Kuasa Hukum Putu Satria Ungkap Kemungkinan Ada Tersangka Lain Kasus Penganiayaan di STIP Jakarta

Laporan dari seorang reporter TribunJakarta.com Gerald Leonardo Agustino

TRIBUNJAKARTA.COM, KOJA – Pengacara korban Putu Satria Ananta Rustika (19 tahun), taruna Sekolah Tinggi Ilmu Kelautan (STIP) Jakarta, yang dibunuh oleh seniornya, Chitto Cumbhadrika. Polisi mengatakan, saat ini sedang melakukan penyelidikan. Kasus ini sedang dalam proses penyidikan.

Nyatanya Tak menutup kemungkinan, tersangka lain selain Tegar akan ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan Putu.

“Polisi masih menyelidiki. Dan kami ingin menyelidiki lebih lanjut. Dan tersangka dalam kasus ini mungkin lebih dari satu,” kata Chitto yang ditemui di Mapolres Jakarta Utara. Pada Senin (5/6/2024) mengatakan

Chitto meminta polisi mengusut apakah ada lansia yang melakukan hal serupa kepada korban. Dan apakah ada tuduhan bahwa ada oknum yang berusaha menutup-nutupi kasus ini sejak awal?

“Ini masih berlangsung di semua lini. Oleh karena itu, tidak dapat dikatakan pelakunya hanya satu.

“Saat ini masih sebatas tersangka. Namun akan ada penyelidikan lebih lanjut. Tersangkanya mungkin lebih dari satu, bisa juga tidak,” ujarnya.

Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Pol Gideon Arif Setyawan mengatakan, polisi telah menetapkan Tekar sebagai satu-satunya tersangka dalam kasus tersebut.

Tegar diketahui telah memukul korban sebanyak lima kali di bagian ulu hati.

Saat itu korban lemas dan kehilangan kesadaran Tersangka memasukkan tangannya ke dalam mulut korban. Namun nyatanya korban meninggal dunia.

“Kami menyimpulkan bahwa satu-satunya tersangka dalam proses atau kejadian pidana ini adalah saudara laki-laki TRS yang merupakan taruna STIP Tingkat 2,” kata Gideon dalam konferensi pers di Mapolres Jakarta Utara. Sabtu malam (5/4/2024) .

Berdasarkan hasil otopsi, ditemukan luka pada ulu hati korban yang menyebabkan pecahnya jaringan paru-paru.

Polisi kemudian menemukan bahwa penyebab utama kematian para korban adalah upaya membantu para tersangka yang gagal mengambil langkah tepat.

“Ketika ada upaya Seperti yang dikatakan tersangka Ini adalah bantuan lisan. Jadi itu menghalangi oksigen. Oleh karena itu, saluran pernapasan mengakibatkan kekurangan oksigen ke organ-organ vital. Mengakibatkan kematian,” jelas Gideon.

“Kerusakan paru-paru mempercepat proses kematian, padahal penyebab kematiannya adalah setelah korban terlihat tidak sadarkan diri atau tidak berdaya. Jadi mereka panik lalu melakukan operasi penyelamatan yang tidak sesuai prosedur,” kata Gideon.

Putu Satria tewas setelah diserang di kamar mandi koridor Kelas C KALK lantai 2 Gedung STIP Jakarta, Jumat pagi pukul 08.00 WIB.

Penyerangan terjadi saat korban dan empat teman sekelasnya sedang menguasai sebuah ruang kelas.

Saat turun ke lantai dua, rombongan korban dipanggil oleh tersangka yang sedang bersama orang lain. Empat lainnya merupakan taruna STIP Jakarta Tingkat 2.

Tersangka kemudian menanyakan alasan korban dan empat teman sekelasnya memakai alat olah raga.

Tersangka kemudian meminta kelima juniornya masuk ke kamar mandi dan berdiri.

Putu Satria yang pertama melangkah maju karena dianggap terkuat.

Putu Satria hanya berdiri saat Tegar meninju sebanyak lima kali ke Solar Plexus di kamar mandi universitas.

Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan topik Kunjungi Polres Jakarta Utara Penasihat hukum Putu Satria meminta polisi mencari tersangka baru. Selain kekuatan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *