Kemenkes dan Industri Farmasi Perkuat Kerja Sama Pencegahan Penyakit Tidak Menular

Jurnalis Tribunnews.com Choyrul Arifin

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) Kementerian Kesehatan RI dan industri farmasi memperkuat kemitraan dengan menandatangani perjanjian kerja sama untuk meningkatkan inisiatif di bidang edukasi, deteksi, dan pengelolaan PTM.

Kemitraan ini dijalin Kementerian Kesehatan dengan AstraZeneca Indonesia.

Dr Eva Susanti SKp MKes, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, mengatakan PMT bertanggung jawab atas 73 persen kematian di Indonesia.

Tren ini diperkirakan akan terus meningkat dan memberikan beban signifikan pada sistem pelayanan kesehatan, ujarnya, Jumat, 21 Juni 2024.

Eva, pihaknya, yang memperjuangkan upaya AstraZeneca dalam mentransformasi layanan kesehatan, khususnya dalam pencegahan dan pengobatan penyakit tidak menular seperti asma, penyakit paru obstruktif kronik (COPD), dan kanker mengatakan sangat mengapresiasi kerja samanya dalam memberikan dukungan.

Ia sangat mengapresiasi kerja sama antara pemerintah dan swasta yang berperan penting dalam menghadapi berbagai permasalahan penting kesehatan. Kita tidak bisa melakukannya sendirian.

Kolaborasi AstraZeneca dan Kementerian Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan ekosistem layanan kesehatan untuk deteksi dini dan diagnosis PTM, membangun kapasitas tenaga kesehatan, dan memperkuat penanganan penyakit melalui inovasi.

Esra Erkomai, Managing Director AstraZeneca Indonesia, mengatakan pihaknya terus berkontribusi dalam memperkuat ekosistem layanan kesehatan di Indonesia dengan memperkenalkan inovasi terdepan melalui kolaborasi dengan rantai nilai layanan kesehatan selama lebih dari 52 tahun.

“Kami bangga dapat mempertahankan peran kami sebagai mitra strategis Kementerian Kesehatan, berbagi tujuan bersama dalam mengembangkan program skrining dengan menggunakan teknologi terkini dan memperkuat pengelolaan penyakit tidak menular, khususnya asma, PPOK, dan kanker,” ujarnya. adalah. Ezra.

Berdasarkan Survei Kesehatan tahun 2023 yang dirilis Kementerian Kesehatan, PTM seperti penyakit kardiovaskular, darah tinggi, kanker, diabetes, dan penyakit pernafasan, terutama asma dan PPOK, masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia dari sektor kesehatan.

“Survei Kesehatan tahun 2023 menunjukkan bahwa setengah dari pasien asma akan hidup dengan asma persisten ringan. Hingga 25 persen pasien tidak dapat mengendalikan penyakitnya, sehingga 40 persen dari pasien ini memerlukan perawatan darurat dan berisiko mengalami peningkatan yang serius.” dia berkata.

“Melalui upaya kolaboratif untuk meningkatkan penanganan asma, kami berharap dapat mengurangi serangan dan meningkatkan kualitas hidup pasien,” jelas Esra.

Sejalan dengan upaya penanggulangan asma, kemitraan strategis antara AstraZeneca dan Kementerian Kesehatan juga bertujuan untuk meningkatkan ekosistem deteksi dan pengobatan kanker Layanan Kesehatan Nasional, dengan fokus diarahkan pada kanker paru-paru dan prostat.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan, Kedutaan Besar Swedia, dan AstraZeneca meluncurkan Platform Kesehatan Keberlanjutan Kemitraan Swedia-Indonesia (SISP) yang bertujuan untuk memperkuat layanan dan sistem kesehatan di Indonesia untuk menciptakan generasi emas yang sehat dan kuat pada tahun 2045.

“Bersama Kementerian Kesehatan, kami bertujuan untuk menciptakan masa depan di mana kanker tidak perlu dikhawatirkan, dan hal ini dapat dicapai melalui program skrining dan deteksi dini yang kuat, serta pengobatan kanker yang inovatif dan tepat sasaran, sehingga menghasilkan hasil kesehatan yang lebih baik. .” . untuk pasien melalui sains,” kata Ezra.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *