Kisah Pembatik Desa Girilayu, Matesih, Sang Penggores ‘Malam’ Sejak Awal Praja Mangkunegaran Solo

TRIBUNNEWS.COM – Perjanjian Jayanti tahun 1755 tidak hanya membagi Kerajaan Mataram Islam menjadi Kesultanan Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Ngayogyakarta, tetapi juga kebudayaannya.

Konon banyak kebudayaan khas Kerajaan Mataram Islam yang dibawa ke Yogyakarta, termasuk batik, sehingga Kesultanan Surakarta tidak mempunyai batik yang khas.

Akibat kejadian tersebut, Paco Buwono IV memutuskan untuk membuat sendiri baju keraton yang baru, salah satunya batik.

Batik Surakarta juga terbagi menjadi dua bagian, batik dengan hiasan Keraton Kasunanan dan Pura Mangkungaran yang masih bisa kita jumpai hingga saat ini.

Salah satu eksponen pelestarian batik gaya Mangkunegaran adalah Desa Girilayu di Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar.

Desa Jirilayo telah menjadi sentra perajin batik sejak zaman Mangkunejara I atau sekitar tahun 1775.

Tradisi membatik ini telah diwariskan secara turun temurun sejak sebelum Indonesia merdeka dan erat hubungannya dengan Kadipaten Braja Mangkungaran Sulu.

Batik Girilayu erat kaitannya dengan Mangkunegaran karena secara regional Girilayu sangat dekat dengan banyak situs penting Mangkunegaran.

Misalnya raja-raja Mangkungaran yang dimakamkan di Astana Mangadeg di Gerilayu.

Di Astana Mangadej terdapat makam Raden Mas Said atau Pangeran Sambirnyo yang merupakan Adipati pertama Praja Mangkungaran.

Girilayu juga tidak jauh dari makam Presiden kedua RI Soeharto di Astana Giribangun yang juga lekat dengan Mangkunegaran.

“Dulu konon nenek sudah membatik sejak Mangkunigaran pertama, mulai dari cara membatik, hiasan, hingga cara pewarnaannya secara turun temurun,” kata Bartina, Ketua Jiri Vastra Pura. tulis kelompok batik GWP) saat berbincang dengan Tribunnews.com, Selasa 22 April 2024. Bartina, pemilik Giri Wastra Pura, menulis usaha batik di Desa Girilayo, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganiar, Jawa Tengah. (Tribunews)

Sedangkan Batik Girilayu mempunyai ciri garis-garis halus, yaitu guratan-guratan yang lebih kecil dan halus dibandingkan Batik Solo.

“Karena letak geografis kami di Desa Jirilayo yang berada di dataran tinggi, maka wax atau malamnya bisa lebih menempel pada kain mori, berbeda dengan Sulu yang udaranya lebih panas, dan wax atau lilinnya cenderung mudah hancur atau habis, jika dibiarkan. mungkin di sini ukurannya kecil,” kata Partena. , sering disebut dengan “Batik Alus Matesihan”.

Selain itu yang menjadi ciri khas Batik Girilayu terletak pada hiasannya yaitu hiasan Tugu Tri Dharma.

Tugu berbentuk monumen yang merupakan simbol perjuangan Pangeran Sambar Nyawa dan terletak di pekuburan raja-raja Sulu di Astana Mangadej. Monumen Tri Dharma (kiri) yang terletak di Astana Mangadej, Gerilayo, Matese, Karanganyar, merupakan gagasan motif batik khas Giri Vastra Bora (kanan). (Mimbar Jawa Tengah/EST)

Selain motif peringatan Tri Dharma, juga terdapat hiasan buah Mbok semuk, manggis, dan durian.

Bentuk buahnya berbeda karena wilayah Matisse terkenal sebagai penghasil buah-buahan seperti manggis dan durian.

Bartina yang merupakan generasi keempat di keluarganya yang berkecimpung di industri batik ini mengatakan, di Desa Gerilayo terdapat puluhan kelompok batik yang membawahi puluhan perajin di setiap kelompoknya.

“Sistemnya ada kelompok batik di Jirilayo. Misalnya kalau peminatnya banyak, biasanya kita gotong royong, motif dan corak batiknya hampir sama, karena diturunkan dari nenek moyang di kampung Jirilayo,” ujarnya.

Partinah kini menjalankan kelompok batik bernama Batik Tulis Giri Wastra Pura (GWP).

Koleksi batiknya merupakan salah satu dari 12 koleksi batik yang ada di Desa Gerilayo.

Dikatakannya, “Pembentukan kelompok batik mulai tahun 2019, untuk melestarikan warisan budaya, khususnya batik tulis yang mayoritas berasal dari ibu-ibu yang membatik.”

Dikatakannya, masyarakat Desa Gerilayo merupakan pekerja batik.

Mereka membatik di rumah dan kemudian mengirimkan batik yang belum jadi ke Solo.

Namun warga Desa Jirilayo kini bisa membatik secara mandiri dan memasarkan usahanya.

“Itu dikerjakan di Gerilayo, lalu dikirim ke Sulu untuk proses finishing atau pewarnaan. Tapi sekarang, perempuan bisa mengerjakannya dari awal, memberi pola pada kain, lalu mewarnai dan memasarkannya sendiri,” jelasnya.

“Saya melakukannya di rumah untuk sampin (usaha sampingan), dan setelah saya menyelesaikan tugas sekolah, saya bisa bekerja. Jadi saya mendapat uang setelah saya menyelesaikan sepotong kain,” ujarnya.

Partena mengatakan, proses pembuatan batik tulis memakan waktu sekitar 6 hingga 8 bulan.

Proses pengerjaannya yang memakan waktu dan teliti membuat harga batik tulis menjadi sangat mahal.

Kain lembaran berukuran panjang 2,6 meter dan lebar 1,2 hingga 1,5 meter dijual dengan harga mulai Rp 600.000 hingga Rp 3,5 juta.

Jadi ini adalah oleh-oleh penting dari daerah Karanganyar

Berkat keunikannya, batik desa Girilayu kini menjadi oleh-oleh favorit pemerintah kabupaten Karanganyar.

“Kami juga menerima pembuatan baju batik untuk keperluan pribadi dan oleh-oleh, dan Pemkab sudah beberapa kali meminta untuk memberikan oleh-oleh, seringkali berupa baju batik,” kata Bartina.

Baju batik dikemas dalam kemasan karton yang menarik dan kekinian. Kaos Souvenir Batik Giri Vastra Bora (Kolase Tribunnews)

Selain batik tulis, Bartina juga menerima pesanan batik cap.

“Misalnya ada pesanan cetak, kami tetap menerima dan berkolaborasi dengan pihak lain, dan dekorasi kami juga bisa kekinian dengan tetap menjaga unsur khas seperti Tri Dharma,” kata Bartina.

UMKM penerima bantuan dari Belt and Road Initiative

Dalam perjalanannya melestarikan budaya leluhur, Bartina mendapat dukungan dari program Bank Rakyat Indonesia (BRI).

GWP Batik merupakan salah satu usaha kecil menengah (UMKM) yang masuk dalam program BRIncubator pada tahun 2019.

GWP Batik dibantu dalam mengembangkan kemampuan bisnis dan pemasaran.

“Kemudian pada tahun 2022 kelompok kami mendapat dana CSR senilai Rp 15 juta,” ujarnya.

Uang ini kemudian digunakan untuk mengembangkan usaha para pembatik, seperti pembelian pakaian, bahan, dan kebutuhan produksi lainnya.

Bartina menilai bantuan ini sangat bermanfaat, apalagi mengingat dampak pandemi Covid-19 yang kembali meningkat.

BRI mendukung UMKM Indonesia untuk berkembang

CEO Regional RO BRI Yogyakarta John Sarjono mengatakan pihaknya berkomitmen mengembangkan UMKM di Indonesia.

Saat ini sekitar 70 persen nasabah BRI berasal dari sektor UMKM, ujarnya.

Oleh karena itu, Belt and Road Initiative semakin banyak menjalin kerja sama dengan banyak pihak untuk fokus pada pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah.

“UMKM harus bangkit dan mandiri. Untuk mencapai hal tersebut, BRI memberikan kredit berbunga rendah. Namun mengembangkan UMKM saja tidak cukup melalui pemberian kredit. Agar usaha menjadi mikro, “UMKM semakin maju, harus ada proses inklusi dan literasi untuk meningkatkan kemampuan manajemen.”

Tak hanya kredit, BRI juga kerap menyalurkan dana Corporate Social Responsibility (SCR) kepada UKM terpilih.

Sedangkan kredit disalurkan ke seluruh wilayah DIY, Karesidenan Banyumas, Kedu, dan Solo Raya di 33 kantor cabang utama.

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, realisasi penyaluran kredit yang dilakukan perseroan hingga akhir September 2023 tumbuh 12,53 persen year-on-year menjadi Rp 1.250,72 triliun.

Penyaluran kredit UKM BRI tumbuh sebesar 11,01 persen dari Rp935,86 triliun pada akhir triwulan III tahun 2022 menjadi Rp1.038,90 triliun pada akhir triwulan III tahun 2023, jelas Sunarso dalam keterangan tertulisnya baru-baru ini. UKM BRI mencapai 83,06 persen dari total kredit BRI.”

Ia menambahkan, keberhasilan BRI dalam menyalurkan kredit kepada debitur diimbangi dengan manajemen risiko yang cukup baik.

Buktinya, kualitas kredit atau kredit bermasalah Bank BRI tercatat hanya sebesar 3,07 persen atau lebih baik dibandingkan kredit bermasalah pada periode yang sama tahun lalu yang sebesar 3,09 persen.

“Kami sudah menyiapkan dua strategi. Pertama, BRI melakukan pembinaan nasabah eksisting melalui berbagai program pemberdayaan dan pendampingan. Kedua, BRI mencari sumber pertumbuhan baru di sektor produk mikro,” ujarnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *