KPK Periksa Istri Sekjen DPR Usut Dugaan Korupsi Pengadaan Furnitur Rumah Jabatan

Laporan Ilham Rian Prathama, reporter Tribunnews.com.

TRIBUNNEWS.COM, Jakarta – Tim penyidik ​​Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Rabu (22/5/2024) memanggil Farida Alamsja sebagai saksi.

Istri Sekretaris Jenderal DPR Indra Iskandar masuk dalam daftar saksi terkait kasus korupsi pengadaan barang Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (RJA) tahun anggaran 2020.

Juru Bicara KPK Ali Fikri dalam keterangannya, Rabu, mengatakan, “Tim penyidik ​​berada di Gedung Merah Putih KPK, diputuskan untuk mengundang dan memeriksa saksi Faride Alamsha sebagai PRT.”

Tidak diketahui apakah Faride termasuk dalam kasus tersebut atau tidak. Isi investigasi Feride juga disertakan.

Phra Indra Iskandar diketahui terlibat kasus dugaan korupsi pengadaan perlengkapan kantor Anggota DPR (RJA) tahun anggaran 2020.

Pada Rabu, 15 Mei 2024, dia diperiksa tim penyidik ​​KPK.

Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi Ali Fikri mengatakan, penyidik ​​tengah mendalami peran Indra. Iskandar terikat posisinya sebagai Sekjen DPR dalam pembelian tersebut.

Selain itu Penyidikan KPK juga memeriksa Indra soal bandar yang mengambil keuntungan ilegal dalam pembelian furnitur RJA DPR.

Saksi Indra Iskandar (Sekretaris Jenderal DPR RI) hadir dan membenarkan hubungan antara kedudukan dan tugas saksi sebagai Sekjen DPR RI, kata Ali dalam keterangannya, Kamis (16/5/2024).

“Hal ini membenarkan dugaan adanya vendor yang mengambil keuntungan ilegal dari pembelian barang dan jasa di DPR,” imbuhnya.

Penyidik ​​Komisi Pemberantasan Korupsi pada Selasa (30/4/2024) melakukan penggeledahan di Sekretariat DPR RI, termasuk Sekretaris DPR Indra Iskandar, serta area kantor dan staf.

Pada Senin (29/4/2024), tim peneliti KPK mengunjungi empat tempat berbeda di Jakarta: Bintaro, Gatot Subroto, Tebet, dan Kemayoran.

Tempat-tempat tersebut adalah tempat tinggal dan kantor pihak-pihak yang ditetapkan sebagai tersangka.

Dari seluruh lokasi penggeledahan, tim peneliti NACC (KPK) menemukan berbagai bukti berupa dokumen proyek. peralatan elektronik Termasuk dugaan transaksi pengiriman uang yang banyak terlibat dalam peran tersebut. pihak sebagai tersangka

Diketahui, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tengah mengusut dugaan korupsi pengadaan peralatan RJA DPR RI tahun anggaran 2020. Tak ayal kerugian negara mencapai miliaran rupee

Bentuk korupsi diasumsikan berkaitan dengan inflasi atau inflasi harga.

Proyek yang rusak antara lain peralatan kantor.

Furniture untuk ruang tamu, ruang makan, pembelian kursi, lemari pakaian, dll.

Berdasarkan penelusuran laman Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) DPR, ada empat proyek pengadaan RJA DPR pada tahun 2020.

Proyek yang dilaksanakan Sekretariat DPR ini bertujuan membangun dua bangunan tempat tinggal anggota parlemen di Ulujami, Kecamatan Pesanggrahan, dan di Kalibata, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan.

Pertama, pembelian RJA DPR RI Ulujami satu set lengkap dengan nilai paket langsung Rp 9.963.500.000. Sedangkan harga self assessment (HPS) sebesar Rp 9.962.630.700. Proyek tersebut dimenangkan oleh PT Hagita Sinar Lestari Megah dengan penawaran tertinggi. Rp 9.752.255.700 Perusahaan yang beralamat di Jalan Jendral Ahmad Yani No. 32 RT 006 RW 006, Utan Kayu Selatan, Kecamatan Matraman, Jakarta Timur. Hal ini juga menyebabkan 87 tender lainnya dialihkan.

Kedua, pembelian fasilitas RJA lengkap DPR RI Kalibata Blok A dan B dengan nilai plafon paket Rp39.730.600.000 sedangkan HPS Rp39.727.710.000.

Proyek tersebut dimenangkan oleh Dwitunggal Bangun Persada, termasuk harga penawarannya. 38.928.186.000 Rupiah

Perusahaan yang berlokasi di Kawasan Perdagangan Industri Jalan Olympic Raya Kavling B Sentul, Babakan Madang, Kabupaten Bogor itu mengalahkan 69 penawar.

Nantinya, Pembelian Badan RJA DPR RI Kalibata Blok C dan D dengan Nilai Batas Parcel. Rp 37.744.100.000 Sedangkan nilai HPS adalah Rp 37.741.324.500.

Pemenangnya adalah PT Haradah Jaya Mandiri dengan penawaran Rp 36.797.807.376. Perusahaan yang beralamat di Kompleks Ruki Sentral Niaga Taman Kota, Jalan Raya Basmol No. 2D RT 001/05 Kembangan, Jakarta Barat ini mengganti 68 penawaran lainnya.

Terakhir, fasilitas RJA dibeli DPR RI Kalibata Blok C dan D dengan harga paket langsung Rp33.991.800.000. Sedangkan nilai HPS sebesar Rp 33.989.263.000 Proyek ini dimenangkan oleh PT Paramitra Multi Prakasa yang mengajukan penawaran sebesar Rp 32.863.600.000. Perusahaan ini beralamat di Ruko Bojong Indah Lantai 2 Jalan Pakis Raya No. 88 N RT 009 RW 06, Cengkareng, Jakarta Barat. Mereka mengalahkan 70 tender lainnya.

Nilai HPS yang dihitung untuk empat proyek yang dilaksanakan Sekretariat DPR mencapai Rp121.420.925.200.

KPK sendiri belum mengizinkan 7 orang keluar negeri dalam 6 bulan pertama terhitung hingga Juli 2024.

Mereka adalah Sekjen DPR Indra Iskandar, Hiphi Hidupati, Kepala Bagian Tata Usaha Rumjab DPR RI; Tanti Nugroho, Direktur Pelaksana, PT Daya Indah Dinamika; dan Juanda Hasurungan Sidabutar, Direktur PT Dwitunggal Bangun Persada.

Kemudian Kibun Roni, Manajer Operasional PT Avantgarde Production Andrias Catur Prasetya, Manajer Proyek PT Integra Indocabinet; dan Edwin Budiman, swasta.

Di sisi lain, sumber Tribunnews.com menyebutkan 7 pihak yang dilarang bepergian ke luar negeri berstatus mencurigakan.

“Mereka semua tersangka,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *