Kisah Sean, Peserta Honda Dream Cup 2024 Asal Papua, Kenal Dunia Balap Sejak Usia 3 Tahun

Dilansir reporter Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, PALOPO – Sean Delbrate Jeremiah Warriker (12) mengangkat jarinya saat foto diambil, artinya menunjukkan orang nomor satu.

Gambar tersebut ia keluarkan seiring dengan keinginannya untuk menjadi yang pertama di Honda Dream Cup (HDC) 2024 yang digelar di Palopo, Sulawesi Selatan.

Palopo merupakan salah satu dari empat kota pendukung HDC 2024. Tiga kota lainnya adalah Pekanbaru, Riau; Tanjung, Kalimantan Selatan; Purwokerto, Jawa Tengah.

Sean yang masih berusia 12 tahun mengikuti dua kelas berbeda di HDC. Pertama, HDC 2 – Rookie U-16 Standar Sonic 150R/GTR 150. Kedua, starter U-12 standar HDC 3 – Sonic 150R/GTR 150.

Sean yakin bisa meraih juara pertama HDC 2024. Saking ambisiusnya, pria asal Papua itu mengetahui kompetitornya di setiap kategori.

Berbicara kepada awak media di Sirkuit Motorsport Kota Palopo, Kota Palopo, Sulawesi Selatan, Sabtu (20/7/2024), Sean mengatakan, “Saingan terberat saya di HDC untuk pemula adalah Rayhan, untuk pemula dia seperti Rayhan.

Cuaca panas bukan halangan bagi Sean. Sore itu, matahari tampak berhenti di atas Palopo.

Google menunjukkan cuaca di Palopo 29 derajat celcius, tapi lebih seperti 33 derajat celcius, yang kalau pakai jaket harusnya bisa menahan terik matahari.

Bagaimana melakukan Ia menekankan pada olah raga dan tidak lupa melatih pikirannya.

Belajar dari pebalap nasional kesayangannya, Andy Farid Izdihar, Sean paham bahwa seorang pebalap harus punya kemampuan mengendarai sepeda motor.

Andy Farid bisa tenang saat mengendarai sepeda motor dan mengendalikan sepeda motor dengan baik, kata Sean.

Bocah yang sudah mengenal olahraga lari sejak usia 3 tahun ini mengaku tak takut berlaga di kompetisi HDC 2024, wajar saja karena ia sudah terbiasa dengan kondisi dan kondisi menjelang kompetisi tersebut.

Setelah berhasil menyelesaikan segala persiapan kompetisi, Sean berharap mendapat dukungan doa dari sang ayah.

Ayah Sean yang juga ada di sana mengaku senang setiap kali anaknya berlari.

“Kalau soal balapan, saya orang tua. Selain komunikasi, yang bekerja adalah scene-nya. Jadi, kalau bukan motornya, waktunya, sistemnya, dan siapa yang bekerja. Saya hanya menginspirasi. berdoa,'” kata Romo Seen bernama Eriks Warikar (46).

Erics juga mengatakan bahwa Sean sudah tahu cara berlari sejak ia masih muda. Sean kecil suka mengendarai sepeda motor kecil.

Erics yang juga seorang pelari mengatakan, Sean sudah mengenal suara knalpot sejak dini. Hal inilah yang menjadi titik awal Sean mulai tertarik dengan dunia balap.

“Ketika dia masih muda, dia merasa lelah,” katanya.

Eriks senang karena kegemaran Sean dalam berlari tidak mengganggu studinya di sekolah.

Demi mengawali kecintaan Sean terhadap dunia balap, Eriks rela mendirikan sekolah tempat Sean akan belajar, agar karir akademisnya sukses.

Suatu ketika Sean harus mengikuti ujian di sekolahnya. Saat itu, pihak sekolah lega dengan mengizinkan Sean tidak mengikuti ujian di sekolah. Segera dia diizinkan mengikuti ujian masuk.

“Ada keringanannya. Jadi, kalau ulangan, soal-soalnya dikirim, selesai, dan dikirim balik ke sekolah. Jadi, ada keringanannya,” kata Ericks.

Sebagai seorang ayah, Eriks tidak selalu mendorong Sean untuk menang. Baginya, menang dan kalah hanyalah uang.

Hal terpenting dalam dunia balap yang selalu Eric sampaikan kepada Sean adalah ketenangan seorang pembalap di atas sepeda.

Pengendara harus sinkron dengan sepedanya. Persiapkan mental saat ingin bertanding, fokuslah pada impian yang ingin diraih.

“Menang kalah itu uang, yang penting dia bisa mengatur agar (motoriknya) nyambung dengan jiwanya,” kata Eriks.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *