Kisah Dokter Gaza Mengabdi pada Rakyat Palestina di Tengah Serangan Israel: Insya Allah Dapat Berkah

TRIBUNNEWS.com – Seorang dokter Palestina yang tinggal di Gaza, Hamis Elesi menjelaskan pilihannya untuk tetap berada di kandang meski serangan Israel masih terus berlanjut.

Elesi yang berprofesi sebagai dosen Fakultas Kedokteran Universitas Islam Gaza ini mengungkapkan alasannya memutuskan penutupan tersebut.

Bahkan, sejak dimulainya serangan Israel pada 7 Oktober 2013, ia mendapat perhatian organisasi internasional di Gaza selatan, bahkan di luar Gaza.

“Tetapi saya memutuskan untuk tetap tinggal di Gaza dan mengabdi pada rakyat Palestina, seperti rekan-rekan saya yang lain,” kata Elesi kepada Anadolu Ajansi, Senin (22/7/2024).

Meski harus menyelamatkan pasien dari serangan Israel, Elesi yakin keputusannya untuk tetap tinggal di Gaza adalah keputusan yang tepat.

“Insya Allah, penilaian kami adil dan kami akan mendapat keberkahan,” imbuhnya.

Elesi juga bercerita tentang keluarganya dan warga Gaza lainnya yang berkali-kali mengungsi akibat serangan Israel.

Sebelum Israel mulai menyerang, keluarga Elesi tinggal di lingkungan Tel el-Hawa.

Namun mereka harus pindah ke lingkungan tempat tinggal Derek, lalu ke Zeytun dekat RS Indonesia, karena banyak rumah di lingkungan tersebut yang terkena bom.

Setidaknya Elesi dan keluarganya berpindah tempat tinggal sebanyak 11-12 kali antara Tell el-Hewa dan Derek

Pada tanggal 7 Juli 2024, saat bekerja di rumah sakit, Elesi menerima telepon dari putranya bahwa Israel ingin semua orang meninggalkan daerah tersebut.

Dia berlari pulang dan melihat ribuan orang bermigrasi ke Gaza barat.

Kami segera mengemasi tas dan barang-barang kami lalu pergi.

“Pertama kami ke rumah adik saya yang terbakar, namun kawasan itu juga diserang,” ujarnya.

Karena kebutuhan, Elesi dan keluarganya pindah kembali ke wilayah Al-Nasr.

“Tetapi setelah diperingatkan oleh tentara Israel, kami pergi lebih jauh ke utara.”

“Kami tinggal di sana sekitar empat hari sebelum akhirnya kembali ke rumah,” kata Elesi.

Saat pindah, Elesi meminta anak-anaknya untuk memotret dirinya dan orang lain.

Elesi mengunggah foto-fotonya di media sosial agar seluruh dunia tahu apa yang terjadi di Gaza.

Elesi pun ingin menyampaikan kepada seluruh dunia bahwa dirinya yang merupakan seorang profesor harus melalui segala hal yang tidak semua orang bisa bayangkan.

“Beberapa gambar saya posting di media sosial agar masyarakat bisa melihat perjalanan seorang profesor yang mengajar di banyak universitas dan bertemu dengan guru-guru dari seluruh dunia dan apa yang kami lalui,” ujarnya.

“Saya melakukan ini untuk meningkatkan kesadaran tentang obsesi tersebut.”

Elesi diketahui telah bekerja di bidang neurorehabilitasi dan algologi selama 15 tahun terakhir.

Ia juga mengajar mata kuliah neurologi, algologi, dan perawatan paliatif.

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *