Laporan reporter Tribunnews.com Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, XHAKARTA — Ketua Komisi Nasional Pengkajian dan Penanganan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas PP KIPI) Prof. Dr. Dr. Hindra Irawan Satari menegaskan, imunisasi tidak bisa menyebabkan kematian dan sudah dianjurkan sejak tahun 2003.
Berdasarkan rekomendasi Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), imunisasi ganda aman dan memberikan manfaat yang sangat baik karena pelayanan imunisasi akan efektif.
Seorang anak akan langsung terlindungi dari beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dalam satu kali kunjungan.
“Hampir semua vaksin bisa diberikan beberapa kali. Pemberian lebih dari 3 jenis antigen tidak menyebabkan kematian,” tegasnya di Jakarta, Sabtu (29/6).
Dia menjelaskan bahwa kombinasi apa pun secara umum merupakan hal yang benar untuk dilakukan. Efek yang timbul umumnya ringan, berumur pendek dan hilang dengan atau tanpa pengobatan.
Mengenai dampak imunisasi terkait kematian, Prof. Hindra mengatakan ada kondisi KIPI serius yang disebut syok anafilaksis. Reaksi anafilaksis akibat vaksinasi sangat jarang terjadi.
KIPI berat menunjukkan gejala yang berat dan biasanya tidak berlangsung lama, seperti kecacatan, syok anafilaksis, dan alergi. Syok anafilaksis memerlukan pertolongan segera dan tepat.
“KIPI berat akibat imunisasi merupakan syok anafilaksis yang terjadi 30 menit setelah imunisasi,” jelasnya. Imunisasi ganda pada anak sehat
Ada ketentuan dalam melakukan imunisasi ganda, salah satunya adalah anak harus dalam keadaan sehat. Sebelum menerima suntikan lebih dari satu jenis vaksin antigen, petugas kesehatan biasanya melakukan screening pada anak.
Syarat mendapat suntikan ganda adalah anak dalam keadaan sehat. Pemantauan KIPI bisa dilakukan oleh orang tua.
“Kalau (anak-anak) sehat bisa mendapat imunisasi ganda.” “Pemantauan KIPI berat dapat dideteksi pada 30 menit pertama, pemantauan tambahan dilakukan oleh orang tua, setelah mendapat informasi dari petugas kesehatan yang melakukan vaksinasi,” ujarnya. .
“Tanda bahaya (gejala KIPI) juga perlu disampaikan agar orang tua dapat segera membawa anaknya ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan,” jelas Prof Hingky.
Di Indonesia sendiri, di Provinsi Yogyakarta, imunisasi ganda di Provinsi Yogyakarta telah dilaksanakan sejak tahun 2007.
Di tingkat nasional, Indonesia telah memperkenalkan imunisasi ganda sejak tahun 2017, yaitu jadwal imunisasi DPT-HB-Hib-3 yang diberikan bersamaan dengan vaksin polio inaktif/imunisasi polio suntik IPV pada bayi usia 4 bulan.
Selain itu, terdapat program imunisasi ganda untuk imunisasi selanjutnya yaitu vaksin campak, rubella-2 dan DPT-HB-Hib-4 yang diberikan pada anak usia 18 bulan.
Vaksin DPT-HB-HiB diberikan untuk mencegah 6 penyakit, antara lain difteri, batuk rejan, tetanus, hepatitis B, serta pneumonia (radang paru-paru) dan meningitis (radang selaput otak) akibat infeksi Hib. .
Menurut Prima, kasus kematian pasca imunisasi sangat jarang terjadi.
Jika hal ini terjadi, semua kasus ini harus diselidiki dan kausalitas – hubungan sebab-akibat – dipelajari secara rinci dan menyeluruh. Tips memberikan imunisasi ganda
Imunisasi ganda dapat dilakukan di fasilitas kesehatan seperti klinik, rumah sakit, puskesmas dan posyandu. Pedoman pelaksanaan imunisasi ganda di fasilitas kesehatan menurut informasi Kementerian Kesehatan RI, sebagai berikut:
1. Persiapan ruang injeksi
Tempat atau area penyuntikan harus bersih. Pastikan hanya ada pemberi vaksin (suntik), anak-anak dan teman sebaya (orang tua atau wali).
2. Dapatkan konseling
Jelaskan manfaat imunisasi dan kemungkinan terjadinya KIPI seperti demam atau nyeri yang merupakan reaksi normal setelah penyuntikan. Jelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan orang tua jika terjadi reaksi dan minta segera menghubungi dokter atau bidan jika keluhan tidak kunjung membaik setelah 2-3 hari.
3. Tempat suntikan
Jika anak sudah bisa berjalan, tempat suntikan harus di lengan. Namun pada bayi berusia 2 bulan ke atas, suntikan biasanya diberikan di paha kanan dan kiri untuk mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan.
Biasanya masih terasa nyeri pada bekas suntikan pertama, sehingga untuk mengurangi nyeri berlebih, suntikan kedua diberikan pada paha yang berbeda.
Namun atas anjuran dokter atau petugas kesehatan, penyuntikan kedua bisa dilakukan di tempat yang sama dengan jarak sekitar 2,5 sentimeter.