TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) terus mencatatkan kinerja positif pada kuartal I 2024, meski risiko kredit juga tinggi. Bank ini mencatatkan laba bersih sebesar Rp9,16 miliar pada tiga bulan pertama tahun ini, melonjak secara year-on-year sebesar 109,5 persen.
Kinerja positif tersebut didorong oleh pertumbuhan margin finansial yang mencapai 8,9% year-on-year menjadi Rp 134,8 miliar. Selanjutnya terjadi pula lonjakan pendapatan lain-lain, dari Rp44 miliar menjadi Rp170,8 miliar. Peningkatan ini mampu menutupi peningkatan pesat biaya pencadangan atau disebut juga kerugian penurunan nilai aset, dari Rp9,3 miliar menjadi Rp147,4 miliar.
Biaya provisi merupakan biaya yang disisihkan untuk mengantisipasi kredit bermasalah. Rasio kredit bermasalah (NPL) bank ini sebesar 4,28% per Maret 2024. Total kredit yang disalurkan mencapai Rp6,75 triliun, turun 1,6% year-on-year.
Meski total saldo kredit mengalami penurunan, namun kredit digital Bank Raya mengalami peningkatan. Direktur Utama Bank Raya Ida Bagus Ketut Subagia mengatakan, realisasi kredit digital mencapai Rp 1,32 triliun.
Sekadar informasi, pada periode yang sama tahun lalu, kredit digital hanya tercatat Rp 756 miliar. Sebaliknya tabungan digital Bank Raya mampu tumbuh 27,48% year on year menjadi Rp905,6 triliun, kata Bagus, Jumat (26/04).
Bagus mengatakan Bank Raya berkomitmen menjaga pertumbuhan berkelanjutan. Untuk mencapai hal tersebut, anak usaha Bank Rakyat Indonesia ini akan terus memperkuat sinergi dengan ekosistem BRI Group, salah satunya melalui produk Pinang Dana Talangan,
Pada kuartal I, Banco Raya meluncurkan beberapa produk yang ditujukan untuk segmen mikro dan kecil, seperti QRIS Merchant yang diluncurkan pada Maret 2024. Pengguna QRIS Merchant berjumlah lebih dari 1.000 orang.
Selain transformasi model bisnis, kata Bagus, terdapat peningkatan efisiensi operasional bisnis, dengan proses bisnis berbasis digital. Hal ini tercermin dari rasio biaya-manfaat (CIR) yang membaik signifikan menjadi 46,45% dibandingkan 84,3% pada triwulan I-2023.
Indeks biaya rendah juga terus membaik hingga 28,28%.