Kemampuan Penguasaan Bahasa, Teknologi dan Wirausaha Dibutuhkan Seorang Technopreneurship

Dilaporkan wartawan Tribunnews.com Eko Sutriyanto 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pentingnya konsep LangTechpreneurship yang merupakan cara memadukan keterampilan bahasa, teknologi, dan bisnis untuk menghadapi permasalahan dunia, menjadi gagasan konferensi internasional International Conference on English Language and Linguistics ( ICELL) dan Indonesia. Japan International Interdisciplinary Studies (IJIIS) di Jakarta belum usai.

CEO LIA University, Dr. Siti Yulidhar Harunasari MPd, mengatakan di tengah pesatnya perkembangan teknologi, kemampuan bahasa asing sangat penting dalam teknologi.

“Oleh karena itu pendekatan LangTechpreneurship perlu memadukan bahasa, teknologi, dan keterampilan bisnis serta dunia kampus berperan,” kata Siti Yulidhar Harunasari MPd pada konferensi pers bertema Bridging Languages, Empowering Entrepreneurs: LangTechpreneurship Summit Exploring Technology. Inovasi Interdisipliner 

Pada konferensi yang digelar bersama LIA University dan Tohoku University, Siti menyampaikan sudah saatnya dunia akademis mengadopsi pendekatan LangTechpreneur untuk menghasilkan lulusan yang mampu menguasai bahasa dan teknologi.

“Kami percaya bahwa pendekatan ini adalah kunci keberhasilan dalam menghadapi tantangan dunia kerja yang kompleks,” kata Siti pada acara yang digelar dalam format hybrid selama dua hari, termasuk sesi langsung di Paraninfo LIA University dan on line. pertemuan-pertemuan tersebut Melalui Zoom

Profesor Christian Kaunert dari University of South Wales, salah satu pembicara utama, memberikan pemahaman mendalam mengenai keamanan global di era globalisasi. 

Beliau membahas bagaimana perkembangan teknologi dan hubungan antar negara membawa tantangan baru dalam menjaga keamanan internasional.

Dalam presentasinya, Kaunert menyoroti pentingnya kerja sama lintas batas dan peningkatan pengetahuan teknis untuk mencegah dan mengatasi ancaman terhadap keamanan global.

Hadir pula pembicara lain pada konferensi ini, seperti Assoc. Prof. Dr. Peter John Wanner dari Tohoku University yang membahas tentang integrasi intralingual dan interlingual dalam tulisan mahasiswa EFL, dan Pol Kombes. Dhani Hernando SIK MH menyoroti pentingnya pengetahuan bahasa asing dalam penegakan hukum. Nigel Killick, M.B.A., berbagi tips menggunakan teknologi untuk mengajar bahasa Inggris, dan Henry Mappesona, S.E., M.Sc., membahas pengembangan lingkungan pembelajaran hybrid di Asia Tenggara.

Pada hari kedua, pertemuan daring yang berbeda dihadirkan dengan pembicara dari berbagai negara, antara lain Prof. Dr. Universitas Teknik Sameer Al-Shami Malaysia Melaka, Assoc. Prof. Dr. Universitas Sukree Langputeh Fatoni (Thailand), Prof. Dr. Universitas Necmettin Erbakan Onder Kutlu (Turki), Prof. Dr. Marecon C. Viray dari Mindanao State University (Filipina) dan akademisi nasional seperti Prof. Muhammad Adlin Sila dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Teknologi dan Himawan Pratama dari Universitas Indonesia, M.A., Ph.D. Topik yang dibahas meliputi pendidikan, bahasa, teknologi, dan kecerdasan buatan (AI).

Antusiasme peserta sesi diskusi sangat tinggi, banyak pertanyaan dan informasi yang disampaikan. Peserta dari berbagai sekolah dan industri mendapatkan wawasan baru mengenai peran bahasa dan teknologi dalam dunia kerja dan pendidikan.

“Dengan kontribusi para akademisi dari berbagai negara, diyakini acara ini dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat luas, terutama untuk menghadapi semakin berkembangnya era digital”, ujar mereka dan Siti.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *