Kesaksian Penumpang Singapore Airlines yang Sempat Terbentur dan Pingsan, Akui Bersyukur Masih Hidup

BERITA TRIBUNE.

Josh mengatakan dia sangat senang masih hidup setelah penerbangan brutalnya.

Diketahui, pemuda ini terjatuh dan pingsan saat kejadian itu terjadi.

“Saya tidak tahu apa yang terjadi,” dia membuka cerita yang dilansir Channel News Asia.

“Kepalaku ada di satu tempat, dan banyak orang yang terkena pukulan di kepala,” lanjutnya.

“Semuanya mengalami pendarahan,” ujarnya kepada wartawan di luar Rumah Sakit Samitivej Srinakarin Bangkok, Rabu (22/5/2024).

Di pesawat setelah kejadian tersebut, Silverstone membayar layanan Wi-Fi dalam penerbangan dan mengirim SMS ke ibunya.

“Aku mencoba untuk tidak menakutinya tapi aku bilang ‘Aku cinta kamu’,” katanya.

Semua orang di pesawat ketakutan.

Beberapa penumpang bahkan berpindah tempat untuk bertemu keluarganya.

The Strait Times melaporkan bahwa staf bar sedang menyiapkan sarapan sebelum kejadian.

Pilot kemudian meminta izin untuk melakukan pendaratan darurat di Bangkok, ibu kota Thailand.

Kantung udara menggantung di atas kepala penumpang saat kecelakaan pesawat terparah itu terjadi.

Silverstone melukai dirinya sendiri sedikit.

Luka di dekat mata kiri, gigi patah, dan nyeri di leher.

Namun, ia merasa baik-baik saja hingga tiba di bandara di Bangkok.

“Kemudian saya mulai merasa tidak enak. Saya tidak bisa berhenti muntah,” kata Silverstone.

“Tetapi banyak orang yang lebih buruk dari saya; dan orang-orang itu tergeletak di tanah dan tidak dapat bergerak.”

Ia mengatakan, ia mendengar beberapa penumpang mengalami cedera kaki akibat terbentur kepala hingga terjatuh.

“Banyak orang yang tidak bisa berjalan (belakang),” ujarnya.

Ia mengaku sangat beruntung bisa naik dan turun pesawat.

Beberapa orang dilarikan ke rumah sakit pada Selasa (21/5/2024) setelah SQ321 melakukan pendaratan darurat di Bandara Suvarnabhumi Bangkok pada pukul 15.45.

Silverstone memuji tim yang melakukan pekerjaan dengan baik dan sangat membantu penumpang selama kekacauan.

Saat ini ia sedang melewati Bangkok, dan berencana pergi ke Bali untuk bertemu teman-temannya meski ia takut terbang.

Satu penumpang dilaporkan tewas dalam turbulensi pada penerbangan SQ321.

Diketahui, almarhum merupakan pria berusia 73 tahun.

General manager Bandara Suvarnabhumi, Kittipong Kittikachorn, membenarkan kematian penumpang asal Inggris tersebut pada konferensi pers.

“Warga negara Inggris tersebut meninggal karena dugaan serangan jantung,” kata The Strait Times dalam sebuah pernyataan.

Sedangkan istri korban termasuk salah satu temannya yang dilarikan ke rumah sakit.

Pejabat bandara tidak merinci kondisinya.

Penumpang di kamar kecil terkena pukulan keras.

Seorang penumpang dari Malaysia berbicara kepada Reuters setelah kejadian tersebut.

Dia adalah mahasiswa Malaysia Dzafran Azmir.

Ia mengatakan, penumpang yang berada di pintu keluar saat pesawat mengalami turbulensi adalah yang mengalami luka paling parah.

“Para pekerja dan orang-orang yang berada di toilet adalah yang paling terluka karena kami melihat orang-orang tergeletak di tanah, tidak dapat pulih,” jelasnya.

“Punggung dan kepalanya banyak,” katanya.

Ia menambahkan, saat terjadi keributan, ponselnya terlempar dari tangannya dan dibuang ke beberapa arah di sepanjang perbatasan. lihat gambar penerbangan Singapore Airlines dari London ke Singapura, mengalami turbulensi hebat

Faktanya, penyakit parah jarang terjadi.

Chow Kok Wah, mantan pramugari, mengatakan: “Biasanya tidak ada korban jiwa jika penumpang dan awak duduk dan mengenakan sabuk pengaman dengan benar.”

Pria berusia 70 tahun ini memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun di industri ini.

Dia mengatakan kepada reporter Straits Times Kok Yufeng: “Jika tidak, pesawat itu mungkin akan menabrak atap atau menabrak benda terbang.”

Chow mengatakan pesawat modern dirancang untuk menangani semua jenis turbulensi, dan pilot dapat mendeteksi cuaca buruk di radar mereka.

Mereka biasanya memiliki waktu penyelesaian – lima hingga 10 menit – tergantung seberapa sibuknya pesawat.

Anomali ini disebut gangguan atmosfer, kata Chow, yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terdeteksi radar.

“Satu-satunya hal yang harus dihindari adalah, jika Anda tidak punya alasan untuk pergi ke toilet, tidak ada alasan untuk bangun, duduk dan keluar. Ini adalah praktik yang baik,” kata 41 penumpang yang terinfeksi.

Singapore Airlines telah mengkonfirmasi kewarganegaraan penumpang yang ditemuinya:

56 dari Australia

2 dari Kanada

1 dari Jerman

3 dari India

2 dari Indonesia

1 dari Islandia

4 dari Irlandia

1 Israel

16 dari Malaysia

2 Myanmar

23 dari Selandia Baru

5 dari Filipina

41 dari Singapura

1 dari Korea Selatan

2 dari Spanyol

47 dari Inggris

4 dari Amerika Serikat

211 penumpang dan 18 awak berada di dalamnya.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *