Wartawan Tribunnews.com Endrapta Pramudhiaz melaporkan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezer Patria berjanji akan mempercepat pemulihan layanan pemerintah dengan Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 pasca serangan ransomware pada Kamis lalu.
PDNS 2 mengalami kegagalan dan menyebabkan tertundanya layanan imigrasi di banyak bandara internasional setelah diserang ransomware.
Ransomware adalah malware yang memasuki suatu sistem dan kemudian mengenkripsi data di dalam sistem. Ia mengatakan, saat ini beberapa layanan telah berhasil dipulihkan, seperti imigrasi.
“Kami kini terus berupaya untuk mengatasi hal tersebut, apalagi kami berharap pelayanan publik tetap berjalan seperti biasa, kami mohon dukungan dan doa semua pihak,” kata Nezer mengutip keterangan tertulis, Selasa (25/6/2024). .
Sementara untuk layanan lain yang terdampak, Nezer mengatakan saat ini masih dalam proses pemulihan.
Menurut dia, PDNS 2 memiliki fasilitas Disaster Recovery Center (DRC) yang akan membantu upaya pemulihan layanan terdampak.
Selain layanan keimigrasian, berbagai layanan lainnya seperti Layanan SIKaP Badan Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Izin Acara Kementerian Koordinator Kelautan dan Perikanan serta website Pemkot Kediri dapat digunakan kembali.
Menurut Direktur Jenderal Aplikasi TI Kementerian Komunikasi dan Informatika Samuel Abrijani Pangerapan, kecepatan proses pemulihan layanan bergantung pada koordinasi antara pemilik aplikasi dan penyedia PDNS.
Kemudian tergantung pada waktu yang dibutuhkan untuk memigrasikan data ke server baru.
“Kecepatan ini harus dipercepat jika ada koordinasi antara penyewa dan penyedia layanan cloud,” kata Samuel.
Ia menjelaskan, tim Cominfo berupaya mengisolasi sistem yang terkena serangan siber untuk mencegah penyebaran malware ke sistem lain.
Dia meminta masyarakat bersabar menunggu hasil penyelidikan.
“Sebenarnya persoalan saat ini masih didalami, forensik digital itu sebuah proses, jadi bersabar dulu,” kata Samuel.
Menurutnya, serangan siber ransomware ini merupakan varian baru. Oleh karena itu, perlu waktu untuk mempelajari pola serangan dan penanganan yang tepat.
“Disebut juga varian baru, kami berkoordinasi dengan organisasi dalam dan luar negeri mengenai serangan ransomware ini,” pungkas Samuel.