Keponakan Ungkap Perubahan Perilaku Tarsum Sejak Lebaran tapi Bantah Isu Mutilasi untuk Pesugihan

TRIBUNNEWS.COM, CIAMIS – Keponakan Tarsum, Herawati, membantah tudingan pamannya yang memotong istrinya di Desa Cisontrol, Kecamatan Rancah, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, karena sugihan.

Hal tersebut diungkapkan Herawati di jejaring sosial TikTok.

“Ada juga soal pesugihan, saya yakin itu tidak benar,” kata Herawati seperti dikutip, Rabu (5/8/2024).

Katanya kakeknya adalah orang yang sangat religius.

“Karena orang tua saya aktif beribadah,” tegas Herawati.

Herawati menjelaskan, Tarsum mengalami depresi.

“Orang tua saya sakit dan sedang menerima perawatan,” katanya.

“Perilaku Uwa berubah sejak lebaran lalu,”

“Pada Rabu malam, Uwa mencoba bunuh diri,” tambahnya.

Herawati kemudian menduga Tarsum khawatir karena usaha jual beli kambingnya tidak berjalan baik.

Beberapa hari yang lalu, dia mulai merasakan perubahan besar, dia gelisah, melamun, kadang-kadang keningnya terbentur.

“Terkadang kita tidak nyambung saat diajak bicara, kita kehilangan kemauan untuk berusaha, bahkan patah semangat,” aku Herawati.

Usaha Tarsum yang tak kunjung berkembang diketahui keluarganya, termasuk Herawati.

Apalagi, sebelum memulai bisnis kambing, Tarsum juga sempat mencoba bisnis lain namun gagal.

“Akhir-akhir ini usaha jual beli kambingnya mengalami penurunan pendapatan dan banyak uang yang dia investasikan pada usahanya dari anaknya, Teh Lilis, dari teman-temannya, dari bank, karena sudah lumrah masyarakat membeli dan menjual kambing. menjual. menjual bisnis untuk menghasilkan lebih banyak uang, “

“Mungkin ini pemikiran Acum, keuangan usaha tidak bagus, kadang merugi,” kata Herawati.

Sebelumnya beredar kabar di media sosial bahwa pria yang memotong istrinya di Desa Cisontrol, Kecamatan Rancah, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, gara-gara pesugihan.

Diketahui, pada Jumat, 3 Mei 2024, Tarsum memukul kepala istrinya Yanti yang seharusnya mengaji.

Tarsum kemudian memotong-motong tubuh Yanti di depan rumahnya.

Merasa buruk

Dalam kesempatan itu, Herawati menceritakan perasaan tidak enak yang dirasakan anak sulung korban bernama Lisna atau Lilis sebelum tragedi menimpa ibunya.

Sebelum dibunuh dan dimutilasi, Lilis rupanya menelepon orang tuanya.

Jumat pagi, Lilis masih berhasil menelepon Ua Yanti yang juga mengambil Ua Acumnya (Tarsum -red), kata Herawati seperti dikutip TribunnewsBogor.com.

Dalam panggilannya, Lilis menanyakan situasi di Tarsum.

“Naon lis (apa Lis),” kata Tarsum.

“Tolong berikan (korban) ponselnya,” pinta Lilis.

– Bagaimana kabarnya ibu, apakah ibu sudah meminum obat dari pak anton? Lilis bertanya.

“Minum saja obat Purwa, lalu minum obat Pak Anton, satu jam lagi obatnya akan dari Purwa,” jawab Yanti.

“Apa kamu sudah makan?” Lilis bertanya.

“Iya sekarang aku mau makan, aku mau ambil makanan, sudah tidak tahan lagi, makanya banyak sekali namanya, ibu juga mau ke masjid untuk membaca Al-Quran,” jawab Yanti. dengan senang hati.

Namun, setelah menelpon Tarsum, Lilis merasa tidak tenang.

Lilis menelepon tetangganya dan meminta melihat situasi di rumah Tarsum.

Yang jelas, ia prihatin dengan kondisi Tarsum yang menghilang dua hari sebelum dibunuh.

Teh Lilis pun menelpon tetangganya, Teh Wiwin yang rumahnya terlihat di TKP, menanyakan kabar ibunya. Teh Wiwin mengaku melihat Ua Yanti pergi ke toko pagi itu, kata Herawati.

Tak disangka, 20 menit setelah Lilis menelpon tetangganya, kejadian mengenaskan itu terjadi.

Tarsum membunuh dan melukai istrinya secara membabi buta.

Tak hanya itu, Tarsum bahkan memberikan bagian tubuh istrinya kepada warga sekitar.

Dua puluh menit dari Teh Lilis, Teh Wiwin kembali menelpon Teh Lilis, ‘Lis, ibumu Lis, cepat kemari’, kata Herawati.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *