Laporan jurnalis Tribunnews.com Nitis Hawaroha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Irfan Setiaputra mengaku belum pernah mendengar keluhan mengenai layanan pemberangkatan jemaah haji menggunakan Maskapai Garuda Indonesia.
Hal itu diungkapkan Irfan menanggapi keluhan Kementerian Agama yang menyebut Maskapai Garuda Indonesia kurang memberikan pelayanan terbaik.
Menurutnya, Garuda Indonesia diapresiasi sebagai maskapai ramah lansia (senior).
“Saya tidak pernah mendengar keluhan mengenai layanan lain yang sampai kepada saya, malah saya sangat memuji layanan Garuda untuk lansia,” kata Irfan kepada wartawan di kantor Garuda Indonesia, Rabu (22/05/2024).
Kendati demikian, Irfan tak menampik adanya keterlambatan pemberangkatan jemaah haji dengan Garuda Airlines. Namun, dia menegaskan hal itu sudah diteruskan ke Direktur Jenderal Haji Kementerian Agama.
“Kami sangat memahami permasalahan kinerja ini dan kami sampaikan permohonan maaf serta upaya perbaikan untuk selanjutnya menyerahkan permasalahan tersebut ke Kementerian Agama,” ujarnya.
Sebelumnya, Kementerian Agama menilai manajemen Garuda Indonesia tidak memberikan pelayanan terbaik kepada jemaah pada tahap pemberangkatan yang berlangsung sejak 12 Mei 2024.
Kementerian Agama mencatat, banyak kendala pada penerbangan Garuda Indonesia yang terus terjadi pada tahap pemberangkatan jemaah haji ke Madinah.
Meski teguran tertulis sudah dilayangkan pada 16 Mei 2024, Kementerian Agama menilai belum ada peningkatan pelayanan yang signifikan.
“Kami melihat banyak terjadi kendala pada penerbangan jemaah haji Indonesia dalam sepekan terakhir. Kami melihat kinerja Garuda Indonesia tahun ini sangat buruk. “Kami sudah mengeluarkan teguran tertulis, tapi tidak ada perbaikan berarti,” jelas Juru Bicara Kementerian Agama Anna Hasbie, Rabu (24 Mei 2024) di Jakarta.
Anna menjelaskan, Kementerian Agama mencatat sejumlah permasalahan pada penerbangan jemaah haji Indonesia yang beroperasi sejak 12 Mei 2024.
Pertama, mesin pesawat mati. Peristiwa itu terjadi di bandara Makassar. Sayap kanan pesawat Garuda Indonesia terbakar saat lepas landas grup udara (cutter) kelima di Embarkasi Makassar UPG-05.
“Kondisi ini turut menyebabkan banyak penundaan penerbangan,” kata Anna.
Kedua, penundaan penerbangan. On-time performance (OTP) Garuda Indonesia juga sangat buruk. Kementerian Agama mencatat persentase penundaan keberangkatan penerbangan Garuda Indonesia sangat tinggi, yakni mencapai 47,5 persen.
Ketiga, klasifikasi kelompok. Rencana Garuda di Indonesia juga gagal. Bubarnya grup yang awalnya disangka hanya terjadi satu kali, ternyata terjadi beberapa kali.
Keempat, tidak diperkenankan membawa tas jinjing atau kursi roda bagi jemaah. Acara ini disaksikan rombongan peserta Solo Embarkasi Penerbangan 28 (SOC 28). 11 kursi roda dan 120 buah tas jinjing tidak diangkut. Alhasil, jemaah dan petugas menggeledah lokasi usai mendarat di bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah.