Kondisi Geopolitik Timur Tengah Memanas, Harga Minyak Dunia Melambung

TRIBUNNEWS.COM – Harga minyak global naik pada Senin (06-11-2024) menjelang datangnya musim panas, sehingga mendorong ekspektasi peningkatan permintaan minyak.

Minyak mentah jenis Brent yang menjadi patokan internasional diperdagangkan pada US$79,97 atau Rp1,3 juta per barel pada Senin pukul 10:28 waktu setempat atau 14:28 WIB.

Harga tersebut naik 0,44% dari harga penutupan sebelumnya sebesar $79,62 per barel atau Rp1.297 juta pada sesi perdagangan sebelumnya.

Sementara itu, minyak acuan AS West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan pada $75,83 atau Rp1.236 juta per barel, naik 0,40% dari sesi sebelumnya yang ditutup pada $75,53 atau Rp1.231 juta per barel.

Data resmi persediaan minyak mentah dan bensin di Amerika Serikat, yang akan diumumkan pada hari Rabu, akan menandakan permintaan di negara konsumen minyak terbesar di dunia.

Meningkatnya kekhawatiran pasokan karena berkurangnya jumlah rig minyak di Amerika Serikat dan risiko geopolitik yang sedang berlangsung di Timur Tengah juga mendukung kenaikan harga.

Menurut data mingguan yang dilaporkan oleh perusahaan jasa ladang minyak Baker Hughes, jumlah rig minyak di negara tersebut turun 4 rig menjadi 492 pada minggu 1-7 Mei dibandingkan minggu sebelumnya.

Dikutip Tribunnews Anadolu Ajansi, jumlah rig minyak di Amerika Serikat berkurang 64 dibandingkan tahun sebelumnya.

Selain penurunan jumlah rig, ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang kaya minyak terus mempengaruhi harga minyak.

Kelompok Houthi Yaman mengatakan pada hari Minggu bahwa mereka telah menargetkan sebuah kapal perusak Inggris di Laut Merah dan dua kapal di Laut Arab.

Juru bicara Houthi Yahya Saree mengatakan tentara mereka menyerang kapal perusak Inggris Diamond di Laut Merah dengan rudal balistik sebagai tanggapan atas serangan Israel terhadap kamp pengungsi Nuseirat di Jalur Gaza tengah.

Kelompok itu mengatakan pesawat tempurnya juga menyerang kapal Nordeney dan MSC Tavishi di Laut Arab dengan rudal balistik dan maritim serta drone.

Kelompok Houthi mengatakan Amerika Serikat dan Inggris melancarkan tujuh serangan udara pada hari Jumat terhadap ibu kota Yaman utara, Sanaa, dan provinsi Al-Hudaydah di Yaman barat.

Di saat yang sama, pelaku pasar menunggu keputusan suku bunga bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), yang akan diumumkan akhir pekan ini.

Meskipun terdapat laporan peningkatan angka pengangguran di AS, data upah non pertanian (nonfarm payrolls) mengalahkan ekspektasi dan memperkuat perkiraan bahwa The Fed hanya akan menurunkan suku bunganya sekali pada tahun ini.

Kemungkinan The Fed melakukan penurunan suku bunga pertamanya pada bulan September turun dari 83% menjadi 51% pada hari Jumat dan dari 81% menjadi 77% pada bulan November.

Kecilnya kemungkinan penurunan suku bunga tahun ini memberikan tekanan pada harga minyak.

Pakar ekonomi saat ini fokus pada laporan pasar minyak bulanan OPEC yang akan diumumkan pada hari Selasa, yang akan memberikan indikator keseimbangan antara pasokan dan permintaan di pasar.

(Tribunnews.com/Bobby)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *