TRIBUNNEWS.com – Silvan, mahasiswa Fakultas Olahraga (FKOR) Universitas Sebel Maret (UNS), menjadi penanggung jawab program Kampus Merdeka Merdeka (MBKM) di Sekolah Menengah Olahraga Swasta (SKO) Surakarta, Jawa Tengah.
Menurutnya, kesempatan ini dapat membantu menambah pengetahuan tentang pembinaan prestasi olahraga bagi anak-anak SKO di Kota Surakarta, serta memperdalam program pembangunan multilateral yang telah dilaksanakan.
Alhamdulillah melalui program MBKM ini kami membantu para atlet SKO Surakarta dengan berbagi informasi tentang multifaset perkembangan yang dicapai dengan mengikuti kelas-kelas tersebut, kata Silvan melalui pesan singkat, Kamis (28/3/2024). . dikatakan.
Selain itu, Presiden Kelompok Magang MBKM Silvans juga menyampaikan bahwa FKOR UNS sedang menyelenggarakan kursus peningkatan kebugaran jasmani dan pengembangan program pelatihan.
Sehingga dia ingin menerapkannya di lapangan.
“Kami ingin ikut serta dalam pengembangan prestasi atletik SKO Kota Surakarta dengan membantu pembinaan pengembangan multifaset untuk meningkatkan kemampuan gerak para atlet,” ujarnya.
Ia menambahkan, tim MBKM membantu tidak hanya dalam melaksanakan program latihan bagi atlet, tetapi juga menganalisis kebutuhan atlet seperti kecepatan reaksi, kelincahan, kelenturan, dan keterampilan gerak atlet.
“Pelatihan yang kami berikan adalah tentang apa yang harus dilakukan untuk mencegah cedera dan membangun karakter siswa, hal ini dilakukan dengan memberikan informasi cara melakukan pemanasan yang baik dan benar untuk mencegah cedera, serta memberikan motivasi kepada atlet melalui latihan yang dilakukannya. program, jelasnya.
Sementara itu, Direktur SKO Sugeng Haryadi S.Pd., M.Or. Beliau juga menyampaikan pendapatnya mengenai program magang SKO dan MBKM.
“Jadi latihan serba guna ini merupakan latihan yang sangat baik terutama untuk meningkatkan gerak siswa dan SKO.”
“Karena gerakannya ada tiga, lokomotor, diam, dan manipulatif. Gerakan-gerakan tersebut dilatih dan dipadukan untuk menambah khasanah gerak anak itu sendiri.”
“Sehingga kita bisa mendukungnya dalam olahraganya,” ujarnya.
Tanggapan terhadap kegiatan pelatihan pembangunan multilateral datang dari berbagai pihak yang mungkin masih merasa asing dengan pelatihan tersebut.
Seorang pesepakbola SKO mengungkapkan reaksinya dan menyatakan bahwa pelatihan ini memungkinkan dia untuk menemukan sesuatu yang tidak dapat dia temukan pada pelatihan sebelumnya.
Menurutnya, hal tersebut sangat bermanfaat bagi dirinya dan teman-temannya untuk meningkatkan kemampuan di cabang olahraga masing-masing.
Pelatihan ini biasanya dilaksanakan pada awal karir seorang atlet, seringkali pada masa kanak-kanak dan remaja.
Oleh karena itu, setelah pelatihan pengembangan multifaset ini diharapkan para atlet memiliki keterampilan yang luas dan serba guna, serta pengalaman dalam berbagai pola gerak olahraga, sehingga memudahkan adaptasi terhadap situasi apa pun dan pemahaman taktis yang lebih baik.
Kota Surakarta memang dikenal sebagai kota yang banyak meraih prestasi di dunia olahraga.
Kota Surakarta juga berupaya untuk membina atlet sejak dini, terbukti dengan berdirinya SKO pertama di Provinsi Jawa Tengah yang bertempat di gedung eks SMPN 3 dan SMPN 5 Surakarta.
SKO Kota Surakarta merupakan kerjasama antara Dinas Pendidikan Kota Surakarta dengan Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kota Surakarta untuk pengembangan prestasi olahraga.
SKO mempunyai 12 cabang olahraga antara lain atletik, renang, tenis meja, tenis lapangan, panahan, sepak bola, bola voli, taekwondo, pencak silat, karate, anggar, dan judo.
Kehadiran SKO memberikan kesempatan kepada mahasiswa FKOR UNS untuk memimpin program magang MBKM bertajuk Bantuan Latihan Perkembangan Beraneka Ragam Atlet SMA Olahraga Swasta Surakarta di Kodrat Kota Surakarta.
Menurut konteks pengembangan multifaset, menurut Bomp dan Huff (2010:36), pelatihan multifaset adalah pengembangan keterampilan dan kemampuan motorik yang berbeda dengan cara beradaptasi dengan kebutuhan beban latihan yang berbeda untuk meningkatkan adaptasi komprehensif (peningkatan kemampuan motorik).
Artinya anak harus mempunyai kemampuan gerak dasar yang baik dan harmonis.
Anak yang memiliki landasan multifaset yang kuat akan mampu mencapai hasil olahraga yang lebih baik dibandingkan anak yang tidak memiliki landasan tersebut (Bompa dan Haff, 2010:32). (*)