TRIBUNNEWS.COM – Gaza menghadapi krisis kesehatan yang mendalam setelah terdeteksi kasus polio pertama dalam 25 tahun, yang menyerang seorang anak laki-laki berusia 10 bulan, Abdel Rahman Abu El-Jedian, pada Rabu (28/8/2024). ).
Di tengah konflik Israel dan Hamas yang terjadi saat ini, bayi yang awalnya aktif merangkak tiba-tiba mengalami kelumpuhan pada kaki kirinya.
Menurut AP News, menurut ibunya, Nevina Abu El-Jedian, anak laki-laki tersebut adalah bayi yang energik.
“Segalanya tiba-tiba berubah. Dia berhenti mengangkat, bergerak, dan duduk,” ujarnya sambil menahan air mata.
Pejabat kesehatan di Gaza telah memperingatkan selama berbulan-bulan tentang kemungkinan wabah polio akibat krisis kemanusiaan yang disebabkan oleh serangan Israel.
Kasus polio ini menjadi ketakutan terbesar para petugas kesehatan.
Keluarga Abu El-Jedian yang berjumlah 10 orang terpaksa meninggalkan rumah mereka di kota Beit Lahiya, Gaza utara, dan berpindah dari satu kamp pengungsi ke kamp pengungsi lainnya hingga akhirnya menetap di sebuah tenda di Deir al-Bal.
Sebelum perang, sebagian besar anak-anak di Gaza telah menerima vaksin polio.
Namun Abdelrahman tidak diterima karena ia lahir sebelum tanggal 7 Oktober, saat perang Gaza dimulai. Perang ini memaksa keluarganya segera mengungsi.
“Anak saya belum divaksin karena pengungsian yang terus terjadi,” kata ibunya.
“Kami tinggal di tenda-tenda dengan kondisi kesehatan yang buruk, tidak ada obat-obatan, tidak ada keterampilan, tidak ada suplemen nutrisi,” tambahnya.
Ibu delapan anak ini kaget saat mengetahui anaknya terjangkit polio
Ia berharap putranya kembali seperti saudaranya yang lain.
Saya berharap dia kembali seperti saudara-saudaranya, bisa duduk dan bergerak, katanya
Serangan itu melanda rumah sakit dan vaksinasi bayi baru lahir hampir dihentikan.
WHO mengatakan bahwa untuk setiap kasus kelumpuhan polio, ada ratusan orang lain yang mungkin tertular namun tidak menunjukkan gejala.
“Kebanyakan orang yang mengidap penyakit ini tidak menunjukkan gejala, dan mereka yang tertular biasanya sembuh dalam waktu sekitar satu minggu,” jelasnya.
Ia juga menambahkan, kasus polio ini tidak bisa disembuhkan.
“Tapi (dalam kasus polio) belum ada obatnya, dan kalau polio menyebabkan kelumpuhan, biasanya permanen. Kalau kelumpuhan itu sampai ke otot pernafasan, penyakitnya bisa berakibat fatal,” imbuhnya.
WHO mengatakan setidaknya dua anak lain di wilayah tersebut telah mengalami kelumpuhan dan sampel tinja mereka telah dikirim ke laboratorium di Yordania.
Di sisi lain, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengumumkan rencana untuk meluncurkan kampanye vaksinasi untuk menghentikan penyebaran dan melindungi keluarga lain dari cobaan yang kini dihadapi keluarga Abu El-Jedian.
PBB bertujuan untuk memvaksinasi setidaknya 95 persen dari lebih dari 650.000 anak mulai Sabtu depan.
Sebanyak 1,2 juta dosis vaksin telah tiba di Gaza, dan 400.000 dosis vaksin lainnya diperkirakan akan tiba dalam beberapa minggu mendatang.
Juru bicara UNICEF Ammar mengatakan gencatan senjata diperlukan untuk memvaksinasi sebagian besar anak di bawah 10 tahun di Gaza.
“Tanpa gencatan senjata, hal ini tidak akan mungkin terjadi,” kata Ammar.
“Hal ini disebabkan oleh perintah evakuasi yang sedang berlangsung dan terus mengungsinya anak-anak beserta keluarganya. Selain itu, juga bisa sangat berbahaya bagi tim untuk menjangkau anak-anak.”
Badan-badan kesehatan berupaya mengakhiri pertempuran yang telah membuat ribuan keluarga Palestina mengungsi di bawah perintah evakuasi Israel dalam beberapa hari terakhir.
Banyak dari anak-anak tersebut tinggal di Jalur Gaza, yang sulit dijangkau karena operasi militer Israel yang sedang berlangsung.
“Jika hal ini tidak dilaksanakan maka akan berdampak buruk tidak hanya pada anak-anak di Gaza, tetapi juga pada negara-negara tetangga dan lintas batas kawasan,” kata Ammar.
(mg/Saifuddin Herlanda Abid)
Penulis magang di Universitas Sebel Maret (UNS)