Koalisi Kemanusiaan untuk Papua Minta Penjelasan Pemerintah Bergantinya Nomenklatur KKB Jadi OPM

Tribunnews.com melaporkan Rehmat wa Nagri

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kelompok amal Papua, Usman Hamid, meminta klarifikasi kepada pemerintah terkait perubahan nama Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua menjadi Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Panglima TNI Jenderal Agus Sabianto dikabarkan menggantikan gerakan kemerdekaan Papua, KKB, di OPM.

Usman Hamid kepada awak media di Jakarta, Senin (29/4/2024) mengatakan, “perubahan nama itu perubahan TNI, bukan niat pemerintah, makanya pemerintah harus menjelaskan.

Ia mengatakan, jika benar, maka ada perubahan nama yang akan menjadi kebijakan pemerintah. Usman mengatakan, kalau hanya di TNI, lalu apa tujuan pemerintah?

“Kami ingin mendorong interpretasi positif terhadap perubahan nama tersebut sebagai identitas politik Papua Merdeka,” kata Osman.

Oleh karena itu, sebagai organisasi, ia meyakini OPM tetap mempunyai hak konstitusional untuk mendeklarasikan kemerdekaan secara damai tanpa senjata. Mari kita menyelenggarakan pertemuan dengan damai, mempersiapkan diri tanpa menggunakan kekerasan, apalagi propaganda perang.

“Tetapi jika propaganda perang atau penggunaan senjata, pemerintah Indonesia berhak menggunakan kekuatan militer atau keamanan,” ujarnya.

Namun, kata Osman, kita harus tetap menghormati, misalnya prinsip hukum humaniter, yakni tidak boleh kehilangan warga sipil, dan tidak berlebihan dalam bidang sipil.

Oleh karena itu, Usman menegaskan pihaknya meminta pemerintah menjelaskan kebijakan pemerintah saat ini.

“Benarkah kita mengganti nama kelompok bersenjata, kelompok separatis teroris menjadi Organisasi Papua Merdeka,” kata Osman.

Dia mengatakan, jika memang benar, maka pemerintah akan mengumumkannya. Dan jika itu benar, ada baiknya kita memulai pembicaraan lagi.

Usman mengatakan kami telah mengembalikan gencatan senjata, kami melakukan penembakan, jadi hentikan gencatan senjata dan mulai negosiasi.

“Saya kira pemerintah bisa bekerjasama dengan tokoh agama, tokoh nasional, Presiden PGI, atau Ketua Umum PBNU,” tegasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *