Komunikolog Sebut Pidato Bahlil Soal ‘Raja Jawa’ Timbulkan Multitafsir: Publik Bisa Berpersepsi Liar

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Koresponden Indonesia Emrus Sihombing pun menyinggung istilah ‘Raja Jawa’ yang diawali oleh Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia.

Menurut Emrus, pidato Bahlil harus dianalisa secara utuh. Sebab, ada potensi banyak penafsiran.

“Isi pidato di atas berpotensi menimbulkan multitafsir, makna, dan gagasan. Bisa bermanfaat, bisa juga sebaliknya, bagi orang yang terlibat dalam kata ‘Raja Jawa’ dan kalimat-kalimat yang mendahului dan sesudahnya,” kata Emrus dalam keterangannya, Sabtu (24/8/2024).

Emrus mengatakan, masyarakat paham akan makna dan pemahaman aneh tentang siapa raja Jawa itu. Termasuk kalimat yang mendahului dan mengikutinya.

“Saya tahu pasti ada beberapa koresponden dari kelompok partai ini yang patut diselidiki untuk mengungkap maksud sebenarnya dari istilah tersebut. ‘Raja Jawa’ dan kalimat-kalimat sebelum dan sesudahnya,” simpul Emrus yang ingin ditemui Megawati.

Sementara itu Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri mengaku ingin tertawa mendengar ucapan Bahlil tentang Raja Jawa.

Hal itu diungkapkannya saat pencalonan 169 calon kepala daerah dari PDIP di kantor DPP PDIP, Jakarta Pusat, Kamis (22/8/2024).

“Ini Pak Balil yang bicara. Lalu aku tertawa seperti ini: Yi, apa dia bilang Raja Jawa? Maksudku, Yih-nya seperti ini. Kayaknya dia paham maksud Raja Jawa Wah, dia yang mana ya? tanya Megawati yang ditanggapi dengan gelak tawa dan tepuk tangan oleh penonton.

“Jadi saya langsung berhenti tertawa. Kapan Raja Jawa?

Rocky Gerung, pernyataan pengamat politik Bahlil dinilai merupakan kecelakaan sejarah.

Tapi fungsi kecelakaan sejarah adalah menciptakan sejarah baru, kata Rocky melalui kanal YouTube resmi Rocky Gerung yang diluncurkan Kamis (22/8/2024).

Dalam pidatonya Bahlil bahkan mengatakan bahwa raja jawa bisa merugikan.

Ucapan Bahlil menggambarkan iklim politik saat ini yang dipimpin oleh Raja Jawa yang lalim dan brutal.

Gambaran ini secara tidak langsung merupakan penghinaan terhadap masyarakat Jawa.

Karena masyarakat Jepang telah lama memandang raja sebagai simbol kejayaan, jika mereka ingin mendengarkan suara rakyat,

Bahlil pun mengaku belum membaca penelitian tentang budaya Jawa yang ditulis oleh penulis terkenal seperti Ben Anderson.

“Semua itu menunjukkan Bahlil tidak paham budaya Jawa. Belum lagi budaya kerajaan Jawa. Jadi dia mengatakan sesuatu yang kemudian menjadi bencana sejarah,” ujarnya.

Faktanya, banyak raja Jawa yang mulia dan bisa membaca semangat zaman.

Rocky mencontohkan Sultan. Hamengkubuwono IX dan X.

“Bahlil tidak begitu mengerti. bahwa negara ini dirancang berdasarkan prinsip budaya kuno; Namun ada sebuah prinsip yang harus diutarakan Bahlil, yaitu raja Jawa yang bijaksana. Hal serupa juga terjadi pada Sultan Hamengkubuwoni IX dan “Dia disebut kejam. Padahal Sultan Hamengkubuwono IX dan X juga memerintah Gogar,” jelasnya.

Namun, Rocky melanjutkan, masyarakat India memahami maksud Bahlil menyebut raja Jawa yang keras itu bernama Jokowi.

Ucapan Bahlil justru dianggap sebagai bentuk pemanfaatan kemampuan pembelaan Jokowi.

Jadi kalau sekarang menjadi topik yang mengharukan, berarti seluruh masyarakat Indonesia menganggap politik itu baik-baik saja. Didefinisikan oleh Golkar. Dalam hal ini Golkar punya Bahlil di depan Presiden Jokowi dan Jokowi tahu bahwa sinyal itu adalah sinyal itu. Ini bukan hanya kombinasi. Tapi itu juga termasuk kemampuan Jokowi dalam melindungi Bahlil,” tutupnya. Sri Sultan enggan menjawab.

Penguasa DIY yang juga Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB)

Seperti yang dikatakan Sultan Tak perlu ditanggapi ucapan Bahlil.

“Saya berasumsi memasak seperti itu tidak masalah. “

“Saya juga belum tahu siapa yang dimaksudnya,” kata Sultan, Kamis (22/8/2024).

Bahlil Lahadalia, Ketua Umum Partai Golgar Memberikan pidato menyampaikan visi dan misinya. sebelum terpilih sebagai ketua umum Partai Golgar. Dia memperingatkan para pekerja partai untuk mewaspadai apa yang disebutnya ‘Raja Jawa’

Bahlil awalnya mengaku tidak punya kepentingan pribadi.

Ia mengatakan, ketertarikannya ke depan adalah membuat Golkar lebih baik lagi.

“Jujur saya tidak punya kepentingan pribadi. Kepentingan saya ke depan adalah Golkar harus lebih baik dari sekarang,” kata Bahlil di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Rabu.

Ia kemudian memastikan Golkar akan terus mendukung pemerintahan Prabowo-Gibran.

Sebab, menurutnya pasangan presiden-wakil presiden terpilih meneruskan pemerintahan Jokowi-Maruf Amin.

Terkait hal itu, Bahlil juga mengingatkan Partai Golkar agar berhati-hati dan tidak bermain-main dengan jenazah “Raja Jawa” yang diduga mengincar Jokowi.

Setelah mendapat konfirmasi lebih lanjut mengenai sosok Raja Jawa, Bahlil Lahadalia mengatakan pernyataan tersebut hanya sekedar lelucon.

Menurutnya, pernyataan tersebut bukan sesuatu yang serius.

“Itu hanya lelucon politik. Ini adalah lelucon politik. Itu bukan pernyataan politik,” kata Bahlil.

Hal serupa dibenarkannya saat ditanya apakah raja Jawa itu merujuk pada Presiden Joko. Widodo atau bukan?

Lelucon politik, kata Bahlil.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *