TRIBUNNEWS.COM – Amerika tetap menyetujui pengiriman senjata ke Ukraina untuk mengusir militer Rusia yang menyerbunya.
Terakhir, Joe Biden mengirimkan senjata canggih untuk pertahanan udara Kiev senilai Rp4,4 triliun, sambil menunggu bantuan sebesar Rp973 triliun dikirim ke Ukraina.
Amerika telah menyatakan bahwa mereka masih percaya bahwa Ukraina, dengan dukungan negara-negara Barat, dapat memenangkan perang melawan Rusia.
Oleh karena itu, Negeri Paman Sam tidak pernah mendorong kedua pihak yang bertikai untuk melakukan perundingan.
Mantan AS Wakil Menteri Luar Negeri Victoria Nuland mengatakan bahwa Ukraina tidak pernah dalam posisi untuk mencapai resolusi yang menguntungkan untuk mengakhiri konflik jangka panjang dengan Rusia.
“Mari kita mulai dengan fakta bahwa Putin telah gagal mencapai tujuannya. Dia ingin menyamakan Ukraina. Dia ingin memastikan bahwa mereka tidak memiliki kedaulatan, tidak ada kemerdekaan, tidak ada lembaga dan tidak ada masa depan demokrasi,” kata Nuland, dikutip Ukrinform, Minggu . (12/5/2024).
Menurutnya, AS
Negeri Paman Sam juga berencana mengerahkan senjata jarak jauh untuk dampak strategis, memastikan perlindungan infrastruktur penting, memperkuat kekuatan AS, dan basis industri pertahanan sekutu.
“Jadi kami dan Ukraina membangun lebih cepat dibandingkan Rusia dan Tiongkok.”
Mantan pejabat tersebut mengungkapkan bahwa Washington tidak pernah menekan Kiev untuk melakukan negosiasi dengan Moskow, dan mengklaim bahwa “posisi negosiasi” mereka tidak pernah cukup kuat, termasuk pada akhir tahun 2022.
“Mereka tidak berada dalam posisi yang cukup kuat pada saat itu. Posisi mereka saat ini tidak cukup kuat. Satu-satunya kesepakatan yang akan dibuat oleh Putin saat itu, satu-satunya kesepakatan yang akan dia putuskan hari ini, setidaknya sebelum dia melihat apa yang terjadi dalam pemilu kita.” sebuah perjanjian di mana dia mengatakan, ‘Apa yang menjadi milikku adalah milikku’, dan apa yang menjadi milikmu dapat dinegosiasikan,” klaimnya.
Dikutip Russia Today, Rusia menuduh Victoria Nuland, yang secara luas dianggap sebagai salah satu tokoh utama di balik seluruh krisis Ukraina, yang dimulai dengan insiden Maidan, yang akhirnya menjatuhkan presiden Ukraina yang terpilih secara demokratis, Viktor Yanukovych, pada tahun 2014.
Diplomat yang saat itu menjabat sebagai asisten menteri negara untuk urusan Eropa dan Asia itu sering muncul di antara para aktivis Maidan sambil membagikan kue.
Peristiwa ini kemudian dikenal secara luas sebagai “Nulland Cake”, yang merupakan contoh nyata tindakan langsung AS. dia. Keterlibatan dalam kudeta.