Kronologi Kerusuhan Bangladesh Sebabkan 39 Orang Tewas, Kouta PNS Jadi Penyebabnya

Laporan dari Reporter Tribunnews.com Namira Yunia

TRIBUNNEWS.COM, BANGLADESH – Puluhan ribu warga India turun ke jalan di Bangladesh, menggelar demonstrasi besar-besaran yang berakhir dengan kekerasan dan menyebabkan puluhan pengunjuk rasa tewas, pada Jumat (19/7/2024).

Aksi demonstrasi ini digelar sebagai bentuk protes mahasiswa terhadap kebijakan pemerintah yang menerapkan kuota pelayanan publik (PNS) hingga 30 persen bagi anggota keluarga veteran perang kemerdekaan Bangladesh tahun 1971.

Para pelajar menilai kebijakan ini diskriminatif karena pembatasan tersebut hanya akan menguntungkan pendukung Partai Liga Awami yang merupakan “rumah” Perdana Menteri Sheikh Hasina Wazed.

Alasan inilah yang mendorong para mahasiswa melakukan demonstrasi besar-besaran, menuntut agar semua kategori kuota rekrutmen PNS dihapuskan, kecuali dua kategori terakhir. Karena sistem kuota mengurangi jumlah lapangan kerja pemerintah yang terbuka untuk semua.

“Alasan di balik persentase yang begitu besar adalah karena banyak siswa yang mengalami pengalaman pahit karena tidak mendapatkan pekerjaan yang layak setelah menyelesaikan pendidikannya,” tulis Anu Muhammad, mantan guru dan analis ekonomi, di surat kabar Daily Star.

“Lebih jauh lagi, korupsi yang merajalela dan ketidakberesan dalam proses pemeriksaan rekrutmen dan seleksi pemerintah telah menumbuhkan rasa frustrasi dan kemarahan yang sangat besar,” tambahnya. Garis Waktu Kerusuhan

Kerusuhan demonstrasi yang dilakukan ratusan ribu mahasiswa di Bangladesh terjadi awal pekan ini di Universitas Dhaka pada Senin (15/7/2024).

Awalnya, hanya pengunjuk rasa dan polisi di Dhaka yang terlibat dalam kerusuhan tersebut. Namun, kerusuhan segera menyebar dari ibu kota ke kota lain.

Sebelum kerusuhan pecah, Menteri Hukum Bangladesh Anisul Huq mengajak para pengunjuk rasa untuk berdialog, namun kenyataannya dialog tersebut tidak membuahkan hasil.

Situasi yang semakin memanas membuat mahasiswa Bangladesh berperilaku lebih anarkis, termasuk melakukan pembakaran gedung lembaga penyiaran negara, pada Kamis (18/7/2024).

Tak hanya itu, ribuan pengunjuk rasa menyerang stasiun televisi pemerintah BTV, menghancurkan perabotan, memecahkan jendela dan lampu, serta membakar sebagian bangunan.

“Situasinya sangat buruk sehingga kami tidak punya pilihan selain meninggalkan tempat itu. Beberapa rekan kami terjebak di dalam. Saya tidak tahu apa yang terjadi pada mereka,” kata seorang jurnalis senior BTV, yang tidak ingin berada di sana. bernama, .

Kekacauan meningkat setelah polisi menembakkan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan massa. Sedikitnya 39 orang tewas dalam demonstrasi ini.

Salah satu korban meninggal dunia adalah jurnalis bernama Mehedi Hasan yang tewas saat meliput bentrokan di Dhaka. Sementara itu, 2.500 orang terluka dalam bentrokan antara mahasiswa dan polisi. Hampir 1.000 orang terluka dirawat di rumah sakit.

Selain membakar stasiun televisi pemerintah BTV, demonstrasi selama berhari-hari tersebut melumpuhkan banyak sektor di Dhaka dan kota-kota lain. Para pengunjuk rasa juga menyerang fasilitas umum dan sektor komersial.

Kerusuhan tersebut menyebabkan pemerintah mendesak sekolah-sekolah dan universitas-universitas untuk tutup tanpa batas waktu. Sejumlah negara juga telah mengeluarkan imbauan kepada warganya di Bangladesh untuk membatasi aktivitasnya di luar.

Baru-baru ini, Zunaid Ahmed Palak, Menteri Telekomunikasi Bangladesh, juga terpaksa memutus jaringan Internet dan memblokir akses publik ke Facebook, yang merupakan platform penyelenggara utama kampanye protes, hal ini dilakukan untuk mengekang penyebaran protes di Bangladesh. . .

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *