KPK Dalami Proses Lelang dan Serah Terima Shelter Tsunami di NTB

Laporan Jurnalis Tribunnews.com Ilham Rian Pratama

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memeriksa 12 orang saksi di Kantor Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Selasa (8/6/2024).

Mereka adalah Aprilely Nirmala, PPK pengembangan shelter tsunami NTB; Djoni Ismanto, konsultan manajemen konstruksi; Widya Pranoto, konsultan manajemen konstruksi; Sukismoyo, konsultan manajemen konstruksi; Djumali, ketua kelompok kerja; dan Andria Hidayati, sekretaris kelompok kerja.

Kemudian Irham, anggota kelompok kerja; Isnaedi Jamhari, anggota Pokja dan Sekretaris PPHP; Yayan Supriyatna, Ketua PPHP; Soeharto, anggota PPHP; Muhammad Sahabudin, anggota PPHP; dan Kusmalahadi Syamsuri, anggota PPHP.

Sebanyak dua belas orang saksi diperiksa dalam kasus dugaan korupsi terkait pembangunan tempat pengungsian sementara (TES)/shelter tsunami yang dilakukan oleh Satuan Kerja Konstruksi dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kegiatan Konstruksi dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PBL) Nusa Tenggara Barat . Propinsi. , Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR) pada tahun 2014.

“Peneliti sedang mempelajari proses lelang dan proses penertiban pemindahan shelter tsunami,” kata Juru Bicara KPK Tessa Mahardhika Sugiarto dalam keterangannya.

Diketahui, KPK tengah mengusut kasus dugaan korupsi terkait pembangunan shelter tsunami di NTB. Peristiwa ini menimbulkan kerugian keuangan negara yang diperkirakan mencapai Rp 19 miliar.

KPK telah menetapkan dua tersangka dalam kasus ini. Mereka terdiri dari seorang penyelenggara pemerintahan dan seorang pegawai perusahaan.

Identitas tersangka dan perbuatan melawan hukum yang dilakukan akan diumumkan oleh KPK setelah penyidikan kasus ini selesai.

Berdasarkan informasi, kedua tersangka merupakan Pelaksana Komitmen (PPK) Aprialely Nirmala dan Project Manager PT Waskita Karya Agus Herijanto.

Direktur Penyidikan Komisi Pemberantasan Korupsi Asep Guntur Rahayu mengatakan, pihaknya akan bekerja sama dengan ahli konstruksi untuk memeriksa kualitas shelter. Komite Pemberantasan Korupsi (KPK) menyebut kualitas beberapa shelter tsunami mengalami penurunan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *