Kepala Perpusnas Ungkap Penyebab Rendahnya Tingkat Kegemaran Membaca Masyarakat

Laporan reporter Tribunnews.com Fahdi Fahlev

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pj Kepala Perpustakaan Nasional Prof. E. Aminuddin Aziz mengatakan, pada tahun 2020 ini ia akan melakukan survei kecil-kecilan untuk mengetahui seberapa besar masyarakat gemar membaca.

Berdasarkan penelitian tersebut, Aminuddin menyimpulkan bahwa masyarakat sangat ingin membaca, namun ketersediaan buku yang sesuai dengan minat dan keinginan masyarakat saja tidak cukup.

“Ini merupakan kesalahan beberapa pihak, merupakan dosa penulis buku yang tidak meneliti apa yang seharusnya dibaca masyarakat,” kata Aminuddin dalam keterangan tertulis, Selasa (14/5/2024).

Hal itu disampaikan Aminuddin pada Rapat Koordinasi Perpustakaan Nasional (Rakornas) yang digelar di Hotel Grand Mercure Jakarta.

Kedua, dosa penerbit karena menerbitkan buku yang tidak populer. Ketiga, dosa perpustakaan mengambil buku yang tidak disukai, tambahnya.

Untuk mengubah hal tersebut diperlukan kebijakan yang memberikan sumber daya dan peluang bagi calon mahasiswa untuk memperoleh buku yang diminta sesuai pangsa pasar.

“Minat membaca buku itu berbeda-beda. Tidak bisa terbatas pada satu buku saja,” kata Aminudin.

Kemudian bukunya kurang menarik karena dimulai dari cara penulisannya, seperti struktur, ilustrasi, dan bahasanya.

“Saat saya menjadi ketua lembaga bahasa, saya menulis artikel yang menjadi artikel yang menggemparkan seluruh dunia pendidikan di Indonesia, karena kantor departemen menulis sesuatu yang menurut pemerintah tidak pantas. Saya seorang akademisi yang harus menceritakannya. memang seperti itu. “Setelah itu, kami mengadakan pertemuan untuk meninjau tulisan saya yang berjudul The New Roadmap to Literacy,” jelasnya.

Menurutnya, hal ini merupakan awal dari pembahasan yang diselenggarakan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan mengenai peta jalan peningkatan literasi.

Sebuah komite kemudian dibentuk di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengajarkan membaca dan menulis guna menciptakan buku-buku baru yang menarik bagi anak-anak.

“Buku harusnya jadi prioritas utama. Pembuatan buku itu harus dipelajari 400 anak. Setelah itu orang tua diajak berdiskusi, relawan literasi ke kelompok diskusi, agar buku itu terbit,” ujarnya.

Dalam strategi Perpustakaan Nasional dalam meningkatkan literasi dan meningkatkan kecintaan membaca. Namun Aminudin menegaskan hal tersebut merupakan sebuah kesalahan.

Dia mengatakan kedua visi itu berlawanan. Langkah pertama adalah membangun kecintaan membaca yang berujung pada literasi yang lebih tinggi. “Fakta menunjukkan minat belajar masih rendah,” ujarnya.

Perpustakaan, lanjut Aminudin, merupakan tempat mengembangkan keterampilan baru untuk memperoleh pengetahuan baru.

Karena di perpustakaan Anda dapat mengkonfirmasi pemikiran bingung Anda karena tersedia data dan referensi paling otoritatif untuk mengkonfirmasi kebingungan Anda.

Melalui rakornas ini, Aminudin ingin terlibat dalam kebijakan Perpusnas. Karena mempunyai peranan penting pada akhir renstra 2019-2024. Maka 2025-2029 adalah permulaannya.

Kegiatan ini akan dilakukan secara offline (lokal) dan online (online) dengan Zoom dan live streaming di YouTube.

Rakornas “Pembentukan Kembali Konsep dan Kegiatan Pengembangan Literasi” fokus membahas tiga topik utama, yakni penguatan budaya baca dan tulis, standardisasi naskah bahasa Indonesia, serta penetapan standar dan pengembangan tenaga perpustakaan.

“Harus kami umumkan kembali bahwa rakor nasional akan diikuti 920 orang. Latihan ini dibagi menjadi 5 sesi yaitu; “Sesi pembukaan, sesi kebijakan, sesi sharing, sesi wawancara dan sesi panel,” ujar Joko Santoso, ketua Rakor Perpustakaan Nasional.

Dijelaskannya, rencana pembangunan jangka menengah nasional atau RPJMN tahun 2020-2024 akan mencapai tahap akhir pada tahun ini, dan Indonesia bersiap melaksanakan RPJMN mendatang periode 2025-2029.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *