Krisis Kabut Asap Akibat Kebakaran Amazon Selimuti Brasilia, 48 Kota dalam Status Darurat

TRIBUNNEWS.COM – Asap tebal menyelimuti gedung-gedung terkemuka di ibu kota Brasil, Brasilia, pada Minggu (25/8/2024).

Akibat meluasnya kebakaran hutan di Amazon, Sabana Cerrado, lahan basah Pantanal dan negara bagian São Paulo.

Kabut asap berbahaya ini menyebabkan 48 kota di Brazil mengeluarkan peringatan kepada seluruh masyarakat yang menandakan bahwa udara sangat berbahaya.

Presiden Luiz Inacio Lula da Silva segera mengambil tindakan dengan mengunjungi stasiun pemadam kebakaran di Brasilia pada Minggu sore.

“Tidak ada laporan kebakaran yang disebabkan oleh petir. Artinya masyarakat sengaja membakar hutan di Amazon, Pantanal dan khususnya di Sao Paulo,” ujarnya, seperti dilansir AP News, Selasa (27/08/2024).

Pemerintah Brasil telah berjanji untuk meningkatkan upaya pemadaman kebakaran dan menyelidiki pelakunya

Sejauh ini, sekitar 3.500 kebakaran telah terdeteksi di negara bagian Sao Paulo saja, dan lebih dari separuhnya terjadi pada tanggal 23 Agustus.

Hal ini menimbulkan kecurigaan akan adanya serangan api yang terkoordinasi.

Indeks kualitas udara Brasilia mencapai tingkat berbahaya pada Minggu malam, dan badan lingkungan hidup mengatakan ini adalah pertama kalinya peringatan kabut asap dikeluarkan sejak badan tersebut didirikan pada tahun 2007.

Akibat kondisi tersebut, beberapa acara publik terpaksa dibatalkan dan bandara Goiania harus ditutup selama beberapa jam.

Dalam pemadaman kebakaran, seorang petugas pemadam kebakaran dari brigade federal meninggal pada hari Senin saat bertugas di daerah Kapoto Yarina, yang menambah jumlah orang yang meninggal dalam kecelakaan tersebut.

Sementara itu, pada tanggal 26 Agustus, pihak berwenang mengumumkan cuaca dingin yang menurunkan suhu dan hujan, sehingga mampu memadamkan banyak kebakaran.

Namun, risiko kebakaran hutan masih tinggi, dan pemerintah meningkatkan tindakan pencegahan dan menerapkan undang-undang untuk mencegah terjadinya bencana serupa di masa depan.

(mg/Saifuddin Herlanda Abid) Penulis adalah mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *