Dilansir reporter Tribunnews.com Abdi Ryanda Shakti
TRIBUNNEWS.COM, Bekasi – Panitia Ketiga DPR RI meminta polisi transparan dalam menangani tewasnya tujuh orang di Sungai Jatyasi Bekasi di Kota Bekasi, Jawa Barat.
Demikian disampaikan Wakil Ketua Komite III DPR RI Habiburokhman dan rombongan saat mendatangi lokasi kejadian di kawasan pemukiman Pondok Gede Permai, Selasa (25/9/2024).
“Intinya kami ingin tahu lebih banyak tentang apa yang sebenarnya terjadi, dan kami ingin semua ini dilakukan secara transparan dan mengkaji konteks dan apa yang terjadi,” kata Habibrockman.
Habib Blochman meminta agar tidak ada rumor atau tuduhan tak berdasar yang membuat kasus tersebut tidak terungkap ke publik.
“Bagaimana situasi di sini agar tidak ada asumsi dan tuduhan yang tidak tepat,” ujarnya.
Selain Habiburokhman, ada anggota DPR III Arteria Dahlan, Nazaruddin Dek Gam, Habib Aboe Bakar Al Habsyi, Heru Widodo, dan I Wayan Sudirta.
Sementara itu, Irjen Pol Dani Hamdani memberikan informasi mengenai kejadian sebelum ditemukannya tujuh jenazah remaja di Kali Bekasi.
Denny mengatakan, pihaknya awalnya mendapat informasi dari warga yang ingin mencari kucing.
Setelah menerima laporan tersebut, polisi langsung bergegas ke lokasi kejadian.
Pesan awal, ada lima jenazah, lalu enam jenazah, lalu tujuh jenazah. Proses evakuasi berlanjut hingga sekitar pukul 08.00 atau 09.00 pagi, kata Danny.
Setelah itu, ketujuh jenazah tersebut langsung dikirim ke RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur untuk dilakukan identifikasi karena belum diketahui identitasnya.
“Pertama kita temukan dua buah ponsel yang terendam, kemudian kita coba kirimkan ke dunia maya untuk dibuka, namun sejauh ini masih proses. Kita telusuri melalui ponsel tersebut untuk mengetahui identitas korban,” jelasnya.
Sebelumnya, tujuh jenazah remaja laki-laki ditemukan di Kali Bekasi, Kota Bekasi pada Minggu (22/9/2024) sehingga menimbulkan keributan.
Tujuh jenazah mengalami wajah bengkak.
Tujuh jenazah juga dikirim ke RS Polri Karamat Jati untuk diidentifikasi.
Diduga korban nekat melompat dari gedung karena takut ketahuan polisi patroli.
Kapolda Metro Jaya Irjen Karyoto mengatakan, tujuh remaja ditemukan tewas di Sungai Bekasi, Kota Bekasi, saat berusaha melarikan diri saat patroli polisi tiba.
Ia mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan Polri dan Polri dalam mengusut kasus tersebut.
“Yang kami maklumi, mereka terjun ke sungai karena takut. Mereka takut ada patroli yang lewat atau ada yang memperingatkan. Saat ini kami sedang mendalami peringatan Propam tersebut,” kata Karyoto.
Cagliotto mengakui, ada patroli polisi pada pagi hari yang berupaya melerai bentrokan tersebut.
Petugas patroli kemudian melihat sekelompok remaja berkumpul di lokasi.
Cagliotto mengatakan, informasi awal, rombongan remaja yang berkumpul ingin merayakan ulang tahunnya.
Menurut dia, polisi masih menyelidiki informasi tersebut.
“Pesannya mengatakan hari ini adalah hari ulang tahunnya, di mana kue ulang tahunnya? Di mana? Tidak mungkin merayakan ulang tahunnya di sini,” kata Cagliotto.
Ia membenarkan, ia juga menanyai sekelompok remaja yang berada di lokasi kejadian pada pukul 03.00 WIB.
Seharusnya yang jadi pertanyaan kenapa saudara-saudara ada di sini pada pukul 03.00 WIB, ujarnya. 9 pemeriksaan polisi
Cabang Profesi dan Pengamanan Polda Metro Jaya (Propam PMJ) memeriksa sembilan petugas polisi terkait penemuan tujuh jenazah di Kali Bekasi.
Demikian disampaikan Humas Polda Metro Jaya, Kompol Ade Ary Syam Indradi, Senin (23 September 2024).
“Sejauh ini sudah sembilan anggota Tim Patroli Presisi Polres Metro Bekasi yang diperiksa,” kata Ad Ali.
Sembilan anggota Korps Bhayangkara terlibat membubarkan massa yang diduga tawuran di Jalan Cipendewa Baru di Bojong Menteng, Kecamatan Rawalengbu.
Ia ditanya tentang SOP (standar operasional prosedur) pembubaran kelompok pejuang.
“Jadi orang-orang yang melakukan pemeriksaan TKP, mereka akan melakukan patroli, lalu mereka melihat ada yang hidup, IG ajak tawuran, lalu mereka periksa TKP,” kata Ad Ali.
Polisi masih melakukan penyelidikan dan pemeriksaan TKP saat patroli.
Proses olah TKP masih dalam penyelidikan, jelas mantan Kapolres Metro Jakarta Selatan itu.