Ketahui Siapa Saja Orang yang Tidak Bisa Mendonorkan Darahnya

Laporan jurnalis Tribunnews.com Aysia Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Mendonor darah sangat bermanfaat baik bagi pendonor maupun penerimanya.

Mendonorkan darah adalah proses pengambilan darah seseorang secara sukarela.

Darah ini nantinya akan disimpan di bank dan digunakan untuk transfusi darah. 

Namun, tidak semua orang bisa mendonorkan darahnya secara cuma-cuma. 

Menurut dr Santi dari Puskesmas Kompas Gramedia, ada penderita penyakit tertentu yang dilarang mendonorkan darahnya.

Pertama, orang sakit tidak bisa mendonorkan darahnya. 

“Kebetulan dia sakit. Eh, batuk, pilek, suhunya segini. Sebaiknya jangan dulu, karena takutnya misalnya ada bakteri di darahnya,” kata dokter Santi Sonora FM di YouTube, Senin (15/7/2024). 

Penderita penyakit yang ditularkan melalui darah juga tidak diperbolehkan mendonorkan darahnya. Misalnya penyakit kuning B dan penyakit kuning C. 

Pada saat yang sama, orang yang sudah sembuh total dari hepatitis A dapat mendonorkan darahnya. 

Selain itu, penderita sifilis atau human immunodeficiency virus (HIV) tidak boleh mendonorkan darahnya. Bagaimanapun, penyakit ini biasanya berlanjut. 

Oleh karena itu, sebelum mendonorkan darah, masyarakat dianjurkan menjalani pemeriksaan laboratorium. 

Kedua, tidak dianjurkan mendonorkan darah kepada wanita pada saat menstruasi, hamil dan menyusui. 

Ketika menstruasi telah berakhir, atau ibu sudah tidak lagi menyusui, ibu dapat mendonorkan darahnya. 

Ketiga, jika Anda sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu, sebaiknya tunda dulu donor darahnya. 

Misalnya dokter menyarankan minum antibiotik, dan masih ada waktu 3 hari lagi. 

Jadi lebih baik ditunda sampai antibiotiknya habis. 

“Setelah yang pertama bisa donor darah. Kalau soal vitamin boleh saja. Kalau soal obat bebas, misalnya untuk sakit kepala juga boleh,” imbuhnya. 

Pada saat yang sama, penderita hipertensi dan diabetes juga diperbolehkan mendonorkan darahnya. 

Sejauh ini, kedua penyakit tersebut terkendali dengan baik. 

“Biasanya normal, tapi dalam kasus seperti ini sebaiknya konsultasikan dulu ke dokter,” tutupnya. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *