Kronologi Lettu Eko Damara Akhiri Hidup Versi TNI AL, Tinggalkan Utang Hampir Rp1 Miliar

Tribun News.com – Korps Marinir TNI Angkatan Laut melaporkan tewasnya seorang perwira TNI asal Sumatera Utara (Sumut) saat bertugas di pegunungan Kabupaten Yahukimo, Papua.

Lettu Iko diketahui merupakan tenaga kesehatan atau tenaga medis di Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (PMTAS) Mobile RI-PNG Batalyon Infanteri Marinir 7.

Mayjen (MAR), Komandan Korps Marinir (Dankormar) TNI Angkatan Laut Andy Supardi mengatakan Lettu Iko tewas setelah menembak kepalanya sendiri dengan senjata SS2-VI setelah penggerebekan berakhir.

Andy kemudian menjelaskan peristiwa yang merenggut nyawa Letnan Satu Echo.

Peristiwa itu terjadi pada Sabtu (27/4/2024) sekitar pukul 13.02 WIB.

Pada saat yang sama, letnan satu masuk ke ruang kesehatan dan meminta anggotanya keluar ruangan.

Kemudian pada pukul 13.06 WIB Prada Mar Danu hendak masuk ke ruang kesehatan, namun ruangan tersebut tertutup sehingga Prada Mar Danu keluar ruangan, ujarnya di Markas Korps Marinir, Jakarta Pusat, Senin (20). Konferensi pers. /5/2024).

Selang beberapa waktu, terdengar suara tembakan dari dalam ruang medis.

“Pukul 13.07 terdengar suara tembakan dari dalam ruang kesehatan,” kata Andy.

Mendengar ledakan tersebut, anggota TNI lain yang hadir di lokasi mencoba melihat melalui jendela.

Andy bercerita, saat itu juga ia melihat Lettu Echo bersandar di dinding ruangan dan tubuhnya sudah berlumuran darah.

Ruangan itu kemudian dirampok, sehingga ditemukan senjata laras panjang SS-2 V1 yang tergeletak di sebelah Letnan Satu Echo.

Lettu Iko saat itu ditemukan masih hidup, kemudian dibawa ke RSUD Dekai, Kabupaten Yahukimo.

Namun pada pukul 14.00 WIT, Lettu Echo dinyatakan meninggal dunia.

Kemudian pada pukul 13.15 WIB Eko tiba di RSUD Dekai dan langsung dirawat oleh dokter jaga.

Andy berkata, “Dan pada pukul 14.00 WIT, Dokter April mengatakan bahwa Lettu Lot Echo tidak dapat ditolong dan dinyatakan meninggal dunia.”

Usai membacakan episode tersebut, kata Andy, Lettu Echo langsung dimandikan, dikafani, dan diberi formalin sebelum diterbangkan ke kampung halamannya di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Investigasi TNI Angkatan Laut mengungkap Lettu Iko telah menemukan cara untuk mengakhiri hidupnya melalui internet di ponselnya.

TNI Angkatan Laut juga menemukan catatan di ponselnya yang menunjukkan Lettu Iko sedang tertekan.

“Jadi kami benar-benar putus asa, kami ingin mati,” kata Denkomer, dilansir Kompas.com. Lettu Echo meninggalkan utang kurang lebih Rp 1 miliar

Sekadar informasi, belum diketahui motif atau motivasi apa yang menyebabkan perwira TNI AL asal Sumatera Utara ini mengakhiri hidupnya.

Namun, penyelidikan Korps Marinir mengungkapkan bahwa Letnan Satu Echo terlilit hutang beberapa crores rupee sebelum dia bunuh diri.

Andy mengungkapkan, Lettu Echo berhutang sekitar Rp177 juta kepada rekan-rekannya di wilayah operasional.

Selain itu ada juga pinjaman sebesar Rp 641 juta sehingga totalnya Rp 819 juta.

Utang di wilayah operasi Rp177 juta. Lalu ada Rp641 juta, total utang Rp819 juta, kata Andy, Senin.

Setelah dilakukan digital forensik, diketahui uang beredar tersebut digunakan untuk apa.

“Saya tidak yakin berakhir di mana. Tapi dari browsing, (almarhum) mendownload semua (aplikasi judi online). Kenapa saya bilang begitu? Karena dia tidak mendownload apa pun di area operasi. Dibeli. ,” dia berkata.

Andy mengatakan Lettu Echo tidak menjelaskan alasannya meminjam uang kepada prajurit lain di wilayah operasional.

“Mereka nggak ngomong apa-apa, mereka pinjam. Lalu dikasih, karena sama-sama anggota, kawan seperjuangan, dikasih.”

“Jadi kenapa tidak kita sampaikan, karena dia juga orang yang tertutup, sering mengurung diri. Sering di kamar,” ujarnya.

Terkait pinjaman ini, kata Andy, pihak keluarga mendapat informasi melalui stafnya.

“Sudah disebar. Sudah dikomunikasikan untuk dibaca sendiri,” tutupnya. TNI Angkatan Laut menyebut Lettu Iko meninggal karena penyakit malaria parah.

Sebelumnya, TNI Angkatan Laut sempat menyebut penyebab meninggalnya Letu Ako adalah depresi akibat penyakit malaria.

Setelah itu Andy memberikan alasan partainya mengatakan demikian.

Ia mengatakan, hal itu dilakukan demi keselamatan jiwa almarhum dan keluarga almarhum.

“Dapatkah Anda bayangkan bagaimana sebuah keluarga mendengar bahwa putranya meninggal karena bunuh diri, apalagi mengetahui alasannya melakukan bunuh diri? Mereka akan semakin terpukul.”

Jadi kita kemas beritanya, kemarin sebenarnya sudah disampaikan satgas ke markas, bahwa dalam hal ini kematiannya karena penyakit malaria berat, kata Andy, Senin.

Jadi, dengan begitu, Andy mengatakan pihak keluarga akan semakin bangga menerima kabar tersebut.

Hak-hak almarhum tetap utuh. Kami berupaya semaksimal mungkin menjaga harkat dan martabat keluarga, menjaga harkat dan martabat almarhum karena mereka adalah bagian dari kita, ujarnya.

Andy mengatakan, pihaknya juga telah menghubungi pihak keluarga dan berupaya menyelesaikannya tanpa memberitahu publik.

Namun pihak keluarga yang diwakili kakak Letu Eko, Eyang Pranajaya, terbukti curiga dan mengungkap kecurigaan tersebut ke publik.

Andy mengatakan, “Kami terpaksa melakukan hal tersebut karena Pak Dedi berbicara melalui media, padahal kami sudah berusaha melakukan mediasi melalui telepon agar nama keluarganya tidak tercoreng.”

Penafian: Berita atau artikel ini tidak dimaksudkan untuk menginspirasi tindakan untuk mengakhiri hidup Anda.

Pembaca yang merasa membutuhkan layanan konseling untuk masalah kejiwaan, apalagi jika pernah merasa ingin mencoba mengakhiri hidup, sebaiknya dianjurkan untuk berbicara dengan psikiater, berkonsultasi ke rumah sakit yang memiliki layanan kesehatan jiwa, atau jangan ragu untuk bertemu.

Ada berbagai saluran yang tersedia bagi pembaca untuk menghindari mengakhiri hidup mereka.

Hubungi dukungan

Ketika seseorang mengalami depresi dan tidak ada yang bisa menolong, hidup bisa berakhir.

Jika Anda memiliki masalah yang sama, jangan menyerah dan putuskan untuk mengakhiri hidup Anda. kamu tidak sendiri.

Layanan konseling mungkin bisa menjadi pilihan Anda untuk mengatasi kecemasan saat ini.

Untuk menerima layanan kesehatan jiwa atau berbagai layanan konseling alternatif,

Anda dapat mengklik tautan berikut >> Tautan

(Tribunnews.com/Rifqah/Reza Deni) (Kompas.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *