KPAI: Anak Bermasalah Di Sekolah Tidak Boleh Di-DO, Harus Diedukasi Agar Berubah Lebih Baik

Wartawan TribuneNews24.com, Rina Ayur melaporkan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Komisi Pendidikan, Kenyamanan, Kebudayaan dan Agama Klaster Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Dr. Aris Adi Leksono menunjukkan cara memenuhi kebutuhan pendidikan anak GKG.

Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardikanas) Aries menyampaikan bacaan tersebut hari ini.

Menurutnya, saat ini terdapat anak-anak yang dianggap bermasalah, nakal, atau melawan hukum, dikeluarkan atau tidak hadir (DO) dari kelas pendidikan tanpa alasan dan memberikan bimbingan serta waktu untuk perbaikan lebih lanjut. .

“Dinas Pendidikan mengambil tindakan pencopotan tersebut hanya karena ingin menjaga nama baik, dan dianggap menyedihkan jika membesarkan anak-anak yang berperilaku buruk,” kata Aris dalam keterangan yang diperoleh, Jumat (2/5/2024).

Namun undang-undang sudah sangat jelas mengenai pemenuhan hak pendidikan anak-anak tersebut.

Anak-anak tidak boleh dikeluarkan, namun harus melalui proses pendidikan agar bisa berkembang.

Hal ini dilakukan Asosiasi Pendidikan untuk menambah daftar anak putus sekolah (APS).

Oleh karena itu, akan mempengaruhi implementasi Indeks Pembangunan Manusia Indonesia.

Statistik pendidikan yang dirilis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2022/2023 menunjukkan terdapat 40.623 anak putus sekolah SD, 13.716 anak putus sekolah SMA, dan masih banyak lagi yang putus sekolah. putus sekolah yang tidak dilakukan pencatatan, terutama di daerah terpencil, terpencil dan belum berkembang.

Untuk itu, semua pihak harus bekerja sama untuk memperkuat efektivitas ketiga pusat pendidikan tersebut dalam mendorong pengasuhan anak dalam hal pemenuhan kebutuhan pendidikan anak serta upaya pencegahan dan pengendalian kekerasan di lingkungan pendidikan.

“Kami berharap ke depan tidak ada lagi anak-anak yang dikeluarkan dari kawasan pendidikan, tidak ada lagi anak-anak yang putus sekolah, dan tidak ada lagi kekerasan terhadap anak yang berkembang di lingkungan kawasan pendidikan,” ujarnya.

Aris juga menyampaikan 11 rekomendasi untuk melindungi hak pendidikan anak dan mencegah kekerasan terhadap anak di lingkungan pendidikan:

1. Pemerintah pusat dan daerah harus memastikan bahwa tidak ada anak yang dikeluarkan dari sektor pendidikan dalam kondisi apapun dan harus mengurangi ketidakhadiran anak di sekolah karena alasan apapun.

2. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi bersama Kementerian Agama RI hendaknya mengembangkan pelayanan penitipan anak di bidang pendidikan sebagaimana diamanatkan undang-undang dengan penyelenggaraan pelayanan pendidikan.

3. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi bersama Kementerian Agama Republik Indonesia, untuk memperkuat pelayanan penitipan anak di bidang pendidikan, hendaknya membentuk lembaga/fasilitas khusus di tingkat pusat, antarprovinsi, dan daerah. pemerintah. kelompok kerja organisasi di tingkat kota/kabupaten, dan Kelompok di tingkat pendidikan

4. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi bersama Kementerian Agama RI hendaknya mengevaluasi kurikulum dan metode pengajaran serta penguatan karakter, spiritualitas dan kehidupan sosial, peningkatan kesehatan mental melalui pengajaran yang baik. Sebagaimana perkembangan dan permasalahan lingkungan anak pada masa pertumbuhan bersama keluarga dan masyarakat.

5. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi bersama Kementerian Agama RI meminta pemerintah daerah memberikan layanan pemeriksaan kesehatan jiwa gratis kepada setiap lembaga pendidikan, setelah hasilnya.

6. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi bersama Kementerian Agama Indonesia meminta pemerintah daerah menunjuk psikolog dan pekerja sosial untuk secara berkala memberikan layanan dukungan guna mendukung tindakan kabupaten dalam mencegah dan menangani kekerasan terhadap anak di lingkungan pendidikan. . .

7. Kementerian Agama RI bersama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi serta pemerintah daerah agar menambah jumlah guru unggulan (BK) di setiap lembaga pendidikan dan membekali masing-masing tenaga pengajar dan pembelajaran tersebut dengan keterampilan dasar BK . .

8. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dan Kementerian Agama Republik Indonesia bersama Pemerintah Daerah melatih Satgas dan Tim PPKSP Konvensi Hak Anak, Pendidikan Ramah Anak. Satuan. Pengajaran yang efektif, keterampilan konseling anak, kesehatan mental, dan jenis program lainnya efektif dalam meningkatkan keterampilan sumber daya manusia terkait pencegahan kekerasan dan pengelolaan satuan pendidikan.

9. Pemerintah daerah mendorong kelompok kerja dan tim PPKSP untuk melakukan monitoring dan evaluasi bersama, kemudian melaporkan kepada pimpinan provinsi, pimpinan kabupaten/kota dan pusat untuk perbaikan lebih lanjut.

10. Kementerian Komunikasi dan Informatika akan segera memblokir media atau konten lain yang mengandung segala bentuk kekerasan atau kegiatan ilegal lainnya, atau akan berdampak negatif bagi yang menontonnya.

11. Pemerintah pusat dan daerah harus mendorong dewan masyarakat, baik di komite sekolah atau di tempat lain, untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan anak-anak dan upaya untuk mencegah dan menangani kekerasan di lingkungan pendidikan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *