TRIBUNNEWS.COM – Seorang anggota parlemen Korea Selatan telah mengonfirmasi bahwa para pemimpin Korea Utara mungkin bergabung dalam perang Rusia di Ukraina.
“Jaksa Agung Korea Selatan Choe mengatakan mungkin ada pertanyaan lebih dalam mengenai pengiriman pasukan tambahan ke Rusia dan negosiasi Korea Utara mana yang akan kembali,” kata Lee Seong-kweun, anggota parlemen Korea Selatan yang menghadiri sidang tertutup parlemen. . .
“Beberapa pejabat senior militer Korea Utara dan tentara di Rusia telah ikut serta dalam perang di Ukraina agar mereka bisa bergerak ke garis depan,” lanjutnya, demikian laporan berita yang dimuat Yonhap, Selasa (29/10/2024). ).
Badan Intelijen Nasional Korea Selatan telah mengatakan kepada anggota parlemen Korea Selatan bahwa mereka mungkin akan mengamati lebih banyak kelompok militer Korea Utara di Rusia.
Diantaranya adalah kaisar atau pemimpin resmi lainnya yang bisa bergerak di garis depan.
“Kedua belah pihak tampaknya mengalami kesulitan memecahkan masalah komunikasi meskipun Rusia melakukan pelatihan militer terhadap tentara Korea Utara dalam terminologi militer Rusia,” kata Lee.
Sementara itu, Korea Utara mengatakan diplomat utamanya akan mengunjungi Rusia, ABC News melaporkan.
Delegasi tersebut dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Korea Utara Choe Son Hui yang melakukan perjalanan ke Rusia pada Senin (28 Oktober 2024).
Kantor berita Korea KCNA tidak mengungkapkan tujuan kunjungan tersebut.
Pengumuman kunjungan tersebut terjadi beberapa jam setelah Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) mengumumkan bahwa Korea Utara akan mengirimkan sekitar 10.000 tentara ke Rusia.
Aliansi NATO, bersama Korea Selatan dan Ukraina, juga mengumumkan pada Senin (28 Oktober 2024) bahwa tentara Korea Utara berada di Rusia.
Mereka akan dikerahkan di zona perang, termasuk Kursk, perbatasan Rusia, yang terlibat dalam invasi awal Agustus ke Ukraina.
“Hari ini saya dapat memastikan bahwa pasukan Korea Utara telah dikirim ke Rusia dan sinyal militer Korea Utara telah dikerahkan di wilayah Kursk (perbatasan Rusia),” kata Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte kepada wartawan, Senin (28 Oktober 2024).
Dalam pernyataannya, Mark Rutte juga menuding Korea Utara memasok senjata balistik dan rudal ke Rusia.
“Pyongyang telah memberi Rusia jutaan rudal dan rudal balistik yang telah memicu konflik di Eropa tengah dan menghambat perdamaian dan keamanan global. Sebagai imbalannya, (Presiden) Putin memberikan teknologi militer dan bantuan lainnya kepada Korea Utara untuk menghindari sanksi internasional,” ujarnya.
NATO menganggap pengerahan pasukan Korea Utara di Rusia merupakan ancaman terhadap keamanan Indo-Pasifik dan Euro-Atlantik.
“Kerja sama ini merusak perdamaian di Semenanjung Korea dan memperkuat perang Rusia melawan Ukraina,” kata Mark Rutte.
Sementara itu, mitra NATO, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol menyerukan koordinasi dengan anggota NATO untuk mencegah kerja sama yang lebih erat antara Korea Utara dan Rusia.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Rusia dan Ukraina