TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kiki Iuliati mengatakan, untuk kerja sama, pendidikan vokasi tidak hanya menunggu, tapi juga datang ke dunia usaha dan industri.
Kiki Iuliati mengatakan, business match merupakan peluang untuk memperluas kemitraan.
“Masyarakat yang mendapat pelatihan vokasi adalah konsumen industri ritel dan merekalah yang menjaga kelangsungan bisnis ritel,” kata Kiki dalam keterangan tertulis, Sabtu (11/5/2024).
Di sisi lain, Kiki menilai pendidikan vokasi masih menghadapi tantangan dalam memberikan ilmu kepada peserta didik pendidikan vokasi.
Ini menyangkut budaya kerja, etos kerja, dan cara berpikir bisnis, sehingga diperlukan kolaborasi dengan industri retail.
“Pendidikan retail dan profesi saling membutuhkan,” kata Kiki.
Sebanyak 29 perusahaan ritel di Indonesia mengikuti trade match yang diselenggarakan oleh Departemen Koordinasi dan Kemitraan Perdagangan dan Industri Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bekerja sama dengan Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO).
Melalui kegiatan ini, baik pelaku industri ritel maupun Sekolah Kejuruan dan Sekolah Tinggi Kejuruan (PTV) dapat saling berinteraksi langsung untuk bertukar informasi mengenai peluang kolaborasi.
Direktur Perjanjian Hak Paten Mitras Dodi, dari Prajawidagda. Ia menyatakan, kolaborasi ini merupakan peluang berharga yang menawarkan potensi besar bagi kemajuan pendidikan dan industri ritel di Indonesia.
“Melalui kolaborasi ini, kita dapat saling memperkuat dalam hal berbagi pengetahuan, teknologi, dan praktik baik di industri yang berkembang pesat,” kata Uo.
Niat awal kerja sama kedua pihak kemudian dituangkan dalam bentuk Letter of Intent (LoI) yang berpotensi menjadi kemitraan strategis.
Kegiatan business match yang berlangsung selama empat jam ini menghasilkan 715 surat pertunangan.
Bodhiharjo Edwansjah, General Manager Hibindu, mengatakan kerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menunjukkan komitmen untuk mengintegrasikan pendidikan vokasi dengan kebutuhan industri.
“Melalui pendidikan dan pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan industri, program ini akan membantu menciptakan tenaga kerja yang siap memasuki industri ritel dan bersaing di pasar global,” kata Bodhiharjo.
Perusahaan ritel yang bergabung dalam Business Match mencakup berbagai sektor, termasuk makanan dan minuman, fesyen dan aksesori, rambut dan kecantikan, TI dan peralatan, seni dan kerajinan serta barang antik, department store, supermarket, rumah tangga dan furnitur, serta toko serba ada.
Sementara jumlah satuan pendidikan profesi yang ada sebanyak 150 lembaga yang terdiri dari 144 SMK dan enam lembaga pendidikan.
Modul pelatihan vokasi ini berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan memiliki program studi atau keterampilan yang berkaitan dengan sektor ritel.