Reporter Tribunnews.com Dennis Destryawan melaporkan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Panitia VII DPR mengingatkan pemerintah untuk menjaga pencapaian tingkat ekstraksi minyak. Seperti telah disebutkan sebelumnya, akibat meningkatnya konflik di Timur Tengah pasca serangan Iran terhadap Israel, harga minyak dunia sedang meningkat, begitu pula produksi minyak dalam negeri, dan sebaliknya.
Pada Sabtu (20/4/2024), Mulyanto mengatakan: “Lift rusak akibat banjir akibat listrik padam (penghentian pekerjaan tidak terjadwal) dan alur proses deoiling. ).
Mulyanto mengingatkan pemerintah harus bekerja keras untuk mencapai target lift tersebut. Sebab, jika output riset Indonesia menurun, maka ketergantungan terhadap minyak impor tidak akan bisa dikurangi.
Mulyanto menambahkan: “Tingkat produksi minyak kita terus menurun selama lima tahun.”
Mulyanto menjelaskan target produksi minyak tahun 2020 sebesar 755.000 barel per hari. Angka ini terus menurun selama lima tahun terakhir dan akan mencapai 635.000 barel per hari pada tahun 2024.
Sementara tingkat pencapaian tahunannya tidak mencapai 100%. Produksi minyak tahun 2024 per 15 April dilaporkan sebesar 576.000 barel per hari, hanya 90% dari target tahun 2024.
“Kalau ini terus berlanjut, kita akan semakin bergantung pada impor. Jadi, ketika harga minyak dunia naik, APBN kita anggaran energinya turun,” kata Muyanto.
Mulyanto mendesak pemerintah segera merenovasi kantor SKK Migas. Tempat tersebut tidak boleh menjadi “stasiun kerja” atau kantor sementara di bawah Kementerian Energi dan Pertambangan. Badan pengatur minyak dan gas perlu mengambil tindakan dan melakukan tugasnya.
SKK Migas mencatat hingga 15 April 2024, produksi minyak Indonesia sebesar 576.000 barel per hari. Produksi saat ini sedang ditingkatkan dengan memulai kembali sumur.
Alasan dibukanya kembali sumur tersebut karena adanya penutupan sumur yang tidak direncanakan oleh beberapa subkontraktor (KKKS) di wilayah Sumatera akibat banjir.
Penyebab terjadinya penutupan tidak terencana adalah banjir yang terjadi di banyak KKKS di wilayah Sumatera (PHR, PHE Kampar, Tiara Bumi, SRMD, dll), dan banyaknya penutupan tidak terencana seperti di BP Berau, BSP dan Sistem Operasi PHE dan lain-lain. .