Konsumsi Listrik Indonesia Masih di Bawah Rata-rata Asean, Cuma 1,3 MWh per Kapita

Laporan wartawan Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menyebutkan konsumsi listrik Indonesia masih tergolong rendah yakni 1.300 kilowatt-jam (kWh) per kapita pada tahun 2023.

Kepala Pusat Pangan, Energi dan Pembangunan Berkelanjutan INDEF, Abra Talattov mengungkapkan, angka konsumsi tersebut masih lebih rendah dibandingkan rata-rata konsumsi negara-negara di kawasan Asia Tenggara.

Konsumsi listrik di negara-negara ASEAN sebesar 3.896 kWh per kapita.

“Konsumsi listrik per kapita di Indonesia sebesar 1.337 kWh atau 1,3 MWh per kapita pada tahun 2023. Sedangkan rata-rata konsumsi listrik di ASEAN berada pada angka 3.896 kWh/kapita,” kata Abra dalam diskusi bertajuk “Soal Penyelenggaraan Ketenagalistrikan”. Skema Wheeling dalam RUU EBET secara online, Kamis (1/8/2024).

Artinya konsumsi listrik per kapita Indonesia hanya 34,3 persen dari rata-rata Asean, lanjutnya.

Dibandingkan negara-negara anggota G20, konsumsi listrik Indonesia lebih rendah. Konsumsi rata-rata adalah 5 hingga 6 MWh.

Abra juga mengungkapkan, peningkatan penjualan listrik terkait dengan pertumbuhan ekonomi di Tanah Air.

Misalnya saja di Indonesia, tren penjualan listrik selama 3 tahun terakhir sejalan dengan peningkatan kinerja perekonomian.

Pada tahun 2021, pertumbuhan penjualan listrik mencapai 5,77 persen, dan pertumbuhan ekonomi mencapai 3,69 persen.

Kemudian pada tahun 2022, pertumbuhan penjualan listrik mencapai 6,26 persen, dan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,31 persen.

Dan pada tahun 2023, pertumbuhan penjualan listrik mencapai 5,36 persen, dan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,05 persen.

Oleh karena itu, Abra mendorong badan usaha di bidang ketenagalistrikan, dalam hal ini PT Perusahaan Usaha Negara (Persero), untuk meningkatkan konsumsi listrik nasional. Baik itu sektor rumah tangga, industri, dan dunia usaha.

“Namun tantangan peningkatan permintaan masih besar, terutama disebabkan oleh pertumbuhan penjualan listrik ke pelanggan industri dan tantangan daya beli rumah tangga,” tutup Abra.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *