TRIBUNNEWS.COM – Berikut kumpulan puisi Joko Pinurbo yang penuh makna dan menyentuh hati.
Joko Pinurbo adalah salah satu penyair paling terkenal di Indonesia.
Ia lahir di Sukabumi, Jawa Barat, pada 11 Mei 1962.
Joko dikenal sebagai penyair yang sukses menciptakan gaya dan warna tersendiri dalam dunia puisi Indonesia.
Namun sayang, penyair yang akrab disapa Jokpin itu kini telah meninggal dunia.
Joko Pinurbo meninggal dunia pada 27 April 2024 dalam usia 61 tahun.
Meski telah tiada, karya puisi Joko Pinurbo masih tetap hidup.
Berikut kumpulan puisi karya Joko Pinurbo dilansir Tribunnews.com dari buku Selamat Melaksanakan Ibadah Puisi.
1. Tengah malam
Badai mengaum di kamar Anda.
Hujan deras, lalu kilat, guntur,
Dan waktu mengalir dari dadamu.
Setelah itu, segalanya menjadi menurun.
Musim menetap di kaca jendela.
Hanya ranting dan daun kering yang tersisa
Berbaring di ranjang.
Saat itu tengah malam.
Menangis Tapi tempat tidur
Dengarkan suaramu seperti sebuah lagu.
2. Hutan Karet (dalam ingatan: Sukabumi)
Daun getah berserakan.
Tersebar dalam ruang waktu.
Suara monyet di dahan.
Suara kelelawar semakin berkurang di malam hari.
Belalang melompat ke atas rumput liar.
Melompat di antara pepohonan yang bersemangat.
Ini adalah jalan melingkar
Terbungkus dalam kenangan yang intens.
Tepat sebelum matahari terbenam
Saya masih bisa mendengar suara genderang ditabuh.
3. Di atas meja
Di meja kopi ini
Bau darahmu masih bau
Di halaman buku.
Firman itu menjadi saya.
Aku akan terkoyak
Dalam ribuan kata dan suara
4. Desember
Aku ingin memimpikan banyak hal
Dan pergi ke malam yang jauh
Membayangkan bahwa semuanya akan bertahan selamanya.
Di musim yang kacau ini, di musim yang penuh kegelisahan ini
Hangatkan hari yang akan segera datang.
Kamu sedang menungguku di depan pintu
Dan aku melewati pintu yang tidak kamu lihat.
Aku duduk di sudut yang gelap.
Di pesta itu aku hanyalah seorang musafir yang tersesat.
Jangan khawatir, pulanglah
Lebih awal dari yang diharapkan.
Aku ingin menyelesaikan mimpiku sebelum kabut datang
Memenuhi ruangan dan bara api
Di tempat tidur tiba-tiba keluar.
Di musim yang kacau ini, di musim yang penuh kegelisahan ini
Hangatkan hari yang akan segera tiba,
Menghangatkan hati mereka yang tersisa. Joko Pinurbo, penulis Indonesia meninggal dunia pada Sabtu pagi (27/4/2024). (Instagram @joko_pinurbo)
5. Di lemari es: namamu
Dia masih kedinginan
Benjolan batuk Anda
Mengendap di kaleng susu.
Dia masih kedinginan
Nafasmu untuk bernafas
Dicelupkan ke dalam anggur beku.
Dia masih kedinginan
Sisa-sisa rasa sakitmu
Jejak kaki pada daging kering.
Dia masih kedinginan
Rahasiamu berbisik
Disimpan dalam botol waktu
6. Cerita Senja
Setelah mengembara begitu lama,
Pria itu akhirnya kembali ke rumah.
Buka pintunya, usir dia keluar
Tas, jaket dan sepatu.
“Aku ingin kopi,” katanya sambil pergi
Barang kotor berbau tajam.
Istrinya selalu sibuk di depan cermin,
Finishing bedak dan lipstik,
Kesepian dan rindu masa lalu.
“Aku ingin piknik sebentar di pemakaman.
Tolong jaga rumah ini.
Seorang pencuri masuk kemarin
Ambil buku harianmu dan surat-suratmu.”
Mengetahui bahwa senja menanti, pria itu
Bergegas ke kamar mandi, memercik,
Hanya bersiul. Sementara itu istrinya
Berayun di depan cermin,
Dia menganggap dirinya sendiri sambil tersenyum
Hanya “Kenapa belum keren?”
Pria itu juga berpakaian dan bercukur
Janggut dan kumis, nyeri dan pegal akibat bercukur,
Memakai baju baru, lalu merokok,
Minum kopi, keluar, membaca koran.
“Saya melarikan diri untuk mencari kehidupan.
Tolong siapkan tas, jaket dan sepatu.
Istrinya belum selesai
Mengembalikan kecantikan sekitar mata, bibir,
Pipi Itu selalu terjadi
Di depan cermin, di depan halusinasi.
7. Saya pulang ke rumah pada malam hari
Kami tiba larut malam.
Tempat tidurnya terbakar
Dan api menyebar ke seluruh ruangan
Itu belum terbakar.
Di atas reruntuhan mimpi
Dan reruntuhan waktu
Tubuh kami hangus dan seperti mayat
Dan api siap menghancurkannya
Berubah menjadi asap dan abu.
Kami adalah sepasang mayat
Aku ingin memelukmu selamanya dan tidur nyenyak
Di antara lengan tempat tidur.
(Tribunnews.com/Bangkit N)