Kementan Klaim Program Pompanisasi Berhasil: Sudah Ada Bukti, Kok Dibilang Tidak Efektif?

Laporan jurnalis Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementon) mengklaim pemompaan berhasil. Rencana tersebut dinilai tepat waktu dan tepat untuk masa depan Indonesia.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik yang diumumkan Kepala Biro Humas dan Informasi Kementerian Pertanian Moch Arief Cahyono, produksi beras akan melebihi 700.000 ribu ton pada Juni dan Juli 2024.

Hal ini terjadi ketika El Niño belum berlalu dan para petani menderita kekeringan.

“Elasia itu upaya pemerintah untuk buru-buru mengatasi cuaca yang ada. Tidak perlu diperbaiki. Sudah ada buktinya, bagaimana bisa tidak efektif?” Arief diperkenalkan melalui keterangan tertulis pada Kamis (8/8/2024).

“Sisa sumber air kami hilangkan agar sawah di sekitarnya tetap bisa ditanami,” imbuhnya.

Menurut Arief, pemasangan pompa tersebut diawali dengan strategi kondisi tanah dan kebutuhan air untuk memaksimalkan penanaman di berbagai kawasan pusat pangan.

Ia menilai pembaharuan saluran irigasi juga penting, namun menurutnya masih ada waktu dan Kementan juga bergerak sesuai kewenangannya.

“Kalau menunggu irigasinya lebih baik, kapan kita mengairi sawah? Di banyak tempat sudah terjadi kekeringan. Kita berpacu dengan waktu. Kita hanya telat tanam dan tidak berproduksi,” kata Arief.

Arief menilai klaim pompa tersebut tidak efektif dan program tersebut terlalu berbahaya dan merugikan petani.

“Saat ini Kementerian Pertanian sedang berjuang mengatasi dampak perubahan iklim dan petani senang. Kunci pertanian adalah air. Kita bekerja untuk petani, makanya kita dukung pekerjaan ini,” tambah Arief.

Sejauh ini Kementerian Pertanian telah mengerahkan lebih dari 30.000 pompa air.

Arief mengajak para akademisi dan pemerhati untuk memantau satu per satu program tersebut agar berjalan lancar.

Petani juga sangat dipersilakan jika ingin membantu dirinya sendiri dalam program tersebut.

Keputusan Arief ini menanggapi ucapan Direktur Eksekutif Celios Bhima Yudhistira yang menyebut program pompa bensin kurang efektif mendongkrak produksi beras nasional.

Bhima berpendapat, sebaiknya pemerintahan pertanian direformasi sebelum menggagalkan program.

Selain itu, pemerintah disebut-sebut menjadi pihak pertama yang mengembangkan benih yang tahan terhadap cuaca ekstrem.

Dukungan pupuk yang diberikan berkali-kali dikatakan tidak akan mencapai target program peniupan.

Ada kekhawatiran bahwa peralatan dan mesin pertanian yang didistribusikan di pabrik akan kekurangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *