Kondisi Geopolitik dan Beban Impor Minyak Mentah, Indonesia Didorong Percepat Transisi EBT

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan pemanfaatan sumber energi baru terbarukan (EBT) hanya mencapai 13% dari total pasokan energi primer Tanah Air.

Menteri ESDM Arifin Tasrief mengatakan angka capaian hingga 31 Desember 2023 dinilai masih sangat rendah.

Padahal, pemerintah telah menetapkan target pencampuran EBT sebesar 17% pada tahun 2023 dan 23% pada tahun 2025.

Arifin Tasrif mengatakan antara Januari hingga Februari 2024, impor minyak Indonesia mencapai 2,6 juta ton senilai 25,5 triliun rupiah.

Kondisi geopolitik yang intens tentunya akan memberikan tekanan pada alokasi impor.

Padahal, kondisi tersebut dapat menjadi dorongan bagi Indonesia untuk dapat meningkatkan dan mengoptimalkan energi dalam negeri.

Selain itu, energi rumah dapat berasal dari sumber yang bersih dan rendah emisi karbon.

Hal ini juga sejalan dengan visi pemerintah untuk mencapai emisi nol bersih (NZE) pada tahun 2060 atau lebih awal.

Salah satu sumber energi baru terbarukan (EBT) yang dapat dimanfaatkan adalah energi surya.

Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar, yaitu lebih dari 3.600 gigawatt (GW), termasuk lebih dari 3.200 GW potensi tenaga surya.

Oleh karena itu, Indonesia perlu mempercepat penggunaan energi terbarukan (EBT) dan potensi transisi energi di Indonesia semakin terbuka.

Tentu saja hal ini masih memerlukan dukungan dari para pelaku usaha dan industri.

Bagaimana setiap perusahaan dapat lebih sadar untuk memulai transisi energi.

Sebagai pelaku industri, MMS Group Indonesia (MMSGI) juga berpartisipasi dalam Forum Ekonomi Hijau.

Komitmen ini merupakan bagian dari komitmen berkelanjutan MMS Group Indonesia untuk mendukung dan mendorong praktik industri berkelanjutan dan ramah lingkungan melalui transisi energi yang berkeadilan.

CEO MMSGI Sendy Grety mengatakan Transisi Energi Berkeadilan MMSGI merupakan proses transisi energi yang mengutamakan ketahanan energi melalui energi saat ini dan energi masa depan (yaitu energi baru terbarukan).

Agenda ini antara lain memungkinkan perekonomian masyarakat yang bergantung pada industri energi fosil menjadi industri yang kuat dan mandiri.

Ia mengatakan dalam keterangan yang diterima, Kamis (6 Juni 2024), “MMSGI telah melakukan investasi signifikan untuk mengembangkan smelter nikel untuk bahan baku baterai dan memiliki energi surya untuk mendukung pembangunan ekosistem energi yang ramah lingkungan.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *