TRIBUNNEWS.COM – Amerika Serikat (AS), Prancis, dan sekutu lainnya menyerukan gencatan senjata selama 21 hari untuk memungkinkan pembicaraan mengenai konflik terbaru antara Israel dan kelompok militan Lebanon Hizbullah, yang telah menewaskan lebih dari 600 orang di Lebanon. hari.
Seruan tersebut disampaikan pada Rabu (25/9/2024) waktu setempat di New York pada pertemuan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Mereka menyebut konflik Israel-Hizbullah “tidak dapat ditoleransi dan berisiko meningkatkan eskalasi regional.”
“Kami menyerukan segera diakhirinya gencatan senjata 21 hari di perbatasan Lebanon-Israel untuk memberikan ruang bagi diplomasi.”
“Kami menyerukan semua pihak, termasuk pemerintah Israel dan Lebanon, untuk segera meratifikasi gencatan senjata sementara ini,” kata Associated Press (AP) dalam sebuah pernyataan.
Undangan tersebut ditandatangani oleh Amerika Serikat, Australia, Kanada, Uni Eropa, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar.
“Kami mengharapkan kedua belah pihak menerimanya tanpa penundaan,” kata Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barot pada pertemuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB).
Mengutip Reuters, Barro mengatakan partainya dan AS telah berkonsultasi dengan kedua belah pihak mengenai “parameter akhir jalan keluar diplomatik dari krisis ini”, dan menambahkan bahwa “perang tidak bisa dihindari”.
Sementara itu, wakil duta besar AS untuk PBB, Robert Wood, mendesak dewan tersebut untuk mendukung upaya diplomatik, namun tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai rencana tersebut.
“Kami bekerja sama dengan negara-negara lain mengenai proposal yang akan membawa perdamaian dan memungkinkan kami mendiskusikan solusi diplomatik,” katanya.
Pada hari Rabu, Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken mengatakan partainya “bekerja secara intensif dengan berbagai mitra untuk meredakan ketegangan di Lebanon dan mengamankan gencatan senjata yang saling menguntungkan”. AS berharap gencatan senjata akan menjaga stabilitas jangka panjang antara Israel dan Lebanon
Blinken dan penasihat Presiden Joe Biden lainnya menghabiskan tiga hari terakhir di New York (AS) sebagai bagian dari pertemuan tahunan para pemimpin dunia Majelis Umum PBB.
Agenda pertemuan tersebut adalah untuk menekan negara lain agar mendukung rencana tersebut.
AS berharap gencatan senjata seperti itu akan menghasilkan stabilitas jangka panjang di perbatasan antara Israel dan Lebanon.
Selama berbulan-bulan, Israel dan Hizbullah bentrok dengan roket dan roket yang ditembakkan melintasi perbatasan, menewaskan ratusan orang dan membuat puluhan ribu orang mengungsi.
Penasihat keamanan nasional Joe Biden Jake Sullivan dan penasihat senior Brett McGurk dan Amos Hochstein bertemu dengan sekutu Timur Tengah di New York untuk membahas proposal gencatan senjata dengan para pejabat Israel.
Di sisi lain, seorang pejabat Israel mengatakan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu telah memberikan lampu hijau untuk kesepakatan tersebut, namun hanya jika kesepakatan tersebut mencakup pemulangan warga Israel ke rumah mereka. Perdana Menteri Lebanon mendukung gencatan senjata
Seruan gencatan senjata ini juga didukung oleh Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati.
Mengutip Al-Mayadeen, Mikati meminta PBB menjamin penarikan pasukan Israel dari seluruh wilayah Lebanon.
Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, mengatakan kepada wartawan di PBB bahwa Israel menginginkan gencatan senjata dan warga sipil kembali ke rumah mereka di dekat perbatasan.
“Hal ini akan terjadi baik setelah perang maupun sebelum perang. Kami berharap hal ini akan terjadi sebelum perang,” ujarnya.
Berbicara di hadapan Dewan Keamanan pada Rabu sore, ia tidak menyebutkan pembicaraan mengenai gencatan senjata sementara, namun mengatakan Israel “tidak menginginkan perang skala penuh.”
Baik Danon maupun Mikati menegaskan kembali komitmen pemerintah mereka terhadap resolusi Dewan Keamanan yang mengakhiri perang Israel-Hizbullah tahun 2006 di Lebanon.
Resolusi tersebut, yang tidak pernah dilaksanakan sepenuhnya, menyerukan diakhirinya permusuhan antara Israel dan Hizbullah, penarikan pasukan Israel dari Lebanon untuk digantikan oleh pasukan Lebanon dan pasukan penjaga perdamaian PBB, dan perlucutan senjata semua kelompok bersenjata, termasuk Hizbullah.
Danon menuntut implementasi penuh resolusi tersebut tanpa penundaan.
“Saya di sini hari ini untuk menghilangkan semua keraguan: Tidak akan pernah, tidak akan pernah lagi. Orang-orang Yahudi tidak akan lagi bersembunyi dari monster yang tujuan hidupnya hanya untuk membunuh orang-orang Yahudi,” tutupnya.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)
Artikel lain terkait konflik Palestina-Israel