
3. Akhir yang optimis:
Guru mengakhiri pembelajaran dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk merefleksikan apa yang telah mereka pelajari dan apa yang mereka rasakan telah dicapai. Penutupan dapat dilakukan dengan afirmasi positif, seperti mengungkapkan harapan atau rasa bangga terhadap usaha siswa.
Mengajak siswa untuk membuat komitmen atau rencana kecil untuk hari esok dapat meninggalkan kesan positif dan optimis menjelang akhir zaman. Dengan menggabungkan komponen-komponen tersebut, pembelajaran dapat berlangsung dalam lingkungan yang mendukung dimana keterampilan sosial-emosional tidak hanya diajarkan sebagai aspek tersendiri, namun menjadi bagian dari pengalaman belajar sehari-hari.
*) Disclaimer: Contoh jawaban pada artikel ini hanya sebagai referensi bagi guru dalam menjawab pertanyaan yang relevan di platform Merdeka Mengajar.
Guru dapat mengubah jawaban berdasarkan pengalaman atau keadaan mereka.
(Tribunnews.com/Sri Juliati)