Kementerian Pertanian Sebut UPPO-Biogas Bakal Jadi Masa Depan Pertanian yang Ramah Lingkungan

Reporter Tribunnews.com Reza Deni melaporkan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Proyek Gunung Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana (Ditjen PSP) meyakini Unit Pengolahan Pupuk Organik (UPPO) Biogas adalah masa depan pertanian ramah lingkungan. 

Diketahui bahwa UPPO-Biogaze merupakan wujud nyata pertanian modern masa depan. 

Hal tersebut disampaikan Sekretaris Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana (PSP) Kementerian Pertanian, Hermanto saat mengikuti pelatihan peningkatan kapasitas pegawai dan pelaksana kegiatan tingkat kabupaten di Bandung, Jawa Barat.

Ia mengatakan UPPO-Biogaze merupakan jawaban pertanian modern.

Oleh karena itu, pertanian modern adalah pertanian yang dikembangkan secara terpadu pada kegiatan hulu dan hilir melalui inovasi teknologi tepat guna,” kata Hermanto dalam keterangannya, Minggu (12 Mei 2024).

“Tentu saja kegiatan yang benar-benar dapat menggerakkan pertanian modern adalah biogas,” imbuhnya. 

Ia mengatakan, pertanian yang dibangun di Indonesia adalah pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan. 

Hermanti juga meyakini UPPO Biogas merupakan pertanian yang ramah lingkungan. 

UPPO Biogas menghasilkan pupuk organik yang diharapkan dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia. 

“Pertanian yang dibangun sesuai konsep pertanian proyek AUGSTĂDE ramah lingkungan dan ramah lingkungan,” ujarnya.

Pupuk organik kompos atau segar berperan penting dalam memperbaiki sifat kimia, fisik, dan biologi tanah serta sebagai sumber unsur hara tanaman.

“Biasanya kandungan unsur hara pada pupuk organik relatif rendah

Dan tanaman menyerapnya agak lambat karena masih terikat oleh bahan organik

Tersedia, sehingga dibutuhkan pupuk organik yang cukup banyak,” jelasnya.

Namun pupuk organik kompos yang diolah baik melalui pengomposan (aerobik) maupun fermentasi anaerobik menggunakan biodigester dapat menghasilkan unsur hara lebih cepat dibandingkan pupuk segar.

Ia yakin sistem biogas UPPO dapat menjadi masa depan pertanian dan kelestarian lingkungan yang berkelanjutan. Program yang efektif ini mencapai tiga tujuan: produksi pupuk organik, pengolahan gas metana menjadi biogas untuk menggantikan gas fosil, dan ketiga, meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani. 

“Saya berharap UPPO-Biogas tidak hanya bergerak di bidang pertanian saja, tapi juga menjadi bisnis masa depan. Jadi, selain menjadi perhatian juga bisa dikomersialkan sehingga meningkatkan pendapatan,” jelasnya. 

Departemen Manajemen Proyek Proyek UPLAND Farakka Sari mengatakan saat ini UPPO Biogas telah tersebar di 12 wilayah di Indonesia antara lain Lebak, Subang, Garut, Tasik, Banjarnegar, Magelang dan Purbaling. Malang, Sumenep, Lombok Timur, Gorontalo dan Minahasa Selatan (Minsel).

Ia memperkirakan program UPPO-Biogas yang beroperasi di 12 wilayah akan menjadi pionir pertanian modern di masa depan. 

Dalam sambutan pembukaan acara pelatihan tersebut, Farakka berharap agar para pemandu desa mendapatkan ilmu dan kemampuan untuk menularkannya kepada masyarakat. 

Pemandu desa dapat memperkenalkan informasi kepada masyarakat desa. Dengan begitu, komunitas lain nantinya bisa meniru komunitas petani. 

“Saya harap pemandu desa ini paham dan tahu bagaimana cara membantu petani teknis kita mengembangkan UPPO-Biogas, salah satunya,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *