Kerabat penumpang yang tewas dalam penerbangan Malaysia Airlines MH17, yang ditembak jatuh di Ukraina, berkumpul dengan pejabat di gedung Parlemen Australia pada Rabu (17 Juli) untuk memperingati 10 tahun tragedi yang merenggut 298 nyawa tersebut.
Salah satunya bernama Paul Gard. Serangan roket yang menewaskan 38 warga negara Australia, termasuk orang tuanya, dokter Roger dan Jill Gard, sebagian besar disebabkan oleh konflik yang berkecamuk di Ukraina timur satu dekade lalu.
“Saya rasa tidak ada orang yang mau menembak jatuh sebuah pesawat penumpang. Jadi saya sedih konflik terus berlanjut,” kata Paul Gard kepada Australian Broadcasting Corporation.
“Tetapi saya pikir banyak keluarga yang mengharapkan pengakuan bahwa apa yang terjadi adalah salah dan bahwa Rusia seharusnya tidak berperang,” tambahnya.
Konflik kemudian meningkat menjadi perang atas invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022. Pesawat penumpang MH17 tidak berhasil.
Dunia bereaksi dengan ngeri 10 tahun lalu ketika penerbangan Malaysia Airlines MH17 ditembak jatuh di Ukraina timur. Sebuah pesawat penumpang lepas landas dari Amsterdam ke Kuala Lumpur.
Insiden tersebut terjadi pada awal perang, ketika Moskow merebut semenanjung Krimea dari Kiev dan memicu konflik dengan pemberontak yang didukung Rusia di Ukraina timur.
Penerbangan naas itu lepas landas dari Amsterdam pada suatu hari musim panas yang cerah pada 17 Juli 2014.
Di antara penumpang pesawat tersebut terdapat pakar HIV/AIDS asal Belanda Joep Lange, yang sedang dalam perjalanan ke sebuah konferensi di Melbourne. Ada pula Jeroen dan Nicole Wahls serta keempat anaknya yang saat itu sedang merencanakan liburan ke Malaysia.
Seluruh penumpang yang berjumlah 298 orang meninggal dunia, yang terdiri dari 196 warga negara Belanda, 43 warga Malaysia, dan 38 warga Australia.
Rekonstruksi pesawat yang dibuat menggunakan puing-puing pesawat mengungkap kengerian saat-saat terakhir penerbangan.
“Ratusan benda berenergi tinggi yang berasal dari hulu ledak menembus hidung pesawat,” menurut penyelidikan internasional yang dipimpin Belanda.
Akibat benturan dan ledakan berikutnya, tiga awak tewas seketika di kokpit dan pesawat pecah di udara.
Penyelidik mengatakan kemungkinan besar para penumpang menyadari dalam 90 detik berikutnya bahwa mereka tidak akan selamat. Belanda dan Australia terus menuntut Rusia
Daerah perbatasan yang dikuasai pemberontak pro-Rusia adalah tempat penembakan rudal Buk era Soviet, dan ladang tempat sebagian besar puing-puing pesawat Boeing 777 mendarat kini menjadi daerah yang dikuasai militer Rusia.
Moskow telah berulang kali membantah bertanggung jawab atas jatuhnya penerbangan MH17 dan menolak menyerahkan dua warga negara Rusia dan seorang warga Ukraina yang dinyatakan bersalah secara in absensia oleh pengadilan pembunuhan Belanda pada tahun 2022.
Belanda terus menuntut Rusia berdasarkan hukum internasional melalui Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa. Australia dan Belanda juga bersama-sama menggugat Rusia melalui Dewan Internasional Organisasi Penerbangan Sipil (ICAO) atas dugaan perannya dalam jatuhnya MH17.
Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong mengatakan pada hari Rabu bahwa dia “terkejut” bahwa Rusia menarik diri dari proses ICAO pada bulan Juni.
“Kasus ini akan terus berlanjut dan kami tidak akan menggoyahkan komitmen kami untuk meminta pertanggungjawaban Rusia,” kata Wong dalam pertemuan yang dihadiri diplomat asing. Sebuah monumen untuk para korban didirikan di Belanda
Belanda juga merencanakan acara serupa pada Rabu malam di sebuah peringatan dekat Bandara Schiphol. Inilah momen MH17 memulai perjalanannya menuju kota Kuala Lumpur di Malaysia.
Jaksa Agung Australia Mark Dreyfus akan mewakili Australia pada peringatan tersebut. Untuk mengenang setiap korban, ditanam 298 pohon dan bunga matahari serupa dengan yang tumbuh di lokasi kecelakaan.
Ia meramalkan bahwa kasus Belanda-Australia terhadap Rusia akan diajukan kembali ke ICAO pada bulan Oktober, meskipun Moskow membatalkannya.
“Kami tidak akan membiarkan hal ini terjadi sampai Rusia dimintai pertanggungjawaban,” kata Dreyfuss.
Belanda menjadi negara asal 196 korban. Selain Belanda dan Australia, korban juga datang dari Malaysia, Indonesia, Inggris, Belgia, Jerman, Filipina, Kanada, Selandia Baru, Vietnam, Israel, Italia, Rumania, Amerika Serikat, dan Afrika Selatan.
Ae/hp (AP, AFP)