KPK Periksa 2 Saksi Telusuri Proses Lelang Tekait Dugaan Korupsi Proyek Shelter Tsunami di NTB

Laporan reporter TribuneNews24.com Ilham Rian Pratama

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Penyidik ​​Koroner Kerusakan (KPK) pada Senin (22/7/2024) memeriksa dua orang saksi terkait dugaan kerusakan pada pembangunan Tempat Evakuasi Sementara (TES) atau shelter tsunami di Nusa Tenggara Barat (NTB).

Komite Pencegahan Bencana (KPK) mendapat informasi proses lelang pembangunan shelter tsunami dari Baik Fatmi selaku Bendahara Perusahaan Asuransi Daerah NTB Perusahaan PUPR dan Purvanto Joko Ostrio selaku Asisten Teknis Bidang Bangunan dan Lingkungan. Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR NTB/Anggota WG.

Diketahui, pekerjaan pembangunan shelter tsunami telah dilakukan pada tahun 2014 oleh Departemen Perlindungan Industri dan Lingkungan Hidup, Pelayanan Perlindungan Industri dan Lingkungan Hidup (PBL) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perusahaan Umum (PUPR) Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Ditanya mengenai proses peluncuran pembangunan Tempat Evakuasi Sementara (TES) atau Shelter Tsunami di NTB, kata Juru Bicara KPK Tessa Mahardika Sugiarto dalam keterangannya.

Penyidik ​​KPK diperkirakan akan memeriksa dua saksi lagi hari ini.

Mereka adalah Pejabat Penerbit SPM atau Inspektur SPP, Jublina Marcelina Tawa dan Direktur Penindakan Sarana dan Prasarana Ditjen Cipta Karya NTB, Ika Sri Rejeki.

“(Buktinya) sulit didapat, dan itu menegaskan adanya reformasi,” kata Tessa.

KPK dikabarkan sedang mengusut kasus korupsi pembangunan shelter tsunami di NTB.

Kasus tersebut diperkirakan menimbulkan kerugian keuangan negara sebesar Rp19 miliar.

KPK telah menetapkan dua tersangka dalam kasus tersebut.

Mereka mempunyai Presiden Negara dan pejabat BUMN.

Komisi antirasuah akan mengumumkan identitas tersangka dan perbuatan melawan hukumnya setelah selesai penyidikan kasus tersebut.

Berdasarkan informasi, kedua tersangka adalah Pejabat Kepatuhan (PPK), Aprilelli Nirmala, dan Project Manager PT Waskita Kariya, Agus Herizanto.

Asap Guntur Rahayu, Direktur Riset Komisi Pemberantasan Korupsi, mengatakan pihaknya akan berkolaborasi dengan pakar konstruksi untuk mengecek kualitas shelter. Komite Pencegahan Kerusakan (KPK) mengatakan kualitas banyak tempat perlindungan tsunami telah memburuk.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *