KH Marsudi Syuhud Bicara Indonesia Emas 2045 dan Harapan Masa Depan Bangsa

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Jumat dini hari (26/4/2024), masyarakat merayakan kemenangan timnas U23 Indonesia melawan Korea Selatan di babak semifinal Piala Asia U23 yang digelar di Qatar.

Menanggapi pertanyaan tersebut, Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) K. Marsudi Suhud mengatakan sepak bola merupakan hiburan masyarakat yang menarik simpati masyarakat dari berbagai komunitas.

Yang kaya dan yang miskin melompat dan berteriak ketika penalti terakhir dicetak di gawang Korea Selatan,” kata Kiai Marsudi.

Begitulah simpati sepak bola, dan beberapa analis politik mengaitkannya dengan pemilu 2024.

Generasi muda atau Gen Z merupakan generasi muda dengan jumlah usia yang sangat banyak yang akan menentukan masa depan Indonesia.

Kiai Marsudi menjelaskan, delapan misi Indonesia Emas dalam RPJPN 2025-2045 menempatkan generasi muda tidak hanya pada hal, namun juga diwujudkan dalam rencana pembangunan 20 tahun yang harus dibarengi dengan buah yang baik.

“Anak-anak kita, anak-anak Indonesia yang akan segera lahir atau masih bersekolah, harus mendapat gizi yang cukup untuk menjadi generasi yang baik, agar generasi ini menjadi bagian dari permainan, merekalah pemain utamanya. Indonesia tahun 2045,” kata guru Sekolah Ekonomi Islam Darul Uchwah itu.

Menurutnya, Indonesia mempunyai peluang, Presiden dan Wakil Presiden 2024-2029 Prabowo-Gibran mempunyai visi dan tujuan untuk menjaga kesejahteraan rakyat sebagai hal terpenting dalam pembangunan.

“Program kesejahteraan negara menempatkan warga negara sebagai kekuatan sosial berdasarkan amanat UUD 1945.”

Lanjut Kiai Marsudi. program makan siang dan susu gratis merupakan integrasi sosial yang mendukung kesenjangan yang ada, yang sering disalahartikan oleh para kritikus sebagai program yang merugikan.

Para pengkritik ini perlu melihat realita dalam kehidupan masyarakat bahwa kekosongan sosial ini memerlukan tindakan yang siap bertindak, bukan sekedar bertindak.

Tentunya harapan kedepannya adalah memiliki budaya dan adat istiadat masyarakat untuk terus menafkahi anak-anak sekolah. Karena ini adalah landasan, maka ini adalah garda terdepan dalam peningkatan kualitas manusia.

Menurutnya, kesejahteraan rakyat harus dibangun di hadapan negara guna meningkatkan kesejahteraan.

Keberadaan makan siang dan susu gratis secara nasional hadir sebagai bentuk lompatan maju, lompatan kuantum untuk mewujudkan Generasi Emas Indonesia pada tahun 2045.

“Persoalan lain yang tidak kalah pentingnya adalah infrastruktur pendukung pendidikan. Sekolah bukanlah cara pulang pagi dan pulang sore. Saat anak-anak akan berjalan di jalan, infrastruktur – fisik dan sosial. Prasarana seperti hadirnya keselamatan dan keamanan menjadi hal yang penting ketika bersekolah, tidak hanya untuk memberikan ilmu pengetahuan, namun juga untuk mengembangkan tenaga kerja yang berkualitas berdasarkan pendidikan moral dan pendidikan sosial, akhir-akhir ini ia mulai menghilang dari masa reformasi.

Pancasila sebagai pedoman nasional hendaknya menjadi garis sosial untuk mengubah perilaku Generasi Emas 2045. Saat ini, perilaku masyarakat juga perlu mendapat perhatian khusus untuk mencapai langkah tersebut, agar Indonesia tetap sopan dalam semangat kerja sama. .

“Kegembiraan komunitas sepak bola, yang telah berhasil dengan baik dalam keberhasilan dan implementasi rencana politik yang telah disusun dan isu-isu telah berubah, kini tetap menjadi rencana yang diberikan selama kampanye, yang kini harus dilaksanakan. Karena pemenuhan janji. adalah tanggung jawab yang ditentukan oleh hasil kompetisi.”

Kiai Marsudi menjelaskan, perlombaan apapun baik itu olah raga, bisnis, politik hendaknya merupakan perlombaan yang menyenangkan dan menyemangati yang menjadi landasan ajaran agama kita sesuai sabda Nabi Muhammad SAW. Saya khawatir bukan kemiskinan yang menimpa anda, tapi yang saya takutkan adalah dunia akan menyebar seperti yang disebarkan kepada para pendahulu, jadi Anda bersaing sebagaimana mereka bersaing, maka dunia akan menyebar. menghancurkanmu sebagaimana itu menghancurkan mereka.

“Menang dan kalah itu sebuah kompetisi, jangan biarkan kompetisi itu menghancurkan kita, tapi jadikanlah kompetisi yang menyenangkan dan kamu masih punya harapan untuk masa depan, bagi yang belum menang, katakanlah aku pernah disini dan aku masih punya. . harapan kedepannya jangan bilang pada diri sendiri dan orang lain kalau aku kalah, ini awal kompetisi mencari yang terbaik dalam diri semuanya, ayukum ahsanu ‘amala, pungkas Kiai Marsudi Suhud.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *