Kian Banyak Anggota NATO Penuhi Target Belanja Militer Dua Persen

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengumumkan Senin lalu (17 Juni) bahwa 23 dari 32 negara anggota aliansi pertahanan mencapai anggaran pertahanan minimal dua persen tahun ini.

“Ini baik bagi Eropa dan Amerika Serikat,” kata Stoltenberg dalam pidatonya di ibu kota Amerika Serikat, Washington D.C., “terutama karena sebagian besar dana tambahan dibelanjakan di Amerika Serikat,” tambahnya.

Sasaran belanja pertahanan NATO telah disepakati sejak tahun 2014. Seiring dengan batasan anggaran sebesar dua persen dari pendapatan nasional, PDB nasional, negara-negara anggota juga diharuskan mengalokasikan 20 persen belanja pertahanan untuk perbaikan sistem persenjataan.

Hingga tahun lalu, hanya 10 negara yang memenuhi persyaratan tersebut.

Keengganan negara-negara anggota Eropa untuk meningkatkan belanja militer semakin memperburuk kekacauan di dalam NATO, yang meluas di era mantan Presiden AS Donald Trump. Sikap ini berubah setelah invasi Rusia ke Ukraina.

Hingga saat ini, Amerika Serikat merupakan kontributor terbesar bagi NATO, menyumbang 68 persen belanja tahunan, yang akan mencapai $860 miliar pada tahun 2023. Kebangkitan Jerman dan Perancis

Tiga negara teratas dalam daftar negara yang mengeluarkan belanja militer besar-besaran di Eropa adalah Polandia dengan 4,12 persen dan Estonia dengan 3,43 persen PDB. Namun dua negara terbesar UE, yaitu Jerman dan Prancis, mencatatkan kenaikan anggaran pertahanan terbesar.

“Jerman mencapai target pertahanan 2 persen tahun ini untuk pertama kalinya sejak awal tahun 1990an,” kata juru bicara kementerian pertahanan pada bulan Februari. Menurut NATO, Jerman memiliki anggaran belanja militer sebesar 97,2 miliar dolar tahun ini.

Belanda juga diperkirakan akan meningkatkan anggarannya, begitu pula Albania, Montenegro, Makedonia Utara, Bulgaria, dan Rumania. Target dua persen juga akan dicapai oleh Türkiye, Rep. Republik Ceko, Slovakia dan dua anggota terbarunya, Swedia dan Norwegia. Ketentuan pembelian senjata

Davis Ellison, seorang analis di Pusat Studi Strategis di Den Haag, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan DW bahwa maksud dari tujuan pengeluaran NATO terutama dapat dilihat dari jumlah item anggaran yang dialokasikan untuk pembelian peralatan pertahanan baru.

“Di masa lalu, anggaran pertahanan sangat terfokus pada belanja pekerja, mulai dari dana pensiun hingga layanan kesehatan dan banyak lagi,” jelas Ellison.

“Tetapi sekarang kita melihat investasi kolektif yang lebih besar dalam perolehan alutsista baru,” tambahnya.

Dari 32 negara anggota NATO, hanya Kanada dan Belgia yang diperkirakan tidak mencapai target belanja pertahanan sebesar 20 persen. Islandia terisolasi karena tidak mempunyai kekuatan militer sama sekali.

Negara-negara anggota lainnya, termasuk Kroasia, Portugal, Italia, Kanada, Belgia, Luksemburg, Slovenia dan Spanyol, akan gagal memenuhi target belanja pertahanan minimum NATO.

Sebaliknya, Kroasia, Portugal, Italia, Kanada, Belgia, Luksemburg, Slovenia, dan Spanyol diperkirakan tidak akan memenuhi target 2% tahun ini. Ini dipegang oleh Trump dan Rusia

Mantan Presiden AS Donald Trump, yang mencalonkan diri sebagai calon Partai Republik pada pemilu November mendatang, pernah mengancam akan “mengundang” Rusia untuk menyerang anggota NATO yang tidak memenuhi target belanja militer.

“Saya tidak akan melindungi mereka,” kata Trump baru-baru ini. “Bahkan, saya akan mendorong Rusia untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Anda harus membayarnya. Anda harus membayar tagihannya.”

Komentarnya mendapat tanggapan tajam dari pemerintahan Presiden Joe Biden, dengan menyebut gagasan tersebut “mengerikan dan tidak dapat ditoleransi.”

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menekankan bahwa gagasan bahwa “mitra tidak akan melindungi satu sama lain tentu akan melemahkan keamanan kita,” katanya, merujuk pada tanggung jawab semua negara anggota untuk membela diri jika salah satu anggotanya diserang.

Analis pertahanan Belanda Ellison percaya bahwa ketidakpastian mengenai masa depan geopolitik mendorong banyak negara anggota untuk meningkatkan belanja pertahanan.

“Selalu ada sesuatu di balik apa yang terjadi. Jika Donald Trump menang lagi, maka dukungan Eropa terhadap Eropa akan berkurang secara signifikan,” ujarnya bahwa ada ancaman serius dari Rusia.

Menurut dia, kekhawatiran terhadap kemungkinan perubahan politik juga semakin meningkat seiring dengan digelarnya pemilihan umum di beberapa negara Eropa pada tahun ini. Sebab, ia melihat ada desakan di antara negara-negara anggota untuk segera mencapai target dua persen tersebut.

“Di luar pemerintahan AS, menurut saya penting dilakukan dengan cepat karena ada pemilu juga di Inggris dan Perancis. Tahun ini adalah tahun pemilu,” imbuhnya.

KTT NATO akan diadakan di Amerika Serikat antara tanggal 9 dan 11 Juli.

Rzn/suka

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *